Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Aswar Hasan

Hati-hati Sama Raja Jawa

Bahlil meminta para kader tidak bermain-main dengan "Raja Jawa" jika tidak ingin celaka. "Jadi kita harus lebih paten lagi, soalnya Raja Jawa ini.

|
Editor: Sudirman
Dok Pribadi Aswar Hasan
Dr Aswar Hasan, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Unhas 

Oleh: Aswar Hasan

Dosen Fisipol Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM - Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menyinggung "Raja Jawa" di dalam pidato perdananya setelah resmi terpilih sebagai Ketum Golkar yang baru pengganti Airlangga Hartarto.

Bahlil meminta para kader tidak bermain-main dengan "Raja Jawa" jika tidak ingin celaka. "Jadi kita harus lebih paten lagi, soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita.

Saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu," ujar Bahlil.

Ia lantas mengungkit dampak jika ada pihak yang mencoba main-main dengan si Raja Jawa.

Akan tetapi, Bahlil ogah membukanya di depan umum. "Sudah waduh ini, dan sudah banyak, sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkanlah. Enggak perlu," ucap dia. 
(Kompas .com.21/8-2024).

Siapakah Raja Jawa yang dimaksud ? Ia sendiri tidak menyatakan terus terang siapa yang maksud.

Tetapi dari perspektif ilmu komunikasi khususnya dari teks dan konteks kejadian dan peristiwa yang sedang ia bicarakan jelas yang dia maksudkan adalah Joko Widodo alias Jokowi.

Maksud kalimat peringatan: “tidak bermain-main dengan "Raja Jawa" jika tidak ingin celaka” jelas ingin menjelaskan bahwa “Raja Jawa” yang dia maksud bisa mencelakai. Artinya Raja yang dia maksud bisa bertindak jahat.

Tidak semua Raja Jawa itu jahat. Sejarah menunjukkan bahwa sosok Raja Jawa itu adalah memiliki beberapa ciri khas dan karakter yang mencerminkan budaya, tradisi, dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Jawa.

Berikut adalah beberapa ciri dan karakter umum yang sering dikaitkan dengan raja-raja Jawa, yaitu, kepemimpinan spiritual dan duniawi.

Raja-raja Jawa tidak hanya dianggap sebagai pemimpin politik, tetapi juga pemimpin spiritual.

Mereka sering dipandang sebagai titisan dewa atau wakil Tuhan di bumi, yang memiliki tugas untuk menjaga harmoni dan kesejahteraan rakyat.

Kewibawaan dan karisma seorang raja Jawa biasanya memiliki kewibawaan yang besar dan karisma yang kuat.

Kewibawaan ini sering kali didukung oleh berbagai ritual dan simbol-simbol kekuasaan yang sakral. 

Ia juga dikenal sangat konsistensi dalam etika dan moralitas. Raja Jawa diharapkan menjadi teladan dalam hal etika dan moralitas.

 Mereka harus menunjukkan sikap yang konsisten dalam menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, termasuk sikap adil, bijaksana, dan mengayomi, pantang membohongi rakyatnya.

Perhatian terhadap Rakyat. Meskipun berada di puncak kekuasaan, raja Jawa  memiliki perhatian besar terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Raja yang baik adalah yang mau mendengar keluhan rakyat dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka.

Meski memiliki kekuasaan besar, kerendahan hati merupakan salah satu ciri karakternya.

Sikap rendah hati ini biasanya tercermin dalam perilaku yang tidak sombong dan tidak mudah marah. Demikianlah gambaran ciri dan karakter sosok Raja Jawa.

Meski demikian, ada juga Raja Jawa yang sifat dan karakternya patut untuk diwaspadai.

 Meskipun raja-raja Jawa dipandang memiliki banyak sifat yang mulia, ada beberapa sifat yang perlu diwaspadai karena dapat berdampak negatif bagi rakyat.

Berikut adalah beberapa sifat yang harus diwaspadai dari seorang raja Jawa. Bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan yang besar bisa memunculkan sifat kesewenang-wenangan jika tidak dikendalikan dengan bijaksana.

Raja yang bersifat sewenang-wenang cenderung memerintah tanpa mempertimbangkan kesejahteraan rakyat atau norma-norma yang berlaku, dan bisa mengambil keputusan yang hanya menguntungkan diri sendiri atau kelompok kecil.

Kemegahan berlebihan berupa keinginan untuk menunjukkan kemegahan dan kemewahan berlebihan bisa menjadi tanda bahaya.

Hal ini bisa mendorong raja untuk memeras kekayaan kerajaan (negara) dari rakyat atau mengeksploitasi sumber daya kerajaan. 

Seorang raja yang memiliki kecenderungan ke arah kekerasan dan kekejaman  dan menjadi ancaman besar bagi rakyat.

Kekerasan bisa digunakan sebagai alat untuk menindas atau menakut-nakuti rakyat, serta untuk mengeliminasi lawan politik atau siapa pun yang dianggap sebagai ancaman.

Keserakahan adalah sifat yang sangat berbahaya bagi seorang raja.

Keserakahan dapat mendorong raja untuk terus mencari cara memperkaya diri dan keluarganya tanpa memperhatikan kepentingan rakyat atau keberlanjutan kerajaan.

Raja tersebut juga dikenal  bersikap tertutup dan tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain. Mengisolasi dirinya dari realitas dan kebutuhan rakyatnya.

Kesombongan bisa membuat raja merasa dirinya tak tersentuh dan tak tergantikan.

Sifat ini membuatnya menolak kritik, enggan mendengarkan saran, dan merasa tidak perlu memperbaiki diri atau kebijakan yang dijalankannya.

 Sifat-sifat ini perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan kerugian besar, baik bagi raja itu sendiri maupun bagi kerajaan dan rakyatnya.

Oleh karena itu, seorang raja yang baik harus selalu introspektif dan menjaga keseimbangan antara kekuasaan dan kebijaksanaan.

Salah satu sifat karakter Raja Jawa yang patut diwaspadai adalah sebagaimana yang pernah dilakonkan oleh Amangkurat I Raja Mataram yang sisa kekuasaannya saat ini masih terlihat sekitar Solo (Surakarta).

Amangkurat I adalah penguasa Mataram keempat, yang memerintah pada tahun 1646 hingga di tahun 1677.

Selama kepemimpinannya Amangkurat I dikenal sebagai Raja yang kontroversi, juga disebut sebagai Sultan yang paling kejam dan sadis Insiden paling terkenal dari Mataram Islam yaitu, pembunuhan massal 6000 ulama yang dilakukan pada masa pemerintahan Amangkurat I.

 Setiap aksinya dibantu oleh para pembesar kraton pada zaman Amangkurat I juga dikenal sebagai zaman kolaborasi dengan VOC Belanda.

Dipenghujung kekuasannya ia mangkat dalam pelarian mencari perlindungan VOC Belanda akibat pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo dibantu oleh pasukan Makassar yg dipimpin oleh Karaeng Galesong.

Terkait Amangkurat I jagat Indonesia pernah heboh. Pasalnya sewaktu peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana dimana protokolernya khusus para menteri beserta Wapres dan Presiden, memakai pakaian adat yang mencerminkan budaya Nusantara.

Namun, tak sedikit masyarakat Indonesia yang menyoroti pakaian adat yang dikenakan Jokowi tersebut. Bahkan pernah trending di twitter, hal itu karena ternyata pakaian adat yang dikenakannya mencermikan Raja Mataram, yaitu Amangkurat I. (Hops.ID -25/5-2024). Wallahu a’ lam bisawwabe(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved