Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

SPN Jawa Barat Ungkap Kebohongan Valyano Boni Siswa Dipecat Jelang Pelantikan, TNI AL Turun Tangan

Ia diduga melakukan sejumlah pelanggaran dan diduga mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Editor: Ansar
Tribunnews.com
SISWA SPN DIPECAT - Tangkap layar YouTube TV Parlemen yang diambil pada Senin (10/2/2025), menunjukkan sosok Kepala SPN Polda Jabar, Kombes Dede Yudy Ferdiansyah (kiri) dan mantan Bintara SPN Polda Jabar, Valyano Boni Raphael (kiri). Dalam RDP bersama Komisi III DPR RI, Kamis (6/2/2025), Kombes Dede mengungkapkan Valyano Boni pernah berbohong mengenai riwayat pendidikan militer. Dalam hal itu, Kodiklatal TNI AL turun tangan mengirim surat untuk memberikan klarifikasi. 

Diduga Idap NPD

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Bagian Psikologi Sumber Daya Manusia (SDM) Polda Jabar, Ipda Ferren Azzahra Putri, menyampaikan pemaparan mengenai hasil pemeriksaan psikologi terhadap Valyano Boni Raphael.

Hasilnya, kata Ferren, beberapa perilaku Boni menjurus ke NPD.

Ferren lantas memberikan contoh-contoh perilaku Boni yang dianggap mengarah ke NPD.

Pertama, Ferren mengatakan Boni berteriak 'Brimob' saat berlari bersama siswa SPN Polda Jabar.

"Contoh, anak kami dinyatakan NPD adalah saat lari bersama siswa, anak kami bersorak 'Brimob' dan itu dianggap oleh Bakpesi Polda Jabar (sebagai perilaku) NPD," jelas Ferren.

Contoh selanjutnya adalah, saat Boni meminta fasilitas kesehatan yang tak sesuai aturan SPN Polda Jabar.

Menurut Ferren, Boni meminta dirawat di RS Siloam saat akan menjalani operasi impaksi gigi.

"Merasa memiliki hak lebih. Kami dapat data dari SPN, Yang Bersangkutan tidak ingin dirawat di rumah sakit Polri saat impaksi gigi."

"(Boni) ingin dirawat di Siloam, ingin mendapat fasilitas terbaik," urainya.

Selain NPD, Boni juga disebutkan melakukan eksploitasi interpersonal terhadap rekannya.

Pada suatu kesempatan, Boni dikatakan pernah meminta kepada rekannya, agar ia dipukul menggunakan sapu lidi.

Alasannya, Boni ingin menunjukkan kepada orang tua, ia menjadi korban pemukulan.

"Dengan maksud seolah dipukuli pengasuh. Karena dilakukan pemeriksaan tidak terbukti adanya pemukulan dan penculikan tersebut, Propam kami sudah melaksanakan pemeriksaan," kata Ferren.

Belum selesai melanjutkan pernyataannya, omongan Ferren lantas dipotong oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved