Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Jatim 2024

Kehebatan Emil Dardak Wakil Khofifah di Pilgub Jatim Diungkap Pengamat, Bukan Cuma Muda

Menurut Felia, Bupati Trenggalek periode 2016-2019 tersebut memiliki pengalaman yang luas di dunia politik Tanah Air.

Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
Kehebatan Emil Elestianto Dardak alias Emil Dardak Wakil Khonfifah di Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Jatim) dingkap. 

"Biar DPP yang komunikasi, nama-nama yang sudah disebut Insyaallah itu nama-nama yang sedang dipertimbangkan partai," jelasnya.

"Ada Risma, Azwar Anas, Kanang, ada Mas Pram juga yang digodok itu empat nama," kata dia.

"DPP nanti pasti memilih salah satu dan pasti akan dibicarakan dengan rekan-rekan PKB dan NasDem," tambahnya.

Ketua Fraksi PDIP DPRD Jatim ini menegaskan, pengumuman Cagub-Cawagub yang diusung di Jatim akan jadi ranahnya DPP.

"Inu kawasannya DPP, kami tidak melakukan telaah seperti yang kami lakukan di tingkat kabupaten/kota.

Kami hanya memberi gambaran-gambaran situasi lapangan, hasil survei. Ini provinsi besar, dan ranahnya Bu Ketum Megawati," tandasnya.

Pengamat Ungkap Kekuatan Besar Khofifah Bikin PDIP Ragu

Khofifah Indar Parawansa - Emil Dardak belum tertandingi jelang Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Jatim) 2024.

PDIP hingga kini masih ragu putuskan soal sosok calon gubernur Jatim yang akan diusung hadapi Khofifah - Emil Dardak.

Sejauh ini, PDIP memunculkan dua nama calon penantang Khofifah yakni Menteri Sosial Tri Rismaharini dan MenpanRB, Abdullah Azwar.

Pengamat Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang Wawan Sobari mengungkap sumber kekuatan besar Khofifah.

Wawan menyebut keberadaan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) menjadi modal kuat bagi Khofifah di Pilgub Jatim.

Khofifah berpotensi kembali terpilih di Pilgub Jatim 2024.

"Bu Khofifah masih sulit dikalahkan pada Pilkada Jawa Timur karena memiliki kekuatan dari Muslimat NU," kata Wawan di Kota Malang, Jawa Timur, Minggu.

Wawan mencontohkan kekuatan Muslimat terlihat saat Pemilihan Presiden 2024.

Khofifah yang notabenenya merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Badan Otonom (banom) NU khusus perempuan itu deklarasi dukungan ke Prabowo-Gibran.

Selain itu, Khofifah juga ditunjuk sebagai Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) sekaligus Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas) Prabowo-Gibran.

Hasilnya, Prabowo-Gibran mampu meraih 16.716.603 suara di Jawa Timur.

Capaian Khofifah itumembantu mengantarkan pasangan nomor urut 2 sebagai pemenang Pemilihan Presiden 2024.

Perolehan suara Prabowo-Gibran sebesar 96.214.691 suara atau 58,59 persen dari total suara sah nasional.

"Suara Pak Prabowo dan Mas Gibran di Jawa Timur langsung melesat tinggi karena Muslimat luar biasa di Jawa Timur," kata dia.

Selain Muslimat, Khofifah sudah mendapatkan modal berupa rekomendasi dari sejumlah partai politik parlemen maupun nonperlemen.

Partai pendukung Khofifah-Emil Dardak yakni Gerindra, Golkar, PKS, Demokrat, PAN, PPP, PSI dan Perindo.

Kekuatan Khofifah akan sulit ditandingi oleh kontestan lainnya, termasuk Tri Rismaharini.

Risma dikabarkan akan diusung PDIP sebagai kandidat pesaing Khofifah.

Hanya saja, PDIP belum menentukan siapa partai politik yang akan digandeng untuk berkoalisi.

Salah satu potensi terkuat adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merupakan partai pemenang Pilkada Jatim.

"Bu Risma kan organisasinya hanya PDI Perjuangan. Kekuatannya hanya di daerah tertentu, seperti Mataraman termasuk di Malang, Blitar, Kediri, Madiun, Trenggalek, juga Banyuwangi yang menjadi basis. Kemudian juga di Surabaya,"  kata dia.

Risma Belum Pasti Tarung Khofifah di Pilgub Jatim

Menteri Sosial Tri Rismaharani vs Khofifah Indar Parawansa belum pasti di Pemilihan Gubernur Jawa Timur.

Pasalnya, PDIP partai besutan Megawati juga menyiapkan sosok pria penantang Khofifah - Emil Dardak di Pilgub Jatim 2024.

Selain Risma, kader PDIP yang disiapkan hadapi Khofifah adalah sosok pengalaman di pemerintahan.

Kabar tersebut ditanggapi pengamat politik Dr Muhammad Iqbal.

Iqbal menilai,  munculnya nama Tri Rismaharini - Abdullah Azwar Anas diprediksi bisa menjadi lawan terkuat petahana Khofifah Indar Parawansa - Emil Dardak di Pilgub Jatim 2024.

"Munculnya nama dua kader PDIP, Risma dan Anas bisa menciptakan pertarungan sengit di arena Pilkada Jatim 2024," katanya di Jember, Kamis.

Sebagai Menteri Sosial dan mantan Wali kota Surabaya dua periode, lanjut dia, Risma punya modal elektoral dan jejaring modal sosial yang bisa diandalkan.

Demikian juga Anas, posisinya sebagai Menteri PAN-RB dan juga pernah dua kali memimpin Kabupaten Banyuwangi jadi modal politik yang cukup kuat.

"Dua kader utama partai banteng itu potensial jadi lawan terkuat petahana Khofifah-Emil di Pilkada Jatim," ucap dosen FISIP Unej itu.

Namun, lanjut dia, masalahnya PDIP masih harus berkoalisi minimal dengan satu partai lain apakah PKB atau Nasdem karena PDIP hanya menguasai 21 kursi DPRD Jatim dari syarat pencalonan 24 kursi.

Nasdem juga harus berkoalisi karena cuma punya 10 kursi, sedangkan PKB penguasa 27 kursi sejatinya bisa langsung mencalonkan pasangan kader sendiri, namun melawan Khofifah-Emil yang diusung koalisi jumbo 7 partai politik, tentu tidak mudah buat PKB sendirian.

"Secara rasional baik PKB, PDIP dan Nasdem sudah semestinya berkoalisi jadi poros baru." ujarnya.

"Ketiga parpol itu juga dituntut solid dan matang dengan kalkulasi yang taktis dalam menempatkan siapa di posisi cagub dan cawagub karena salah penempatan posisi dalam strategi koalisi, bisa berakibat fatal, yakni minim dukungan elektoral," katanya.

Apabila kriteria kemenangan terutama mengacu pada popularitas lalu kapabilitas dan berikutnya elektabilitas, maka secara rasional Risma sangat layak diusung menjadi bakal calon Gubernur Jatim.

Sedangkan calon wagub bisa dari kader terbaik PKB.

"Pasalnya, merebut suara warga Jatim yang berdasarkan DPT Pemilu 2024 lalu didominasi oleh 15,9 juta pemilih perempuan dibandingkan 15,4 pemilih laki-laki, maka duel Risma dan Khofifah tentu bakal sengit," katanya.

Iqbal menila  duel sesama perempuan pemimpin itu sekaligus bisa mengafirmasi seberapa piawai keduanya mampu mengakomodasi dan mewujudkan seluruh agenda kepentingan kaum perempuan Jatim.

Jika duel sesama perempuan Jatim itu terjadi, lanjut dia, Pilkada Jatim bakal suguhkan kompetisi demokrasi yang sehat buat pendidikan politik rakyat.

Namun semua itu kembali bergantung terutama pada kedewasaan elit PKB, PDIP dan Nasdem untuk menjadi teladan berdemokrasi.

"Konfigurasi tiga parpol itu jika terwujud juga jadi edukasi politik yang sangat berharga karena tak membiarkan pilkada Jatim hanya melawan kotak kosong," kata dia.

"Jelas buruk dan bahaya bila demokrasi selesai, mati dan berhenti di meja elit partai yang memaksa memborong rekomendasi pada calon tunggal saja," ujarnya.

Kendati demikian, Risma-Anas jelas tidak bisa satu paket diusung jadi pasangan calon karena irisan kantong suaranya sama dan PDIP tidak punya golden tiket dalam Pilkada Jatim.

Sehingga dua nama kader PDIP itu baru sebatas modal buat posisi tawar PDIP ketika membangun koalisi bersama PKB atau Nasdem.

Bila dalam koalisi, lanjut dia, PDIP di posisi Cawagub, maka kemungkinan nama Anas yang bakal disodorkan ketika PKB meminta posisi cagub misalnya Menaker Ida Fauziyah atau Kiai Marzuki.

Namun apabila PKB legawa meminta Risma sebagai Cagub, maka nama Anas bakal hilang dalam bursa pilkada karena pasangan calon yang terbentuk adalah Risma-Marzuki.

"Apabila PKB menyodorkan Ida Fauziyah sebagai Cagub Jatim, maka kemungkinan Anas yang disodorkan PDIP sebagai calon wagub, kendati elektabilitas dua nama itu sangat jauh di bawah nama Risma," ujarnya.

Namun, jika PDIP hanya menempatkan kadernya sebagai calon wagub karena misalnya "ego partai" elite PKB ngotot meminta posisi Kiai Marzuki sebagai cagub, kemungkinan bisa lebih menguntungkan Khofifah-Emil memenangi pilkada.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

Sumber: Tribun Timur
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved