Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Aturan Baru Tarif Taksol Dikeluhkan Driver

Penurunan orderan ini sangat dirasakan drastis oleh Anton yang menyebabkan pendapatannya pun ikut berkurang.

|
Editor: Ina Maharani
FAQIH/TRIBUN TIMUR
AKSI DRIVER - Pengemudi taksi online di Makassar menutup Jl Urip Sumoharjo pada Selasa (11/2/2025) siang. Massa aksi menutup ruas jalan di bawah guyuran hujan untuk menuntut pengawasan pada aplikator taksi online. 

Makassar, Tribun - Hampir sepekan aplikator sudah menerapkan tarif yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 2559/XII/Tahun 2022 tentang Angkutan Sewa Khusus (ASK). 

Ragam cerita dari driver taksi online (taksol) di Makassar didapat dari implementasi penerapan tarif tersebut, Rabu (12/2/2024)

Anton, seorang driver taksol, mengakui orderannya turun drastis sejak aplikatornya menyesuaikan tarif layanan ekonomisnya.

Anton menyampaikan bahwa masyarakat Makassar paling banyak menggunakan layanan ekonomis, seperti karyawan mal, anak sekolah, atau ibu rumah tangga yang pergi ke pasar.

Penurunan orderan ini sangat dirasakan drastis oleh Anton yang menyebabkan pendapatannya pun ikut berkurang.

"Orderan makin berkurang ji. Ini coba dipaksakan tarif baru, sedikit kali yang pesan karena mahal," kata Anton ditemui di Makassar.

Anton menjadi driver taksol di Makassar sejak pandemi. Saat itu, menjadi driver taksol merupakan satu-satunya pilihan setelah "dirumahkan" karena ekonomi perusahaan tidak mampu membayar upah karyawannya.

Hampir lima tahun Anton menjadi driver taksol berlabel hijau dan telah menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utamanya sampai nanti mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya.

Pekerjaan sebagai driver taksol cukup membantu kebutuhan keluarganya dan perlahan membantunya bangkit dari keterpurukan.

Senada, Yudi mengalami hal yang serupa dengan Anton.

"Hape saya tidak bunyi ji dari pagi. Biasanya sudah tat tet tat tet orderan," ujar Yudi.

Ia mengaku tahu soal perubahan tarif ini dan ikut serta dalam demo yang diadakan di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan pada 11 Februari lalu.

Yudi mengaku menginginkan perubahan tarif, tapi tidak menyangka bahwa kenaikan Rp1.000 - Rp2.000 saja sudah membuat pelanggannya kabur.

"Ah, ini padahal cuma naik sedikit, langsung berimbas menjadi sepi dan pindah ke aplikator lain yang belum menerapkan tarif," tambah Yudi.

Yudi berharap agar pemerintah bisa tegas kepada aplikator-aplikator lain yang belum menyesuaikan tarifnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved