Nahkoda dari Timur
Buku Kisah A Amiruddin Nahkoda dari Timur Diterbitkan Lagi, Dahlan Abubakar: Edisi Revisi Lebih Seru
Peluncuran buku A Amiruddin Nakhoda dari Timur dirangkaikan buka puasa di Unhas Hotel & Convention Kampus Tamalanrea, 7 Maret 2025.
TRIBUN-TIMUR.COM - Buku A Amiruddin Nahkoda dari Timur diterbitkan lagi. Buku yang mengulas Gubernur Sulsel 19 Januari 1983-19 Januari 1993 dan Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) 1973–1982, Ahmad Amiruddin, diluncurkan di Unhas Hotel & Convention Kampus Tamalanrea, Makassar, 7 Maret 2025.
Kisah Gubernur Ke-4 Sulsel dan Rektor Ke-6 Unhas itu memang tak lekang ditutur. Gaya kepemimpinan dan pemikiran Ahmad Amiruddin selalu diungkap dalam arena pembahasan tentang Sulsel dan Unhas.
“Peluncuran buku A Amiruddin Nakhoda dari Timur dirangkaikan dengan acara buka puasa,” kata Dr Andi M Taufik, salah seorang anggota Penitia Peluncuran ‘Nakhoda dari Timur kepada media dalam keterangan pers yang didampingi Makhfud Sappe dan penulis buku M Dahlan Abubakar di Café Solusi Makassar, Rabu (5/3/2025) petang.
“Edisi pertama menceritakan Prof Ahmad Amiruddin semasa hidup. Kemudian diterbitkan edisi kedua yang berisi tambahan masa purnabakti hingga wafat. Edisi revisi ini lebih lengkap lagi,” kata penulis Buku Nahkoda dari Timur, M Dahlan Abubakar di Makassar, Rabu (5/3/2025).
Bab I di Buku Nahkoda dari Timur yang akan diluncurkan berisi edisi revisi. “Buku edisi pertama utuh di Bab 2,3, dan 4. Bab V berisi catatan testimoni seluruh mantan Rektor Unhas kecuali Hasan Walinono. Juga testimoni seluruh mantan Ketua Dewan Mahasiswa Unhas dari Syafri Guricci hingga Taslim Arifin,” jelas Dahlan Abubakar.
Edisi revisi juga berisi testimoni dua mantan menteri tentang Prof Ahmad Amiruddin, Abdul Latif dan Sarwono Kusumaatmadja. Kedua menteri ini diundang khusus ke Sulsel oleh Ahamd Amiruddin untuk melihat peluang investasi.
Abdul Latief menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia Ke-18, 17 Maret 1993-4 Maret 1998. Sarwono Kusumaatmadja adalah Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia ke-2, 17 Maret 1993-17 Maret 1998.
“Yang agak kontroversial pendapat Prof Andi Zaenal Abidin Farid yang mengatakan ‘Kalau mau beritahu sesuatu ke Amiruddin jangan di depan orang banyak, tapi harus empat mata’,” ujar Dahlan Abubakar.
Buku Nahkoda dari Timur terbit pertama kali setebal 274 halaman oleh Yayasan Pendidikan Latimojong dan diluncurkan di Hotel Mulia Jakarta 25 tahun silam, 1999.
Pada edisi revisi ketebalan buku membengkak menjadi 604 halaman dengan adanya tambahan dua bab, yakni Bab I dan Bab V. Bab II, III, dan IV merupakan naskah asli cetakan pertama yang dikerjakan oleh MDahlan Abubakar, Rudy Harahap (alm.), SM Noor, Baso Amir, dan Ridwan Effendy (alm.). Namun pada edisi revisi dengan tambahan dua bab dikerjakan oleh M Dahlan Abubakar.
Penerbitan edisi revisi ini diprakarsai Lexy M.Budiman dari The Hills Institute Jakarta yang ikut mendukung kegiatan peluncuran bersama Dr Andi M Taufik, Makhfud Sappe, dan penulis M Dahlan Abubakar.
Keempat sosok ini termasuk tim peluncuran di Jakarta 25 tahun silam.
Peluncuran buku secara seremonial dan simbolik telah dilakukan ketika Dies Natalis ke-68 Universitas Hasanuddin di Baruga Andi Pangerang Petta Rani Kampus Tamalanrea pada tahun 2024.
Peluncuran kali ini dimaksudkan untuk menyosialisasikan pemikiran-pemikiran Prof Ahmad Amiruddin sebagai seorang pemimpin yang visioner yang belum tergantikan hingga kini.
“Banyak jejak dan karakter kepemimpinan Pak Amiruddin yang perlu diwariskan oleh para pemimpin dan generasi pada masa sekarang,” kata Dr Andi M Taufik, salah seorang anggota Penitia Peluncuran “Nakhoda dari Timur” kepada media dalam keterangan pers yang didampingi Makhfud Sappe dan Dahlan Abubakar di Café Solusi Makassar, Rabu (5/3/2025) petang.
Andi Taufik berharap melalui peluncuran buku A.Amiruddin diharapkan rekam jejak pemikiran dan jejak kepemimpinan Rektor Unhas dan Gubernur Sulsel masing-masing dua periode itu dapat didesiminasikan kepada generasi muda Sulawesi Selatan, lebih khusus lagi kepada para pemimpin di daerah ini.
“Apa yang kita nikmati sekarang merupakan produk pemikiran Pak Amiruddin yang termaktub di dalam Trikonsep Pembangunan Sulawesi Selatan, yakni perubahan pola pikir, perwilayahan komoditas, dan petik olah jual,” kunci Andi Taufik.(*)
Bekingi Proyek Tambang, Polisi Tembak Polisi asal Makassar Divonis Seumur Hidup |
![]() |
---|
Mengenali 5 Gejala Tipes Buat Komedian Sule Jatuh Sakit |
![]() |
---|
Makassar Jadi Tuan Rumah Doa Seribu Santri |
![]() |
---|
Pengamat UIN: Gedung DPRD Makassar Tidak Lagi Representatif, Biringkanaya-Tamalanrea Opsi Lokasi |
![]() |
---|
Keberadaan Gibran saat Pelantikan Menteri Baru Terungkap, Anak Jokowi Tak Hadir di Istana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.