Opini
Membentuk Perilaku Literasi Sejak Dini
Tradisi dan kebiasaan Prabowo Subianto kembali ditunjukkan disela-sela kunjungannya ke India dan menyempatkan diri berbelanja buku
Bunda Baca pada tingkat Kabupaten, kecamatan dan desa kelurahan, membentuk Tim Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, membentuk perpustakaan desa dan kelurahan, melibatkan masyarakat ikut serta berperan membentuk duta baca majelis taklim AMTI, Perpustakaan Masjid.
Dan, pada 2024 Chaidir Syam berhasil mengantar Kabupaten Maros Terbaik di Sulawesi Selatan sebagai kabupaten yang memiliki Tingkat Kegemaran Membaca Sangat Tinggi di Sulsel yaitu diangkat 90,94 kategori sangat tinggi.
Bagaimana Membentuk Perilaku Literasi Sejak Dini
Membaca sesungguhnya bukan Pilihan, tapi keharusan atau wajib. Nah, untuk menjadikan membaca sebagai kebiasaan ataupun perilaku, maka haruslah dirangsang lewat stimulasi yang konsisten agar menjadi kebiasaan plus budaya.
Karena itu, membaca sesungguhnya membentuk struktur kebudayaan yang seharusnya dimulai dari masa anak-anak sebelum lahir oleh ibunya telah memulai memberi asupan literasi.
Caranya dengan banyak membaca buku-buku. Sasaran pendidikan literasi yang baik menurut penulis adalah calon pasangan
usia subur yang akan memasuki masa menikah (Pra menikah).
Kedua calon pasangan usia subur inilah sangat strategis diberikan edukasi yang sehat tentang pentingnya literasi membaca diberikan sebelum mereka menikah.
Alasannya, hanya dengan pemahaman yang tinggi dan keinginan besar kedua pasangan calon pengantin tersebut, punya habit atau kebiasaan membaca yang tinggi, penulis yakin akan melahirkan anak-anak yang melek literasi.
Nah, kedua pasangan calon usia subur menjadi target kampanye literasi, lalu mereika menikah, berikutnya akan melahirkan anak-anak yang gemar membaca dan gemar literasi (Pasca menikah).
Pasca anak-anak lahir telah dibiasakan dibentuk perilakunya sebagai anak yang mencintai literasi, dekatkan buku-buku padanya sejak dini.
Klimaksnya, anak-anak tumbuh dewasa akan menunjukkan perilaku pro literasi karena sejak masa dalam kandungan, ibunya telah berhasil memberi asupan literasi dengan membacakan buku-buku pada jaban bayinya semasa dalam perut ibunya.
Efeknya, akan menjadi anak berperilaku literasi seperti ibunya telah membentuknya anak menghargai literasi sejak dini.
Penulis yakin Indonesia bisa kuat, karena membaca dan menulis. Penulis memberi apresiasi kepada Prof.StellaCristie, Wakil Menteri Dikti Saintek yang mengemukakan pentingnya budaya menulis menjadi perilaku dasar bagi bangsa kita.
Perspektif orang-orang Barat yang selalu merendahkan orang Indonesia terkait minat dan budaya baca kita tentang sejumlah survei yang selalu menempatkan Indonesia di nomor urut belakang, sesungguhnya tidak benar.
Sebab, survei Perpustakaan Nasional yang acapkali digelar setiap tahun, menunjukkan kalau bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki perilaku membaca dan menulis tinggi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.