Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prof Wahyuddin Naro Wafat

Pesan Terakhir Prof Wahyuddin Naro Sebelum Meninggal, Ajak Memilih Pemimpin Religius dan Visioner

Rencananya jenazah Prof Wahyuddin Naro akan dimakamkan di Darussalam Vale di Pakato S. Minasa sekitar pukul 16.00 Wita.

Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM/FAQIH
Ketua FKUB Sulsel Prof Wahyuddin Naro   

TRIBUN-TIMUR.COM - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan, Prof Wahyuddin Naro, meninggal dunia.

Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Grestelina Makassar, Selasa (26/11/2024) sekitar pukul 02.00 Wita.

Rencananya jenazah Prof Wahyuddin Naro akan dimakamkan di Darussalam Vale di Pakato S. Minasa sekitar pukul 16.00 Wita.

Ia akan dishalatkan di Kampus UIN Alauddin, Samata, Gowa.

Sebelum meninggal dunia, Wahyuddin Naro sempat mengingatkan warga memilih pemimpin yang amanah dan berkomitmen pada kesejahteraan rakyat.

Hal itu disampaikan Prof Wahyuddin Naro dalam siaran persnya, Senin (25/11/2024).

Ia juga menekankan agar masyarakat tidak menyia-nyiakan hak pilih mereka.

“Mari gunakan hak konstitusional kita untuk memilih pemimpin terbaik sesuai hati nurani demi masa depan yang lebih berkemajuan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di Sulsel,” katanya mengajak.

Menurut mantan WR II UIN Alauddin ini, Pilkada Serentak adalah momentum penting untuk mengarahkan pembangunan daerah menuju Indonesia yang lebih baik.

Ia mengimbau masyarakat agar memilih pemimpin yang visioner, religius, dan menjunjung tinggi nilai keberagaman budaya, agama, suku, serta menjaga kerukunan dan kedamaian di Sulsel.

“Kita harus memahami dan mempelajari visi-misi para calon, menghindari penilaian personal, dan memilih sosok yang benar-benar berkomitmen membangun Sulsel yang lebih berperadaban,” katanya.

Sebagai Ketua FKUB Sulsel, Wahyuddin juga mengajak pimpinan majelis agama untuk terus mendorong umat mereka menjaga semangat jurdil (jujur dan adil) serta luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia) dalam proses pemilu ini.

“Kerukunan dan kedamaian adalah kunci utama yang harus kita jaga bersama, karena Sulsel adalah rumah kita,” katanya menegaskan.

Ia juga mengingatkan bahwa Pilkada bukan sekadar pesta politik, tetapi tanggung jawab moral dan sosial bagi seluruh warga bangsa.

“Hak pilih adalah amanah konstitusi dan Tuhan yang harus digunakan bijak. Jangan biarkan suara kita hilang atau mengganggu kerukunan yang telah terjaga dengan baik,” kata dia berpesan.

Pilkada 27 November ini adalah momentum lima tahunan yang tidak boleh diabaikan.

“Jangan sampai sehari Pilkada merusak ketentraman dan kedamaian yang telah kita bangun bertahun-tahun. Suara kita adalah kekuatan untuk perubahan dan mewujudkan Sulsel yang damai serta sejahtera,” ujar dia.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved