Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Mubha Kahar Muang

Byzantium

sebuah kota tidak hanya menjadi ruang huni, tetapi juga wilayah personal, terutama bagi warganya, untuk menemukan diri dan kebebasannya.  

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Byzantium
dok.tribun
Mubha Kahar Muang, Anggota FKP DPR RI 1987-1992-1997-1998

Oleh: Mubha Kahar Muang
Anggota FKP DPR RI 1987-1992-1997-1998

TRIBUN-TIMUR.COM - Legenda dari sekitar 660 SM mengisahkan, Raja Byzas dari Megara, sebuah kota dekat Athena pada masa ekspansi kolonial Yunani, berlayar ke arah Timur Laut melintasi Laut Aegea hingga tiba ke Bosphorus. 

Di wilayah itu Raja Byzas mendirikan kota dan menamakannya Byzantium, sesuai dengan namanya.
 
Kota ini menjadi kota niaga karena lokasinya yang strategis dan satu-satunya pintu masuk ke Laut Hitam. 

Lokasi Byzantium menarik perhatian Kaisar Romawi Konstantinus I yang pada 330 Masehi membangun ulang kota ini.

Konstantinus Kaisar Romawi pertama yang memeluk agama Kristen melihat Byzantium sebagai lokasi yang tepat bagi seorang kaisar untuk bertahta. 

Dia kemudian memindahkan pusat kekaisaran dan menetapkan Byzantium sebagai ibu kota Kekaisaran Timur.
 
Byzantium kemudian dibangun dengan fasilitas yang layak bagi sebuah kota metropolis kekaisaran.

Alun-alun baru di pusat kota dibuka.
Di sebelah timur alun-alun dibangun Basilika. 
Istana Agung Kaisar. Hippodromos, tempat pacuan kuda yang mampu menampung 80.000 penonton.
Jalan raya yang dipagari jajaran pilar. 
Gedung Kehakiman, Gedung Dewan Senat, semuanya dibangun.

Byzantium memperkenalkan solidus emas, koin yang bernilai tinggi dan stabil. 

Kota ini memiliki pertahanan yang matang, kemudahan akses ke perbatasan, memperoleh suplai dari kebun-kebun yang subur dan bengkel-bengkel yang canggih di Asia.
 
Byzantium kota penting dalam sejarah. 
Setelah Kaisar Romawi Konstantin I wafat, kota ini lalu dinamai Konstantinopel yang berarti Kota Konstantinus.

Konstantinopel

Menjadi ibukota empat kekaisaran besar yaitu Kekaisaran Romawi (330-395), Kekaisaran Romawi Timur (395-1204 dan 1261-1453), Kekaisaran Latin (1204-1261) dan Kekaisaran Ottoman (1453-1922).​
 
Konstantinopel dilukiskan dalam novel-sejarah The Female oleh Paul I Wellman. Terbit pertama kali pada 1953 bahwa “… tak pernah dalam sejarah ada kota yang bertabiat seperti wanita, dalam kemewahan, tingkah dan kemolekannya dari pada Konstantinopel yang pada tahun 521 Masehi kadang masih disebut orang dengan nama kuno Byzantium. 

Ia seolah-olah berbaring dalam pelukan tiga kekasih:  Bosporus, Propontis dan Tanduk Mas.”
 
Propontis adalah nama kuno untuk Laut Marmara. Diskripsi ini tentu menggambarkan keagungan dan keindahan Konstantinopel.

Pada bagian timur berdiri Istana kerajaan, kompleks orang-orang terhormat, para bangsawan dan orang kaya dan sejumlah bangunan megah lainnya terutama Katedral Santa Sophia. 

Sementara di bagian Selatan kota berdiri patung Aphrodite, dewi asmara yang dilukiskan berdiri tegak setengah memejamkan mata tanpa busana. 

Novel Wellman bercerita tentang Yustinianus I dan Theodora istrinya. 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved