Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Energi Demokrasi Tudang Sipulung

Di dalam wadah inilah tertuang kemuliaan para pemimpin yang menunjukkan rasa tanggung jawabnya terhadap amanah yang diembannya.

Editor: Sudirman
Ist
A. Rahman, Ketua PKC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII Sulawesi Selatan periode 2007-2009 

Oleh : A. Rahman

Ketua PKC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII Sulawesi Selatan periode 2007-2009

Menempatkan rakyat dalam posisi terhormat mengambil keputusan adalah kunci dari demokrasi terhormat.

Hal ini telah diaplikasikan para pemimpin Bugis Makassar dalam wadah tudang sipulung.

Di dalam wadah inilah tertuang kemuliaan para pemimpin yang menunjukkan rasa tanggung jawabnya terhadap amanah yang diembannya.

Bukan hanya kepada rakyatnya, akan tetapi juga kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala Tuhan yang Maha Esa.

Di sinilah letak kemuliaan dan kehormatan yang dijunjung tinggi sehingga dalam prinsip demokrasi masyarakat Bugis adalah kehormatan diri pribadi adalah kekuatan yang tegak dalam kebersamaan yang bahkan kebenarannya terkadang nyawa menjadi taruhannya yakni siri na pacce.

Dari sekian banyak nilai nilai dasar kehidupan dan demokrasi yang diajarkan oleh para cerdik cendekia dan pengambil keputusan adalah menyandarkan segala sesuatu kepada Tuhan yang Maha Esa.

Sehingga dinamika dan keputusan keputusan yang diambil dalam demokrasi Tudang Sipulung sangat sakral. Karena tidak membuat pemimpin dan rakyatnya lupa kepada Tuhan.

Kesakralan dari demokrasi tudang sipulung ini menjadi dasar bagi seorang pemimpin untuk menjalankan tugas dalam keadaan terhormat.

Tidak menghinakan dirinya dengan melanggar seluruh keputusan yang telah disepakati.

Demikian pula rakyat yang taat kepada pemimpin tidak lepas dari konteks kemuliaan dan kehormatan yang dijunjung tinggi setelah adanya kesepakatan.

Prinsip dan nilai kemanusiaan menjadi pertimbangan utama dalam setiap pengambilan keputusan.

Bagi masyarakat Bugis Makassar nilai nilai kemanusiaan sangatlah dijunjung tinggi.

Tugas utama seorang pemimpin sebagai pemangku kebijakan adalah memastikan bahwa kebutuhan dasar rakyat terpenuhi dengan menjalankan tugasnya sebagai pengayom masyarakat.

Di sinilah seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kepekaan dan kecerdasan untuk mengetahui apa yang terbaik bagi rakyatnya dan begitupula sebaliknya.

Aktualisasi dari prinsip dasar demokrasi yang dipraktekkan dalam tudang Sipulung adalah kapasitas dan kewenangan harus selalu ditempatkan pada tempatnya.

Itulah sebabnya dalam menjalankan setiap peran para pemangku amanah dikenal dengan istilah asitinajang yakni kesewajaran dalam mengambil keputusan dan bertindak.

Seseorang tidak diperbolehkan melampaui kedudukannya dalam setiap keputusan dan tindakan.

Masyarakat Bugis Makassar juga sangat menjunjung tinggi kemuliaan dan kehormatan seorang pemimpin.

Selain mengayomi, pemimpin juga harus menjadi teladan yakni kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.

Hal ini merupakan jelmaan dari kebenaran demokrasi yang harus dibangun dari kecerdasan yang telah menjadi karakter sebuah masyarakat yang selanjutnya mengkristal pada diri seorang pemimpin yang kuat memegang kebenaran (getteng) jujur (lempu) dan perkataan yang benar (ada tongeng) inilah yang kemudian membangun peradaban sebuah masyarakat.

Demokrasi bagi masyarakat Bugis Makassar bukan sekedar menyampaikan aspirasi begitu saja, akan tetapi ada aturan norma yang menjadi aturan sehingga pemimpin dan masyarakat bisa melihat dengan pikiran yang jernih.

Bahkan suatu perkataan atau tindakan harus dipikirkan baik baik sebelum melakukan atau mengatakannya karena menyangkut hargadiri baik pribadi maupun orang lain.

Keterlibatan seluruh pengambil keputusan dalam struktur masyarakat Bugis Makassar tidak hanya berbicara tentang keterwakilan akan tetapi juga pada aspek kepantasan.

Meskipun sudah menjadi kesepakatan akan tetapi melanggar adat dan aturan maka bisa saja suatu keputusan justru akan merusak.

Inilah yang disebut dengan fenomena cacat karena perilakunya dan termakan oleh perkataannya.

Oleh karena itu ada begitu banyak pantangan bagi pengambil keputusan dan salah satu diantaranya adalah tidak menerima sogokan.

Inilah pantangan yang paling diwanti-wanti dalam struktur dan kultur demokrasi masyarakat Bugis Makassar.

Perilaku sogok menyogok akan menghilangkan hati nurani dan pikiran yang jernih dalam mengambil keputusan sehingga akan membawa kerusakan bagi sebuah negeri.

Kalau sebuah daerah dan masyarakat sudah rusak maka jabatan dan negara hanya dijadikan sebagai alat kekuasaan disana sini sangat mudah bagi siapapun untuk melakukan sesuatu semau dirinya, manusia saling menyakiti bahkan saling membunuh yang lazim disebut sebagai zaman sianre bale.

Kerusakan negeri akibat kesalahan pemangku amanah juga bisa terjadi apabila yang diberi amanah tidak bisa memegang sumpah dan janjinya untuk setia kepada Tuhan dan rakyat dengan melakukan pengkhianatan berupa mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Kesemuanya ini menjadi bagian penting dari demokrasi masyarakat Bugis Makassar yang sangat sakral karena pemimpin dengan tanggung jawabnya tidak henti hentinya memohon petunjuk kepada Tuhan yang Maha Esa atas.

Segala problematika yang dialami masyarakatnya sehingga dia dapat mengaktualisasikan perannya sebagai pelindung, pengayom, inspirator, motivator dan teladan bagi rakyat.

Dari kearifan lokal berupa prinsip-prinsip dasar demokrasi yang diaktualisasikan dalam tudang sipulung menunjukkan betapa rasa tanggung jawab pemimpin dan rakyat bersatu padu dalam menegakkan kebenaran dalam kebersamaan.

Humanisme sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis Makassar dalam demokrasi karena hal tersebut senantiasa direfleksikan pada ketaatan kepada sang Pencipta Tuhan yang Maha Esa.

Kalau nilai-nilai demokrasi ini masih tetap dipertahankan maka akan menjadi khasanah dan kekayaan demokrasi kapan dan dimanapun.

Itulah sebabnya masyarakat Bugis Makassar dapat beradaptasi dan eksistensi di berbagai belahan dunia karena memiliki prinsip dan karakter manusia modern sejak dahulu kala.

Dan memegang teguh falsafah dimana kaki berpijak disitulah langit dijunjung sebuah prinsip hidup yang meyakini bahwa kebenaran akan saling menguatkan kapan dan dimanapun

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved