Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timor Leste

Mayor Alfredo Alves Pemimpin Pemberontak Timor Leste Dianggap Pahlawan, Tak Gentar Hadapi Australia

Ia tewas saat aksi penembakan atau upaya pembunuhan terhadap Presiden Timor Leste José Ramos Horta dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao.

Editor: Ansar
MetroTV
Mayor Alfredo Alves Reinado adalah pemimpin pemberontak, namun juga dianggap pahlawan. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Mengenal Mayor Alfredo Alves Reinado sosok tersohor Timor Leste.

Di tengah krisis politik dan militer di Timor Leste pada tahun 2006 atau 18 tahun lalu, Mayor Alfredo Alves Reinado justru mendapat perhatian.

Mayor Alfredo Alves Reinado adalah pemimpin pemberontak, namun juga dianggap pahlawan.

Mayor Alfredo tewas pada Senin, 11 Februari 2008, di usia 39 tahun.

Ia tewas saat aksi penembakan atau upaya pembunuhan terhadap Presiden Timor Leste José Ramos Horta dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao.

Saat itu, Mayor Alfredo dan sejumlah rekannya menyerbu kediaman Ramos Horta pada Senin dini hari.

Ramos Horta tertembak di dada dan punggung.

Dia menjalani tiga pembedahan dan dirawat di rumah sakit di Australia.

Mayor Alfredo Alves Reinado adalah pemimpin pemberontak, namun juga dianggap pahlawan.
Mayor Alfredo Alves Reinado adalah pemimpin pemberontak, namun juga dianggap pahlawan. (freepik.com/author/wirestock; Sydney Morning Herald)

Pemberontak pada Senin hari itu juga menembaki kendaraan Xanana Gusmao.

Namun dia lolos tanpa cedera, kemudian menyeru negara dalam keadaan darurat serta minta bantuan pasukan Australia.

Pada hari itu juga, Mayor Alfredo sebagai pemimpin pemberontak tewas tewas tertembak dalam aksi baku tembak dengan pasukan keamanan Australia di dekat kediaman Presiden Ramos Horta di Dili.

Saat prosesi pemakaman, banyak pelayat terisak, meratapi kepergian Mayor Alfredo.

Bahkan ada spanduk bertuliskan, "Selamat jalan pahlawan. Kau boleh pergi, tapi semangatmu masih bersama kami."

"Apa pun dikatakan orang, dia orang berjiwa baik dan kami ingin melihat dia untuk yang terakhir kali," kata seorang warga Novena Caminha yang datang ke pemakaman Mayor Alfredo, sebagaimana dilaporkan Antara.

Jadi buronan

Mayor Alfredo sempat menjadi buronan pemerintah sejak tahun 2006.

Ia dituduh sebagai dalang kerusuhan krisis di Timor Leste yang menewaskan puluhan orang dan mengancam stabilitas negara yang baru merdeka pada tahun 2002.

Namun, apa sebenarnya motif dan tujuan Mayor Alfredo dalam melakukan pemberontakan?

Mayor Alfredo lahir di Dili pada tahun 1967 dan bergabung dengan gerakan perlawanan terhadap pendudukan Indonesia di Timor Timur pada tahun 1986.

Ia menjadi anggota Falintil, sayap bersenjata Fretilin, partai politik yang memimpin perjuangan kemerdekaan Timor Timur.

Setelah referendum kemerdekaan pada tahun 1999, ia masuk ke angkatan bersenjata Timor Leste (FDTL) dan mendapat pangkat mayor.

Pada tahun 2006, konflik internal meletus di antara anggota FDTL yang berasal dari bagian barat dan timur negara itu.

Mayor Alfredo, yang berasal dari bagian barat, memimpin sekelompok tentara yang mengeluhkan diskriminasi dan perlakuan tidak adil dari komando militer yang didominasi oleh orang-orang timur.

Mereka menuntut agar Presiden Xanana Gusmao dan Perdana Menteri Mari Alkatiri mengundurkan diri.

Konflik ini memicu kekerasan antara kelompok-kelompok bersenjata yang pro dan kontra pemerintah, serta antara warga sipil yang terbagi berdasarkan afiliasi regional.

Ribuan orang mengungsi akibat bentrokan yang menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai ratusan lainnya.

PBB dan Australia mengirim pasukan perdamaian untuk membantu mengembalikan ketertiban.

Mayor Alfredo dan pasukannya ditangkap oleh pasukan internasional pada bulan Juli 2006 dan ditahan di penjara Becora di Dili dengan tuduhan pembunuhan, percobaan pembunuhan, kepemilikan senjata ilegal, dan pemberontakan bersenjata.

Namun, pada bulan Agustus 2006, ia berhasil melarikan diri dari penjara bersama dengan 56 tahanan lainnya dengan bantuan dari simpatisannya di luar.

Ia kemudian bersembunyi di pegunungan dan hutan-hutan di sekitar Dili dan terus menantang otoritas pemerintah.

Ia mengklaim bahwa ia bukanlah seorang pemberontak, melainkan seorang pejuang yang ingin membela kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan rakyat Timor Leste.

Ia juga menuduh bahwa pemerintah Xanana Gusmao dan Ramos Horta, yang menjadi presiden setelah Alkatiri mundur pada tahun 2006, telah mengkhianati cita-cita kemerdekaan dan terpengaruh oleh paham komunis.

Pelarian dari Penjara

Mayor Alfredo dan pasukannya ditangkap oleh pasukan internasional pada bulan Juli 2006 dan ditahan di penjara Becora di Dili dengan tuduhan pembunuhan, percobaan pembunuhan, kepemilikan senjata ilegal, dan pemberontakan bersenjata.

Namun, pada bulan Agustus 2006, ia berhasil melarikan diri dari penjara bersama dengan 56 tahanan lainnya dengan bantuan dari simpatisannya di luar.

Ia kemudian bersembunyi di pegunungan dan hutan-hutan di sekitar Dili dan terus menantang otoritas pemerintah.

Ia mengklaim bahwa ia bukanlah seorang pemberontak, melainkan seorang pejuang yang ingin membela kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan rakyat Timor Leste.

Ia juga menuduh bahwa pemerintah Xanana Gusmao dan Ramos Horta, yang menjadi presiden setelah Alkatiri mundur pada tahun 2006, telah mengkhianati cita-cita kemerdekaan dan terpengaruh oleh paham komunis.

Wawancara di Kick Andy

Pada bulan Februari 2007, secara mengejutkan, Mayor Alfredo muncul di acara televisi Indonesia Kick Andy yang dipandu oleh Andy F Noya.

Ia melakukan wawancara secara rahasia di sebuah lokasi terpencil di Timor Leste dengan bantuan dari jurnalis senior Indonesia Rosihan Anwar.

Ia menjelaskan secara terbuka tentang alasan-alasan di balik pemberontakannya dan mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah Timor Leste.

Wawancara ini menimbulkan kontroversi dan kehebohan di kedua negara. Pemerintah Timor Leste marah dan menuntut agar Indonesia menyerahkan Mayor Alfredo kepada mereka.

Mereka juga mempertanyakan bagaimana ia bisa lolos dari pengawasan pasukan keamanan internasional dan berkomunikasi dengan media asing.

Kematian yang Misterius

Pada tanggal 11 Februari 2008, Mayor Alfredo tewas dalam sebuah baku tembak dengan pasukan keamanan Australia di dekat kediaman Presiden Ramos Horta di Dili.

Ia diduga bersama dengan sekelompok pria bersenjata lainnya mencoba membunuh presiden tersebut, yang juga terluka parah akibat serangan itu. Namun, motif dan kronologi peristiwa tersebut masih belum jelas hingga saat ini.

Beberapa pihak mengklaim bahwa Mayor Alfredo adalah korban dari sebuah konspirasi politik yang ingin menghapusnya dari panggung sejarah.

Sementara itu, beberapa pihak lainnya menganggap bahwa Mayor Alfredo adalah pelaku dari sebuah kudeta yang gagal yang ingin menggulingkan pemerintah Timor Leste

Itulah artikel yang menjelaskan mengapa Mayor Alfredo menjadi buronan. Semoga menambah wawasan Anda.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved