Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilkada Maros 2024

Maskot Pilkada Maros Dikritik Budayawan, Berulang dan Tak Tunjukkan Kearifan Lokal

Maskot Pilkada Maros 2024 mendapatkan kritikan cukup tajam dari praktisi kebudayaan di Kabupaten Maros, Lory Hendrajaya.

DOK PRIBADI
Maskot Pilkada Maros 2024, kera tanpa nama. 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Maskot Pilkada Maros 2024 mendapatkan kritikan cukup tajam dari praktisi kebudayaan di Kabupaten Maros, Lory Hendrajaya.

Lory sapaan akrabnya menilai maskot sepasang kera yang memakai pakaian adat dengan tulisan aksara lontara “Salewangang” dan sarung motif kupu-kupu tersebut tak mampu merepresentasikan Kabupaten Maros.

Menurutnya, kera diambil menjadi maskot ini berasal dari Myanmar, Thailand, Sumatera, dan Jawa.

Padahal, Kabupaten Maros memiliki kera endemik sendiri, Macaca Maura.

“Jika maskot ini dianggap adalah representasi Macaca Maura sebagai kera endemik asal Maros maka ini salah, karena Macaca Maura tidak memiliki ekor panjang, Macaca Maura memiliki ekor yang sangat pendek,” ujarnya saat dihubungi via telepon, Rabu (26/6/2024).

Tak sampai di situ, ia juga menyayangkan maskot dengan tema Macaca Maura yang sudah berulang digunakan.

Maskot dengan tema Macaca Maura pertama kali digunakan pada Pilkada 2020.

Ia menilai, maskot pilkada 2020 tersebut jauh lebih mirip dengan kera endemik Maros itu, tanpa ekor dan wajah yang spesifik Macaca Maura.

“Apakah KPU sengaja meninggalkan nilai kearifan lokal pada momen pilkada sebesar ini? Apakah ciri-ciri Maros dalam Pilkada sengaja ditiadakan?” tanyanya.

Padahal kata Lory, Maros punya hewan endemik yang bisa dijadikan maskot selain Macaca Maura dan Papilio Blumei (spesies kupu kupu khas Maros).

Baca juga: 43 Ribu Satlinmas Duet 7 Ribu Satpol PP Kawal Pilkada Sulsel 2024

“Ada ikan beseng beseng (Marosatherina ladigesi), burung rangkong (Rhyticeros cassidix) Tarsius Fuscus (primata khas Maros di hutan Karaenta), atau hewan endemik lainnya. Hewan endemik ini kekayaan Fauna Maros yang amat cantik jika dijadikan maskot,” tutupnya.

Ia juga mengkritisi terkait maskot baru yang tak diberi nama oleh sang perancangnya.

“Sementara untuk tahun ini, maskot bergambar dua kera ini tak punya nama laiknya maskot-maskot lainnya. Sehingga saya tidak bisa memanggilnya " Si Caca dan Si Cici , misalnya,” tambahnya.

Terkait filosofi kera yang diangkat jadi maskot tersebut, Lory enggan menanggapi.

“Jadi soal filosofi biarlah milik desainer dan orang orang yang bisa menerjemahkan kera dalam makna filosofis. Saya hanya bertugas melihat dua sisi ini utamanya keterwakilan hewan endemik Maros sebagai maskot di daerah sendiri,” tutupnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved