Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penduduk Miskin di Sulsel Turun, Ini Faktor Pendorongnya

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penurunan penduduk miskin di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Penulis: Rudi Salam | Editor: Sakinah Sudin
YouTube BPS Sulsel
Kepala BPS Sulsel Aryanto dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui YouTube BPS Sulsel, Rabu (15/1/2025). BPS mencatat, penduduk miskin Sulsel pada September 2024 mencapai 711,77 ribu orang. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penurunan penduduk miskin di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Sebagaimana diketahui, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Sulsel pada September 2024 mencapai 711,77 ribu orang. 

Jika dibandingkan pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin di Sulsel berkurang 24,7 ribu orang. 

Kepala BPS Sulsel Aryanto menyebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret 2024-September 2024.

Seperti perekonomian Sulsel pada triwulan III tahun 2024 tumbuh positif sebesar 5,08 persen (y-on-y). 

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan III tahun 2024 tumbuh positif sebesar 4,96 persen (c-to-c). 

“Pertumbuhan ekonomi naik 11,83 persen pada Triwulan III tahun 2024 dibanding Triwulan 1 tahun 2024,” sebut Aryanto dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui YouTube BPS Sulsel, Rabu (15/1/2025).

Faktor lainnya adalah ekonomi Sulsel tumbuh positif pada triwulan III tahun 2024 yakni mengalami percepatan jika dibandingkan dari triwulan II tahun 2024 dan triwulan III tahun 2023.

Kemudian ada juga faktor perkembangan Indeks Harga Konsumen.

“Pada September 2024 terhadap Maret tahun 2024 mengalami deflasi 0,52 persen,” kata Aryanto.

Kemudian dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka pada Agustus 2024 sebesar 4,19 persen, menurun dibanding Agustus 2023 sebesar 4,33 persen.

Diketahui, untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). 

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut Garis Kemiskinan. (*)

Laporan Jurnalis Tribun Timur, Rudi Salam

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved