Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makan Siang Gratis

Ibu Kantin di SMA 10 Makassar Cemas Pendapatan Anjlok Imbas Program Makan Siang Gratis

 Ibu kantin di SMA 10 Makassar khawatir pendapatan menurun setelah program Makan Bergizi Gratis diterapkan. Hanya kelas X yang dapat fasilitas ini.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Sukmawati Ibrahim
SITI AMINAH/TRIBUN TIMUR
Fatma, pemilik kantin di SMA 10 Makassar, khawatir usahanya terimbas program Makan Bergizi Gratis. Ia berharap ada solusi agar kantin tetap beroperasi.  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Rasa cemas menghantui salah satu pemilik kantin di SMA 10 Makassar, Kecamatan Manggala, setelah diterapkannya program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Fatma (ibu kantin) menceritakan, ia sempat menutup kantinnya pada Senin (6/1/2025) lalu, tepat pada hari pertama dimulainya MBG.

Untungnya, ia mendengar kabar bahwa tidak semua siswa menerima program MBG tersebut.

Di SMA 10 Makassar, hanya kelas X yang menjadi sasaran pemberian MBG. Siswa kelas XI dan XII belum mendapatkan fasilitas tersebut.

Fatma beruntung karena kantinnya berdekatan dengan ruang kelas siswa kelas XI dan XII, sehingga ia masih bisa memanfaatkan peluang untuk berjualan.

"Saya beranikan diri buka kemarin, katanya tidak semua dapat makan gratis, artinya masih ada peluang," ucap Fatma saat diwawancarai Tribun-Timur.com, Rabu (8/1/2024).

Ada lima kantin yang beroperasi di SMA 10 Makassar, salah satunya, Kantin Sehat, sudah tidak buka sejak libur semester.

Fatma mengaku, Kantin Sehat tidak buka sejak hari pertama sekolah dan pada hari pertama penerapan MBG.

“Kantin Sehat ini sudah tutup sejak Senin, kurang tahu kapan buka lagi karena mungkin dia pikir ada Makan Bergizi Gratis untuk siswa jadi tidak menjual. Padahal banyak makanannya, banyak karyawannya di sana,” ungkapnya.

Fatma sendiri menjual beragam makanan, baik ringan maupun berat.

Untuk makanan berat, ia menyediakan mie kering, nasi goreng, nasi ayam, dan jajanan lainnya.

“Per hari ada 20 orang siswa paling banyak yang datang ke kantin. Kalau pagi mereka hanya jajan cemilan seperti roti, tapi saat jam istirahat mereka makan berat,” tutupnya.

“Kalau nanti semua siswa kelas XI dan XII dapat makan gratis, pasti siswa yang dekat dengan kantin saya tidak akan datang lagi ke sini, dan penjualan otomatis akan menurun,” keluhnya.

Padahal, untuk berdagang di sekolah tersebut, Fatma mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Setiap harinya, ia harus membayar Rp15.000 selama lima hari sekolah. Belum lagi token listrik Rp50.000 per minggu, sewa kantin Rp2,5 juta per tahun, dan sewa lahan Rp1 juta per tahun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved