Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Makassar

Danny Pomanto Minta Warga Hubungi Call Center 112 Jika Butuh Bantuan saat Bencana

Danny memastikan, laporan masyarakat akan cepat direspon saat menyampaikan aduannya lewat call center 112.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Hasriyani Latif
Tribun Timur
Wali Kota Makassar Danny Pomanto saat memantau banjir di Kota Makassar 2022 lalu. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Wali Kota Makassar, Danny Pomanto meminta masyarakat aktif melaporkan jika melihat potensi terjadinya bencana maupun saat berlangsungnya bencana. 

Masyarakat bisa menghubungi layanan call center 112 secara gratis. 

Danny memastikan, laporan masyarakat akan cepat direspon saat menyampaikan aduannya lewat call center 112.

"Telepon saja ke 112, banyak yang menelfon, call center lebih cepat penanganannya di Makassar," ucap Danny Pomanto kepada awak media di Kantor Wali Kota Makassar Jl Ahmad Yani, Selasa (10/12/2024). 

Danny juga mengingatkan agar masyarakat terus bersiap-siap menghadapi bencana banjir

Apalagi, sekarang cuaca esktrem akan sering terjadi menjelang puncaknya di akhir tahun 2024 dan awal tahun 2025.

"Harus bersiap, ini banjir bukan hal yang tiba-tiba datang. Ada prosesnya dan banjir bukan hanya terjadi di Makassar tapi di dunia juga," ujar Danny. 

Baca juga: Banjir Rendam SMPN 26 Makassar, Aktivitas Belajar Diliburkan

Diketahui, ada empat kecamatan yang menjadi daerah rawan saat hujan, ialah Kecamatan Panakkukang, Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea. 

Wilayah ini kerap dikepung banjir saat cuaca ekstrem melanda Kota Makassar

Danny mengakui, banjir di Makassar memang berlangsung sejak dulu, jauh sebelum ia menjabat wali kota. 

Salah satu pemicu banjir ialah banyaknya bangunan-bangunan perumahan yang berdiri di tempat penyerapan air. 

Misalnya blok 8 dan 10 Antang Kacamata Manggala, dan kawasan-kawasan perumahan yang ada di wilayah Biringkanaya dan Tamalanrea. 

Salah satu solusi untuk mengatasi banjir kata Danny ialah merevisi tata ruang di wilayah tersebut. 

Misalnya mengkonsolidasi lahan atau pemukiman rawan banjir kembali ke fungsinya, yaitu sebagai tempat penyerapan air.

"Tapi kan belum pernah ada skema seperti itu, keuangannya yang berat, kalau di luar negeri ada, harus konsolidasi lahan namanya, jadi ditukar di tempat lain yang lebih tertata, kemudian yang lahan itu kembalikan sebagai tempat air," ulasnya. 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved