Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Alunan Angklung Tandai Pembukaan Simposium Beda Setara Jaringan Gusdurian

Simposium Beda Setara Jaringan Gusdurian tahun 2024 resmi dibuka di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Penulis: M Yaumil | Editor: Edi Sumardi
DOK GUSDURIAN
Pembukaan Simposium Beda Setara Jaringan Gusdurian tahun 2024 di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada Kamis (14/11/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Simposium Beda Setara Jaringan Gusdurian tahun 2024 resmi dibuka di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada Kamis (14/11/2024).

Pembukaan forum ini ditandai dengan alunan angklung yang dimainkan bersama di atas panggung.

Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, yang akrab disapa Alissa Wahid, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi, dan Rektor UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi Hasan turut memainkan angklung sebagai simbol dimulainya acara.

Hadir pula Koordinator Seknas Jaringan Gusdurian Jay Akhmad, Kepala Bidang dan Ketua Tim HDI KUB Kanwil Kemenag DIY Nur Ahmad Ghozali, Ketua PWNU DIY KH Ahmad Zuhdi Muhdlor, serta sejumlah tokoh agama dan perwakilan kepercayaan lainnya.

Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Jay Akhmad, menyampaikan bahwa tujuan simposium ini adalah untuk memperjuangkan kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) sebagai hak konstitusional yang harus dijamin, tidak sekadar dalam bentuk harmonisasi semata.

Simposium ini menghadirkan berbagai tokoh agama, praktisi KBB, dan akademisi untuk merumuskan strategi baru serta rekomendasi yang mendukung penguatan gerakan KBB di Indonesia.

“Kami yakin ini menjadi salah satu cara agar isu KBB terus dikampanyekan dan dibicarakan oleh masyarakat luas,” ujar Jay Akhmad.

Jay menambahkan bahwa simposium ini menjadi momentum untuk memperdalam, memperluas, dan memperkuat jaringan gerakan KBB di Indonesia.

"Ada tiga fokus utama, yaitu memperdalam di tingkat akar rumput, memperluas jejaring, dan memperkuat di level kebijakan," jelasnya.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Noorhaidi Hasan, menegaskan bahwa prinsip "Beda Setara," yang berarti toleransi, adalah DNA kampus ini.

Semangat toleransi yang digaungkan oleh Jaringan Gusdurian sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh UIN Sunan Kalijaga.

“Ketika ide untuk menggelar simposium ini diajukan kepada saya, saya mendukung sepenuhnya karena DNA UIN Sunan Kalijaga adalah Beda Setara,” kata Noorhaidi Hasan.

Alissa Wahid menambahkan bahwa isu KBB harus terus digaungkan di ranah publik. Menurutnya, konsep "Bhinneka Tunggal Ika" belum sepenuhnya tercermin dalam perlindungan hak beragama bagi semua warga negara.

“Kita sering membanggakan slogan Bhinneka Tunggal Ika, namun realitanya pemenuhan hak beragama masih belum merata,” kata Alissa Wahid.

“Dengan simposium ini, harapannya kita dapat mempertajam strategi untuk mencapai pemenuhan hak warga negara secara menyeluruh," katanya menutup.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved