Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Syiar Ramadhan 2025

4 Tingkatan Kebahagiaan Manusia Menurut Al Ghazali

Dalam Al-Qur'an Allah berfirman 'Ada di antara mereka celaka, tidak bahagia tetapi ada juga di antara mereka bahagia'. 

Penulis: Hasriyani Latif | Editor: Hasriyani Latif
YouTube Tribun Timur
TINGKATAN BAHAGIA - Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, Ustaz Kamaruddin Mustamin dalam Program Syiar Ramadhan Tribun Timur, Rabu (5/3/2025). Ust Kamaruddin membahas tentang tingkatan kebahagiaan dalam pandangan Al-Ghazali. 

Oleh:

Ustaz Kamaruddin Mustamin

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar 

TRIBUN-TIMUR.COM - Definisi bahagia disebut dengan al-Sa'adah. Semua orang ingin mencapai namanya kebahagiaan. 

Makanya dalam Al-Qur'an Allah berfirman 'Ada di antara mereka celaka, tidak bahagia tetapi ada juga di antara mereka bahagia'. 

Ayat ini dikomentari oleh seorang pemikir muslim seorang ulama seorang filsuf Imam Al-Ghazali. 

Dia melihat ayat ini menafsirkan bahwa tingkatan-tingkatan kebahagiaan manusia itu ada empat.

Pertama, ada orang sa'idun fid dunya wal sa'idun fil akhirah, orang bahagia di dunia dan juga bahagia di akhirat. 

Saya kira ini yang ideal. 

Apa indikatornya orang yang bahagia di dunia? 

Indikator pertama adalah selalu bersyukur kepada Allah SWT. 

Karena Allah mengingatkan kepada kita 'sedikit sekali hamba-hambaku yang bersyukur kepadaku'.

Padahal kalau kita renungkan betapa banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita.

Sehat itu adalah nikmat. 

Coba bayangkan kalau kita jalan-jalan ke rumah sakit betapa banyak orang yang sedang berbaring di rumah sakit, tidak bisa makan, tidak bisa minum. 

Lantas kita tidak ingat Allah, tidak bersyukur kepada Allah SWT. 

Jadi orang yang bahagia adalah orang yang selalu bersyukur. 

Syukur lawannya kufur, kalau orang pandai bersyukur hatinya menjadi tenang walaupun tinggal rumahnya sangat sederhana. 

Kedua, indikator ciri orang yang bahagia di dunia bahagia di akhirat anaknya pintar-pintar,hafal Wur'an, hadis, dan berprestasi. 

Ketiga, selalu banyak manfaatnya kepada orang lain. 

Kata Nabi SAW, sebaik-baik manusia adalah panjang umurnya dan bagus amalnya, tetapi serugi-ruginya manusia adalah panjang umurnya tetapi tidak bagus amalnya.

Ungkapan Arab mengatakan matinya orang yang baik maka istirahat baginya tetapi matinya seorang preman maka istirahatlah masyarakat. 

Jadi janganlah menjadi provokator apalagi di bulan Suci Ramadan.

Tingkatan kedua, ada orang tidak terlalu bahagia di dunia tetapi Bahagia di akhirat. 

Saya pernah datang meneliti di suatu desa, tengah malam saya bangun dan melihat tuan rumah bangun. 

Ternyata dia bangun mengambil air wudhu bangun salat tahajud. 

Saya berpikir luar biasa hidupnya sangat sederhana, tidak menonjol kehidupannya di dunia tetapi dia sangat dekat dengan Allah SWT. 

Memang tidak populer di bumi tetapi populer di langit.

Ketiga, ada orang bahagia di dunia fasilitasnya serba lengkap serbah mewah tetapi tidak sembahyang tidak salat. 

Orang seperti ini mendapatkan fasilitas oleh Allah SWT tetapi dia semakin jauh dari Allah SWT.

Ingat kehidupan dunia ini adalah ujian. 

Kita diberikan harta yang berlimpah kalau kita tidak pandai besyukur maka itu juga sebagai ujian.

Keempat, ada orang kata Imam Al-Ghazali tidak bahagia di dunia dan tidak bahagia di akhirat. 

Istilahnya celaka di dunia tidak beruntung di akhirat. 

Mari kita bermohon kepada Allah SWT berada pada posisi yang pertama bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.

(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved