Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Jakarta 2024

Elektabilitas Ridwan Kamil Disalip Pramono Versi Litbang Kompas, Pilgub Jakarta Potensi 2 Putaran

Litbang Kompas menyelenggarakan survei Pilgub Jakarta 2024 pada 20-25 Oktober 2024, sebulan menjelang pemungutan suara pilkada pada 27 November 2024.

Editor: Alfian
ist
Pasangan Pramono Anung - Rano Karno mulai mengancam elektabilitas Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta 2024. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Litbang Kompas merilis hasil survei terbaru untuk Pilgub Jakarta 2024.

Hasilnya, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno menyalip Ridwan Kamil dan Suswono.

Kedua pasangan ini bersaing cukup ketat secara elektabilitas.

Sementara itu pasangan Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana di posisi buncit dengan elektabilitas yang jauh tertinggal.

Diketahui Litbang Kompas menyelenggarakan survei Pilgub Jakarta 2024 pada 20-25 Oktober 2024, sebulan menjelang pemungutan suara pilkada pada 27 November 2024.

Dari ketiga pasangan calon
(paslon) kepala daerah, persa-
ingan paling ketat terjadi antara Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono.

Sementara paslon dari jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, berjarak cukup lebar dengan kedua rival politiknya.

Baca juga: Bandingkan Survei Terakhir Pilgub Jateng 2024: Ahmad Luthfi Kian Tak Nyaman, Andika Perkasa Melejit

Tiga pasangan calon Pilgub Jakarta 2024 yakni Dharma Pongrekun - Kun Wardhana, Ridwan Kamil - Suswono dan Pramono Anung - Rano Karno.
Tiga pasangan calon Pilgub Jakarta 2024 yakni Dharma Pongrekun - Kun Wardhana, Ridwan Kamil - Suswono dan Pramono Anung - Rano Karno. (Kolase Tribun-timur.com)

Berdasarkan hasil survei, kali
ini Pramono-Rano mampu menguasai lebih dari sepertiga dukungan (38,3 persen) pemilih di
Jakarta.

Capaian itu membuat
pasangan yang diusung PDI-P
ini menduduki puncak persa-
ingan.

Namun, tidak berjarak signi-
fikan, Ridwan-Suswono men-
dekat dengan menguasai du-
kungan 34,6 persen pemilih.

Ketatnya persaingan di anta-
ra kedua paslon itu tergambarkan pula dari sisi kadar loyalitas dukungan para pemilihnya.

Pramono-Rano ataupun Rid-
wan-Suswono sama-sama pu-
nya pendukung yang terbilang
loyal (strong voter).

Dikatakan loyal lantaran pa-
ra pemilih menyatakan sudah
pasti akan pilihannya, tidak
akan berubah hingga pemu-
ngutan suara.

Hasil survei me nunjukkan, lebih dari dua pertiga bagian pemilih dari kedua
paslon terbilang loyal.

Sisanya, kurang dari sepertiga bagian kurang loyal (swing voter) atau yang masih dapat berpindah pilihan hingga saat pemungutan suara mendatang.

Sekalipun kadar loyalitas du-
kungan pemilih terbilang tinggi, masih berpotensi membuka ruang perubahan.

Pasalnya, hasil survei ini juga mengindikasikan masih terbuka peluang peningkatan dukungan di antara paslon yang bersaing memperebutkan suara dari kalangan yang belum menjatuhkan pilihan
(undecided voter).

Merujuk hasil survei, sejauh
ini sekitar tiga perempat bagian pemilih saja yang sudah menyatakan siapa calon yang akan mereka pilih.

Sisanya, masih terdapat 23,8 persen pemilih yang belum mengungkapkan
paslon pilihannya.

Dinamika pilkada
Di balik ketatnya persaingan
di antara kedua paslon, ajang
Pilkada Jakarta kali ini me-
nampilkan wajah politik yang
berbeda ketimbang pilkada se- belumnya.

Apabila pada Pilkada DKI Jakarta 2017 menguak per-
saingan politik yang sarat de-
ngan muatan identitas sosial,
seperti agama, suku bangsa, dan cenderung membelah masyarakat secara diametral, kali ini hal itu nyaris tidak tampak.

Hal ini terlihat dari latar belakang pendukung setiap paslon yang kini tidak lagi signifikan perbedaannya.

Dari sisi latar belakang agama, misalnya, proporsi dukungan terhadap Pramono-Rano dan Ridwan-Suswono dalam survei kali ini tak tampak perbedaannya.

Dari identitas suku bangsa
ataupun kelompok etnis, me-
mang ada konsentrasi pemilih
berlatar belakang suku bangsa yang agak berbeda pada kedua paslon.

Pemilih berlatar suku
Betawi, misalnya, agak terkon-
sentrasi pada Pramono-Rano. 

Sementara itu, pemilih yang
bersuku Sunda cenderung ter-
konsentrasi kepada Ridwan-
Suswono.

Namun, tak berarti
pendukung Pramono-Rano terbilang minim yang bersuku Sunda.

Begitu juga besaran dukung-
an kepada Ridwan-Suswono dari pemilih bersuku Betawi.

Keragaman dukungan para
pemilih paslon semakin diper-
kuat oleh tidak terkonsentrasinya pemilih bersuku bangsa lain yang bermukim di Jakarta.

Pemilih berlatar belakang suku Jawa, yang terbilang paling banyak proporsinya di Jakarta, atau kelompok suku lain, seperti China, Batak, Bugis, dan Minang, cenderung tersebar pada kedua paslon.

Selain identitas keagamaan
dan suku bangsa, pemilahan latar belakang dukungan yang didasarkan pada latar belakang pilihan politik pemilih pun menunjukkan perbedaan yang kurang signifikan.

Pemilih yang saat pilkada se-
belumnya mengaku memilih
Anies Baswedan kali ini pilih-
annya cenderung tersebar pada tiap-tiap paslon.

Apa yang terjadi pada para pemilih Basuki Tjahaja Purnama juga tidak banyak berbeda.

Kali ini, konsentrasi dukungan pemilih Basuki tak tertuju hanya kepada salah satu paslon.(Litbang Kompas)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved