Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Jatim 2024

Strategi Kubu Khofifah-Emil saat PDIP Ragu Putuskan Sosok Calon Gubernur Jatim, Puan Jadi Sasaran

Saat PDIP sedang menyiapkan bakal calon gubernur Jatim 2024, kubu Khofifah-Emil Dardak sedang punya rencana lain.

Editor: Ansar
Tribunnews.com
Mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan wakilnya Emil Dardak disebut-sebut bakal kembali berpasangan dalam Pilgub Jawa Timur 2024. 

Pendidikan di perguruan tinggi ia jalani di IKIP Jakarta (Fakultas Teknologi Pendidikan) dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Pendidikan Strata dua nya ia jalani di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia dan ia selesaikan pada tahun 2005.

Anas juga pernah tercatat sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama masa bhakti 2000 - 2003, setelah memenangi pemilihan ketua umum pada perhelatan Kongres IPNU di Makassar tahun 2000.

Ia pernah menjadi anggota MPR termuda yang dilantik saat usianya masih 24 tahun.

Ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR untuk periode 1999-2004 namun karena perolehan suara yang kurang ia gagal melenggang ke Senayan.

Dan pada pemilihan umum berikutnya ia berhasil menjadi anggota DPR untuk periode tahun 2004 hingga 2009 karena menggantikan anggota FKB yang meninggal dunia.

Karena ia termasuk tokoh muda Nahdatul Ulama di Banyuwangi. Ia mendapatkan basis kekuatan dari para ulama dan simpatisan Nahdatul Ulama di Banyuwangi.

Selain itu pasangannya Yusuf Widyatmoko adalah ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Banyuwangi yang memiliki suara yang cukup besar di Banyuwangi.

Setelah kampanye yang gencar. Akhirnya berdasarkan perhitungan cepat akhirnya pasangan Azwar Anas-Yusuf Widyatmoko dapat memenangkan pemilihan kepala daerah dan dilantik pada 21 Oktober 2010 di Gedung DPRD Banyuwangi.

Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2018, Azwar Anas sempat ditunjuk oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai calon Wakil Gubernur mendampingi Saifullah Yusuf.

Namun, Azwar Anas memilih untuk mengundurkan diri dari pencalonan. Posisinya kemudian digantikan oleh Puti Guntur Soekarno.

2. Budi Sulistyono (Kanang)

Budi Sulistyono lahir 18 Juli 1960.

Ia adalah Bupati Ngawi yang memerintah pada periode 2010 hingga 2015.[1] dan 2016 hingga 2021.

Sebelum menjadi bupati, ia menjabat sebagai Wakil Bupati Ngawi pada dua periode yakni 1999-2004 dan 2005-2010.

Ia beserta pasangannya, Ony Anwar, putra bupati sebelumnya, Harsono, berhasil memenangkan Pilkada Ngawi 2010 dengan perolehan 221.576 suara (54,42 persen).

Mereka mengalahkan pasangan pasangan Tri Suyono-Suramto yang meraih 18.965 suara atau 4,66 persen.

Pasangan Mohamad Rosidi-Siti Amsiyah dengan 11.085 suara atau 2,72 persen, pasangan Ratih Sanggarwati-Khoirul Anam mendapatkan 57.593 suara atau 14,15 persen dan Maryudhi Wahyono-Suratno (MARS) dengan 97.939 suara atau 24,05 persen.

Ia menempuh pendidikan dasar (SD) di SD Negeri Margomulyo dan lulus pada 1972.

Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Ngawi (lulus 1975) dan SMA Negeri 5 Surabaya (lulus 1978). Ia lalu belajar teknik di UGM Yogyakarta dan lulus tahun 1988.

Setelah selesai menempuh studinya ia bekerja sebagai kepala divisi utilitas PT Samarinda Pratama Gemilang Enterprise pada tahun 1995 dan kepala bagian estimasi harga PT Inka Madiun pada tahun 1996.

3. Marzuki Mustamar

Melansir dari Wikipedia, KH Marzuki Mustamar lahir 22 September 1966.

Ia adalah Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Kota Malang, Jawa Timur sekaligus mantan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur masa khidmat 2018-2023.

Ia terpilih bersama dengan K.H. M. Anwar Manshur selaku Rais Syuriah PWNU Jawa Timur berdasarkan hasil konferensi wilayah yang digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri pada Ahad, 29 Juli 2018.

Ia semakin dikenal setelah memimpin prosesi baiat Ustaz Hanan Attaki yang resmi menjadi warga Nahdlatul Ulama, sekaligus dijadikan guru oleh Ustaz Hanan Attaki.

Model kepemimpinan dan ceramah Kiai Marzuki sangat berbeda dengan Ketua PWNU Jawa Tengah K.H. Mohamad Muzamil atau Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad.

Pendidikan formal Kyai Marzuki dapat dituliskan sebagai berikut:

TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972

MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979

SMP Hasanuddin, Tahun 1982

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tlogo, Tahun 1985

Pondok Pesantren Nurul Huda, Mergosono

LIPIA Jakarta, Tahun 1988

S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang, Tahun 1990

S2 Universitas Islam Lamongan (UNISLA), Tahun 2004

S3 Universitas Islam Malang (UNISMA), tahun 2023

Sementara itu, pendidikan non formal beliau lalui dengan berguru ke berbagai Pondok Pesantren dan Para Kyai.

Salah satu gurunya adalah K.H. A. Masduqi Machfudz, ulama Kota Malang, Jawa Timur.

Kyai Marzuki saat ini juga merupakan Dosen di Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maliki Malang.

Pada tahun 2010, ia telah melahirkan salah satu karya monumental yang kini sudah puluhan kali dicetak ulang dan disampaikan di hampir ke seluruh penjuru nusantara dalah Kitab Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat.

Buku berbahasa arab ini berisi sanggahan kepada beberapa kelompok, terutama kelompok salafi wahabi yang suka membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran, As-Sunnah, dan kaidah Ushul Fiqh.

Karya lainnya adalah buku berjudul, "Solusi Hukum Islam Bersama Kiai Marzuqi Mustamar" yang terbit pada 2016.

Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id

Sumber: Tribun Timur
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved