Opini Aswar Hasan
Isyarat Jokowi Bakal Ditinggalkan
Hubungan antar pihak bisa berubah dengan cepat, dan apa yang dianggap benar hari ini bisa dianggap salah di hari besok.
Konsep ini membantu kita memahami mengapa aliansi politik bisa berubah-ubah.
Dengan memahami konsep ini, kita bisa lebih kritis dalam menilai tindakan para politisi.
Demikianlah yang terjadi dalam hubungan kerjasama politik antara Prabowo dan Jokowi yang selama ini mesra hubungannya dalam kepentingan yang sama yaitu Pilpres.
Tetapi kemudian timbul fenomena retak. Apakah karena kepentingannya mulai berbedah ? Sangat boleh jadi.
Berawal dari perbedaan kepentingan antara Prabowo dan Jokowi mengenai penggunaan prioritas anggaran negara.
Bermula saat Presiden Joko Widodo dalam pidato nota keuangan mengungkapkan anggaran pembangunan infrastruktur tahun 2025, disiapkan sebesar 400,3 triliun rupiah.
Anggaran tersebut mencakup keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara tahun 2025. (Cnn,16/8-2024).
Namun, disaat Prabowo menjelang dilantik di tangan Presiden terpilih, anggaran pembangunan IKN anjlok.
Dalam rancangan Anggaran Pendapatnya dan Belanja Negara sebesar Rp 143,1 miliar.
Nilainya lebih rendah daripada dana yang digelontorkan oleh Presiden Joko Widodo (Koran Tempo,26 Agustus 2024).
Prabowo Subianto diminta untuk mempertimbangkan kembali keberlanjutan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Pasalnya, pembangunan megaproyek Jokowi itu dinilai masih akan membutuhkan dana fantastis.
Di sisi lain, Prabowo Subianto yang resmi menjabat pada 20 Oktober mendatang akan langsung dibebani utang jatuh tempo senilai Rp800 triliun.
Maka, ekonom mewanti-wanti presiden terpilih itu untuk menentukan program prioritas.
Direktur Program Indef, Eisha M Rachbini menyatakan bahwa Prabowo harus jeli melihat program prioritas yang sekiranya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih besar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.