Kompala Unifa Turunkan Tim Bantu Evakuasi Korban Banjir Antang Makassar
Namun, saat akan mulai bergerak, tim dari Kompala mendapat informasi jika mereka tak bisa menembus Blok 10 jika menggunakan perahu karet tanpa mesin.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Komunitas Pencinta Alam (Kompala) Universitas Fajar (Unifa) Makassar menurunkan tim membantu proses evakuasi warga terjebak banjir di Blok 10 Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Makassar, Sulsel, Rabu (12/2/25) siang.
Awalnya, Kompala Unifa menerima permintaan evakuasi seorang ibu lanjut usia (lansia), Djariah Alfrida (80), yang terjebak banjir di rumahnya, Jl Terompet 18 Nomor 153 Blok 10 Perumnas Antang.
Ketua Kompala Unifa, Fresky, kemudian memimpin tujuh anggotanya untuk melakukan evakuasi.
Tiba di Blok 8 Antang yang menjadi titik akhir kendaraan, anggota Kompala langsung menyiapkan perahu karet yang dibawanya untuk selanjutnya menuju rumah korban terjebak banjir.
Namun, saat akan mulai bergerak, tim dari Kompala mendapat informasi jika mereka tak bisa menembus Blok 10 jika menggunakan perahu karet tanpa mesin.
Selain karena ketinggian banjir hampir dua meter, arus air yang akan dilalui cukup deras.
Setelah mencari perahu dilengkapi mesin, akhirnya tim dari BPBD Makassar siap membantu melakukan evakuasi lansia tersebut.
Tiga anggota BPBD Makassar dan satu anggota Kompala kemudian menuju rumah Djariah Alfrida untuk melakukan evakuasi.
Proses evakuasi berlangsung dramatis karena korban bertubuh gemuk dan sudah tidak bisa jalan sehingga harus ditandu dari kamar tidurnya ke perahu yang menunggu di depan rumah.
Tiga puluh menit kemudian, tim evakuasi berhasil membawa lansia tersebut keluar dari rumahnya untuk selanjutnya diantar ke rumah anaknya.
Selain mengevakuasi lansia tersebut, anggota Kompala juga membantu mengevakuasi beberapa warga lainnya yang terjebak banjir di rumahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari titik akhir kendaraan.
"Jadi tadi kami bersama tim BPBD Makassar mengevakuasi seorang ibu lansia dari rumahnya. Selain itu, kami juga mengevakuasi beberapa warga menggunakan perahu karet," ujar Fresky.
Darurat Banjir
Pemerintah Kota Makassar mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tentang Penetapan Status Keadaan Tanggap Darurat Bencana Banjir.
Penetapan status kebencanaan ini berlaku sepekan, 10-17 Februari 2025.
Saat ini, empat kecamatan di Kota Makassar dilanda banjir.
Titik paling parah di Kecamatan Manggala, banjir mencapai atap rumah warga.
Hingga Rabu (12/2/25), pukul 16.30 wita, jumlah warga mengungsi karena rumahnya terendam sebanyak 4.301 jiwa.
Dengan adanya SK tersebut, semua stakeholder khususnya yang terkait harus bergerak untuk melakukan langkah-langkah penanganan.
"Karena sudah berstatus tanggap darurat maka pusat juga sudah akan menurunkan bantuan untuk korban banjir. Rencananya besok sudah akan tiba di Makassar. Hari ini sementara proses pengiriman," ucap Danny Pomanto.
Menurut Danny, banjir kali ini lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Untuk itu, Danny berharap masyarakat segera mengungsi ke tempat tempat pengungsian yang telah disiapkan.
"Karena kalau masih bertahan di rumah dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, mereka juga tidak terdata sehingga sangat sulit memberikan bantuan logistik," ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Makassar Achmad Hendra Hakamuddin mengatakan, SK tanggap darurat itu menyatakan bahwa Makassar dalam kondisi darurat bencana banjir.
Untuk itu, seluruh elemen diharapkan untuk terlibat dalam penanganan atas risiko bencana banjir yang terjadi.
"Dalam kondisi tanggap darurat artinya semua terlibat, jadi seluruh SDM-nya bisa digerakkan," ucap Achmad Hendra Hakamuddin.
Dalam status darurat bencana ini, Pemerintah Kota Makassar bisa menggunakan anggaran biaya tak terduga (BTT) dalam penanganan banjir.
Achmad Hendra mengakui, kondisi banjir tahun ini cukup parah.
Katanya, banjir biasanya terjadi karena hujan yang lebat hingga sangat lebat dengan durasi yang panjang.
Namun kali ini berbeda, meski hujan turun dengan curah yang tinggi namun durasinya tidak terlalu lama atau ada jeda beberapa waktu.
Baginya ini pengalaman baru, sebab jika ukuran banjir seperti yang lalu-lalu maka banjir yang terjadi tidak separah sekarang ini.
Namun faktor-faktor lain juga perlu diperhatikan.
Kondisi air yang ada di hulu maupun wilayah tetangga juga mempengaruhi tingkat keparahan banjir.
"Misalkan curah hujan di tempat lain, di bagian hulu, kondisi air di Bili-bili misalkan, karena maksimal daya tampungnya sehingga itu membuat risiko air tertampung begitu banyak sehingga itu dilepas pelan-pelan jadi itu adalah hal-hal yang perhatian kita dan pengalaman kita," katanya.
"Ini tidak dalam konteks menyalahkan siapa-siapa, ini adalah proses pembelajaran kita semua," sambungnya.(*)
BPBD Makassar Pasang Alat Deteksi Banjir di Tiga Sungai |
![]() |
---|
Pemkot Makassar Siap Lindungi Warga dari Berbagai Ancaman Akibat Perubahan Iklim |
![]() |
---|
Belasan Tahun Langganan Banjir, Warga Perumnas Antang Makassar Geruduk DPRD Sulsel |
![]() |
---|
Update Banjir Makassar: 1.352 Warga Manggala-Tamalanrea Masih Mengungsi |
![]() |
---|
DPRD Barru Kunker ke Kantor Dishub dan BPBD Pemkot Makassar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.