Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Asyura

Tradisi Beli Barang Pecah Belah di 10 Muharram Bikin Omzet Pedagang Tembus Ratusan Juta

Muhammad Ali Usman Dg Nompo sibuk melayani pembeli ketika Tribun-Timur.com mendatanginya, Selasa (16/7/204).

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sukmawati Ibrahim
Muh Abdiwan/Tribun Timur
Barang dagangan Muhammad Ali Usman diserbu pembeli di depan ruko Jl Opu Daeng Risadju, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Selasa (16/7/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Muhammad Ali Usman Dg Nompo sibuk melayani pembeli ketika Tribun-Timur.com mendatanginya, Selasa (16/7/204).

Silih berganti pembeli menanyakan harga barang pecah belah dijual oleh Ayah dua anak tersebut.

Rata-rata pembeli adalah emak-emak.

"Berapa harganya ini," kata seorang emak-emak sembari mengangkat timba di tangan kanannya.

"Rp3 ribu," jawab Muhammad Ali Usman.

Tak berselang lama, seorang emak-emak lainnya bertanya harga ember.

"Berapa kalau ini," tanyanya sambil menunjuk ember berwarna coklat.

"Rp135 ribu, tapi ambilmi Rp100 ribu," kata pria akrab disapa Ali Usman ini.

Barang pecah belah diserbu emak-emak di momen 10 Muharram atau Hari Asyura yang jatuh pada hari ini, Selasa (16/7/2024).

Para emak-emak ini membeli peralatan dapur dan alat rumah tangga sebagai tradisi yang dijaga secara turun-temurun.

Ali Usman menjajakan barang dagangannya di depan ruko Jl Opu Daeng Risadju, Kecamatan Mariso, Kota Makassar

Sekira 10 meter dari Pasar Senggol.

Baca juga: Emak-emak di Wajo Berburu Pecah Belah di Pasar Sentral Sengkang, Mangkok Keramik Rp65 Ribu Per Lusin

Banyak barang pecah bela dijual. Seperti gelas, piring, ember, sapu, sekop, mangkok, jumbo air dan masih banyak jenis lainnya.

Ali Usman mengatakan, tradisi membeli barang pecah belah di 10 Muharram sudah berlangsung puluhan tahun.

Ia pun tak tahu pasti asal muasalnya. 

Namun, masyarakat mulai membeli barang pecah belah sejak 1 Muharram lalu. 

Puncaknya pada 10 Muharram

Bisa sampai pukul 00.00 Wita masyarakat berbelanja.

"Bagi masyarakat Bugis-Makassar ini sudah menjadi tradisi," katanya.

Pria berusia 39 tahun ini menyebut, seluruh barang dagangannya semua laku.

Yang terlaris timba, sapu dan sekop.

Di momen 10 Muharram ini, Ali Usman bisa mendapat keuntungan berlipat dibandingkan hari-hari biasa.

Barang dijual paling murah Rp3 ribu dan termahal Rp185 ribu.

Harga yang murah membuat orang tertarik untuk membeli.

Ditambah lagi kalau bentuknya terlihat mewah.

"Saya cari barang termurah, jadi orang tertarik. Misal Rp3 ribu, orang anggap pasti murah. Jadi banyak orang beli," sebutnya.

Ia pun berharap, di 10 Muharram ini bisa mendapat omzet seratusan juta.

Lantaran tahun lalu di momen 10 Muharram mampu dapatkan Rp135 juta.

"Kalau tahun lalu saya dapat Rp135 juta. Saya berharap bisa lebih (di 10 Muharram tahun ini)," ucapnya dengan penuh harap.

Sementara seorang pembeli, Nani mengaku setiap 10 Muharram selalu membeli peralatan dapur.

Kali ini ia membeli timba dan baskom kecil.

Ia berujar timba memiliki filosofi sebagai penimbah rezeki.

Nina tak tahu menahu awal mula tradisi membeli barang pecah belah di 10 Muharram.

Dia hanya melanjutkan tradisi yang sudah berlangsung dari nenek moyangnya.

"Hanya lanjutkan tradisi," ucapnya.

Generasi Kedua Berdagang Pecah Belah

Muhammad Ali Usman menjadi pelanjut usaha ayahnya yang meninggal sejak 2001.

Awalnya, ia berdagang pakaian sembari ikut Ayahnya yang berjualan barang pecah belah.

"Kalau ini mulai dari Bapak. Saya generasi kedua.

Begitu bapak meninggal saya lanjutkan. Pesan almarhum berhenti jual pakaian, lanjutkan pekerjaan (jual barang pecah belah)," ungkapnya.

Ia pun berkeliling kabupaten/kota di Sulsel untuk berjualan.

Bahkan, hingga ke Sulawesi Barat (Sulbar). Terjauh Kabupaten Pasang Kayu.

Ia biasanya memanfaatkan hari jadi kabupaten/kota untuk berjualan.

Atau pun ada festival yang digelar di daerah.

Usahanya pun berkembang pesat. 

Kini miliki gudang dan toko.

Ia pun memiliki 15 karyawan serta tiga mobil box untuk mengangkut barang.

Ali Usman berujar barang tersebut diambil dari supplier dari Jakarta atau Surabaya.

Biasa ketemu dengan supplier untuk melihat contoh barang dijual.

Setelah disepakati, seminggu kemudian barang sudah di tangannya.

Menurutnya dalam hal berdagang terpenting adalah kejujuran dan kerja sama yang dengan semua pihak.

"Itu yang saya terapkan. Orang pun percaya beri barang walau tanpa modal," pungkas Ali Usman. (*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved