Literasi Ulama
Jalan Politik Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar
Begitu respon singkat beliau saat saya menyerahkan konsep jilid kedua buku Anregurutta, kumpulan tulisan kolom Literasi Ulama Tribun Timur.
Oleh: Firdaus Muhammad
Pembina Pesantren An-Nahdlah, Dosen UIN Alauddin dan Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel
Di pojok kursi lobi hotel, Anregurutta Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA berpesan kepada penulis, “Teruslah tulis riwayat para ulama kita di Sulsel, tidak banyak yang mengerjakannya”.
Begitu respon singkat beliau saat saya menyerahkan konsep jilid kedua buku Anregurutta, kumpulan tulisan kolom Literasi Ulama Tribun Timur.
Sesaat kemudian beranjak menuju ke acara pemerintah daerah luar kota, kala itu.
Sosok ulama tawadhu itu, kini mendapat kepercayaan dari Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Agama dan dilantik pada Senin 21 Oktober lalu di istana negara.
Sebelumnya, menjabat sebagai Dirjen Bimas Islam hingga Wakil Menteri Agama di Kementerian Agama RI.
Setelah dilantik beliau silaturahim pada PBNU, Prof. Nasaruddin Umar juga pernah masuk jajaran PBNU dan memimpin puncak acara hari santri, 22 Oktober.
Beliau merupakan sosok intelektual muslim asal Sulsel yang berkiprah dalam pentas nasional.
Prof Nasar, panggilan akrabnya, bukan sosok politisi melainkan ulama dan akademisi, tetapi jejaring politiknya sangat luas hingga dunia internasional.
Mengenal Prabowo sejak lama, dekat dengan SBY dan Jokowi saat keduanya menjabat presiden.
Politik jalan Tengah yang ditempuhnya terterima semua kalangan bahkan rezim politik yang berbeda.
Tercatat sebagai Pendiri Pondok Pesantren al-Ikhlas Ujung Bone, Rektor Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta dan Guru Besar bidang Tafsir UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Dilahirkan di sebuah daerah terpencil, Desa UjungE Kabupaten Bone pada tanggal 23 Juni 1959.
Menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di desa tersebut.
Kemudian ayahnya mengirim mengaji kitab kuning di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, kala itu, dipimpin AGH. Muh. Yunus Maratan.
Selain mengikuti pengajian kitab kuning, juga mengikuti pendidikan formal, yakni tingkat madrasah Tsanawiyah hingga tamat Aliyah.
Hijrah ke Makassar untuk melanjutkan kuliah di IAIN Alauddin.
Selain kuliah, beliau juga bersama sahabatnya sesama alumni Pesantren As’adiyah, diantaranya AGH. Muh. Harisah AS, bersama-sama takhassus mengaji kitab kuning kepada Al-allamah Nashirussunnah AGH. Muhammad Nur dan As-Syekh AGH. Abdul Kadir Khalid, MA.
Pengabdiannya selama di Makassar, di Pesantren Pondok Madinah, Pesantren IMMIM, dan Dosen IAIN Alauddin Makassar.
Kemudian hijrah ke Jakarta dan menjadi Wakil IV UIN Jakarta. Guru besar tafsir di UIN Syarif Hidayatullah memberinya akses lebih luas.
Pengalaman akademiknya cukup beragam, diantaranya pernah menjadi dosen tamu sejumlah perguruan tinggi, dalam dan luar negeri, selain beberapa jabatan untuk pengabdian ilmunya.
Mendapat amanah sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta dan berhasil melakukan renovasi.
Kemudian amanah sebagai Ketua Umum PP. As’adiyah dan kini jalan politiknya mengantarkan pada posisi Menteri Agama RI.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.