Amran Sulaiman
Keberanian Menteri asal Sulsel Bongkar Kecurangan ‘Perusahaan Ditutup, Izin Dicabut’
Menteri asal Sulawesi Selatan, Andi Amran Sulaiman berani membongkar kecurangan Minyakita.
TRIBUN-TIMUR.COM- Menteri asal Sulawesi Selatan, Andi Amran Sulaiman berani membongkar kecurangan Minyakita.
Hal itu terjadi ketika inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu (8/3/2025).
Amran menegaskan bahwa perusahaan yang terbukti melanggar harus ditutup dan izinnya dicabut.
“Saya sudah berkoordinasi dengan Kabareskrim dan Satgas Pangan. Jika terbukti ada pelanggaran, perusahaan ini harus ditutup dan izinnya dicabut. Tidak ada ruang bagi pelaku usaha yang sengaja mencari keuntungan dengan cara yang merugikan rakyat,” tegas Amran dalam keterangan resmi, Sabtu (8/3/2025).
Amran dikenal selama ini tegas dalam memimpin kementerian pertanian.
Sebelum soal kasus Minyakita ini, ia juga menindak tegas penyelewengan pupuk di Indonesia.
Hal ini disampaikan menanggapi keluhan petani di Nusa Tenggara Barat (NTB) terkait penjualan pupuk subsidi yang harganya mencapai Rp300 ribu per kuintal atau melebihi harga eceran tertinggi (HET) serta keluhan petani di Kabupaten Bone terkait proses pendistribusian yang tidak sesuai HET.
“Nanti kami cek. Kalau benar di atas HET sudah pasti ditindaki. Kami akan cek alamatnya, orangnya siapa, itu aku evaluasi, dan bisa dicabut izinnya,” tegas Mentan Amran dalam keterangannya pada Kamis (9/1/2025).
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah di bawah komando tertinggi Presiden Prabowo Subianto menaruh perhatian luar biasa kepada sektor pertanian. Menurutnya, pemerintah akan bersikap keras kepada pihak yang menzalimi petani.
“Petani itu ujung tombak kita. Masa mau dizalimi dengan menaikkan harga (pupuk). Gak boleh lagi,” ucapnya.
Ia mencontohkan beberapa langkah tegas Kementerian Pertanian (Kementan) menindak penyelewengan. Salah satunya pada November 2024 lalu, Kementan mencabut izin edar empat perusahaan pupuk yang terbukti memalsukan mutu produknya.
Ke depan, pemerintah akan terus melakukan pengawasan dan mengambil tindakan tegas jika ditemukan penyelewengan di sektor pertanian, khususnya terkait pupuk.
Seperti diketahui, persoalan pupuk menjadi perhatian pemerintah. Mentan Amran mengemukakan bahwa pemerintah sesuai arahan Presiden Prabowo telah mengambil langkah strategis terkait pupuk. Salah satunya penambahan kuota pupuk subsidi menjadi 9,55 juta ton pada 2025.
Selain itu, sejak 1 Januari 2025, sistem penyaluran pupuk telah disederhanakan dan langsung didistribusikan dari PT Pupuk Indonesia ke pengecer dan gabungan kelompok tani. Penebusan pupuk bersubsidi oleh petani yang terdaftar e-RDKK juga dipermudah dengan menggunakan KTP.
Berbagai upaya ini dilakukan untuk mempermudah petani Indonesia dan mendongkrak produktivitas pangan nasional demi mewujudkan ketahanan pangan Indonesia.
Andi Amran Sulaiman juga menindak 27 mafia pupuk yang merugikan petani Rp3,23 triliun.
"Sebanyak 4 perusahaan yang memproduksi pupuk NPK terkategori palsu dan 23 perusahaan yang memproduksi pupuk di bawah standar komposisi pupuk yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian," kata Amran dalam rilis resminya, Selasa (26/11/2024) lalu.
Amran menegaskan petani paling dirugikan dari kasus mafia pupuk ini dengan potensi kerugian mencapai Rp3,23 triliun. Sedangkan potensi kerugian negara menyentuh Rp316 miliar.
Karier
Setelah lulus, Sulaiman bekerja di PT Perkebunan Nusantara XIV.
Ia memulai kariernya sebagai kepala operasi lapangan di sebuah pabrik gula pada tahun 1994, dan dipromosikan sebanyak 4 kali selama enam tahun pertamanya di perusahaan tersebut, dengan puncaknya sebagai kepala logistik.
Dia mengundurkan diri setelah 15 tahun.
Kemudian, ia mendirikan bisnisnya sendiri, dimulai dengan patennya atas racun tikus (bernama "Tiran" sebagai akronim dari Tikus diracun Amran) dan berkembang pesat, mencakup 10 perusahaan dengan pendapatan tahunan gabungan mendekati US$1 miliar pada tahun 2014.
Ia menerima penghargaan sipil Satyalancana Pembangunan dari Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007.
Joko Widodo mengumumkan pengangkatannya sebagai Menteri Pertanian pada 26 Oktober 2014 (Di Lantik Kembali 25 Oktober 2023), dan ia dilantik keesokan harinya.
Ia kemudian menjadi menteri dengan kekayaan bersih tertinggi yang dilaporkan, senilai Rp330,8 miliar pada November 2014.
Target kementeriannya adalah swasembada 4 komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedelai, dan gula dalam waktu 3 tahun serta perbaikan sistem irigasi di 11 provinsi di Indonesia.
Ia berhasil selamat dari dua perombakan kabinet yang dilakukan oleh Widodo, yang dilakukan masing-masing pada tahun 2015 dan 2016 meskipun ada rumor awal tentang penggantinya.
Riwayat pendidikan
SD Inpres 10 Mappesangka, Bone
SMP Negeri Ponre, Bone
SMA Negeri Lappariaja, Bone
Sarjana Fakultas Pertanian Unhas 1988–1993
Magister Ilmu Pertanian Unhas 2002–2003
Doktor Ilmu Pertanian Unhas 2008–2012
Kursus dan Seminar
Presentase Pengendalian Hama Tikus di Istana Presiden, Jakarta 1996
SUSKALAK-PIM di Pakatto, Gowa, Sulsel, 1997
Presentase Pengendalian Hama Tikus untuk Kalteng di Istana presiden, Jakarta, 1999
Studi Banding di Singapura, 2002
Seminar Internasional Palm Oil Belt di Malaysia 2002
Studi Banding di Bangkok, Thailand, 2009
Kunjungan ke Sutech Engineering Co. Ltd (Perusahaan perakitan mesin pabrik gula) untuk transaksi pembelian Pabrik Gula dan Erawan Power (Pabrik Gula Terbesar di Thailand), 2014
Penghargaan
Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI, 2007
Penghargaan FKPTPI Award tahun 2011 di Bali.
Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden RI, 2020.
(tribun-timur.com)
Andi Amran Sulaiman Rencanakan Bangun Sekolah Internasional |
![]() |
---|
Ketika Prabowo Subianto Rapikan Dasi Menteri Pertanian Amran Sulaiman |
![]() |
---|
Mentan di Mata Kerabat: MWA Unhas Optimis Pertanian Semakin Baik dan Maju di Tangan Amran Sulaiman |
![]() |
---|
Kisah Sukses Amran Sulaiman, Jadi Karyawan Upah Rp 150 Ribu dan Naksir Anak Camat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.