Idul Adha 2024
Pakan Sulit, Pedagang Ramai-ramai Naikkan Harga Sapi Kurban di Bantaeng, Sapi Bali Bone Paling Laris
Harga sapi kurban di Kabupaten Bantaeng naik Rp1 Juta dari tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena pakan hewan kurban tersebut sulit didapatkan.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Abdul Azis Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM - Harga sapi kurban di Kabupaten Bantaeng naik Rp1 Juta dari tahun lalu.
Rerata harga sapi kurban di daerah tersebut mengalami kenaikan dari harga yang sebelumnya.
“Sekarang harga sapi naik Rp 1 juta dari tahun sebelumnya. Tahun lalu masih Rp13 juta per ekor sekarang Rp14 juta,” kata Dzul Yadaeni, petarnak dan pengusaha sapi kurban di Bantaeng, Selasa (11/6/2024).
Harga sapi kurban Rp14 juta per ekor itu untuk berat dagingnya sekira 70 kilogram.
Rinciannya berat hidup 185-190 kilogram dikali Rp75 ribu, maka jumlah rupiahnya Rp13,5 juta per ekor hingga Rp14 juta per ekor.
Kondisi harga yang sama juga berlaku di daerah lainnya seperti di Kabupaten Bulukumba dan Sinjai.
Harga semakin naik karena harga pakan juga sulit diperoleh dan mahal.
Harga yang sama juga terjadi di Bulukumba dan Sinjai umumnya naik Rp1 juta rupiah dari tahun sebelumnya.
Sapi kurban dengan harga tersebut dinilai sehat dan gemuk. Ada juga di bawah harga itu, tapi tak terlalu gemuk.
Namun yang standar layak dikurban dengan harga Rp13,5 juta hingga Rp14 juta untuk jenis sapi lokal.
Baca juga: Harga Sapi Kurban di Bulukumba, Bone, Gowa, Sinjai, Bantaeng Jelang Idul Adha 2024
Baca juga: Penjelasan Lebaran Haji Idul Adha 2024 di Indonesia dan Arab Saudi Berbeda
Sedang harga sapi kurban hasil persilangan Rp15 juta per ekor hingga Rp30 jutaan per ekor.
Harga paling tinggi Rp60-80 juta per ekor.
Sedang harga sapi lokal bali, Rp14 juta hingga Rp 23 juta per ekor.
Herman mengungkap harga sapi kurban umumnya naik karena pakan yang sulit dan mahal.
Misalnya pakan rumput yang sulit diperoleh dan terbatas. Dan dedak yang semakin mahal.
Ia mengungkap bahwa sapi yang sehat dengan kualitas daging adalah sapi yang konsumsi rumput gajah hijau dan dedak padi.
Selain itu, ternak sapi yang dikandangkan dan rutin perawatannya.
Dzul Yadaeni juga saat ini sukses beternak sapi hasil persilangan dan sapi lokal.
Sejumlah sapi yang ia pelihara bersama kelompoknya dengan harga ternak sapi kurban puluhan juta rupiah.
“Termahal Rp60 juta dengan berat 1 ton,” katanya.
Jenis sapinya simentel, jantan strow, lahir 27 September 2020 lalu.
Tinggi pundam 165 centi meter, panjang 179 centi meter dengan berat 1000 kilogram.
Dzul Yadaeni juga menyampaikan bahwa sejumlah jenis sapi lainnya bernilai Rp20 juta hingga 40 jutaan rupiah per ekor.
Berbagai daerah asal pemesan sapi-sapi kurban milik Dzul Yadaeni saat ini, mulai dari Makassar hingga Kalimantan Timur.
Hewan Kurban di Bone
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah banyak menjajakan hewan kurban tahun ini.
Sementara di Bone, Desa Usa Kecamatan Palakka adalah daerah penyumbang terbesar.
Salah satu pedagang sapi kurban Andi Arman, mengaku permintaan sapi kurban untuk Idul Adha tahun ini lebih banyak dibandingkan pada 2023.
Dua pekan menuju lebaran Idul Adha 2024, tercatat sudah 200 ekor sapi dagangannya laku terjual.
"Alhamdulillah sudah laku 200 ekor sapi," kata Andi Arman, Sabtu (8/6/2024).
Untuk keuntungan bersih Andi Arman belum tahu pasti.
Hanya saja ia menyebut keuntungan kotornya sekira Rp2,4 miliar.
Sebagai pedagang hewan kurban di Bone, ia mengaku banyak mengeluarkan biaya.
Misalnya pengurusan berkas termasuk cek kesehatan sapi.
"Banyak didapat, banyak juga pengeluaran," katanya.
Tak tanggung-tanggung, demi memastikan sapi-sapinya sehat, ia rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
"Periksa itu 3 kali sebulan. Dikasih juga vitamin," ungkapnya.
Andi Arman mengeluhkan biaya cek kesehatan sapi maupun pengurusan surat-surat cukup mahal di Kabupaten Bone.
"Kan saya ini pedagang lintas kota dan provinsi untuk di Bone sendiri pemeriksaan kesehatannya cukup rumit, karena semuanya alatnya kita yang beli dan fasilitasi" ujarnya.
"Tidak kayak di Maros cukup bayar Rp500 ribu mereka yang sediakan semua."
"Di sini ribet untuk satu mobil sapi jenis Bali itu kalau pemeriksaan saya harus membayar Rp13 juta," bebernya.
Kedepannya jika pemeriksaan sapi dipersulit dan mahal, ia bersama pedagang hewan kurban tidak mau jualan.
Bahkan ia mengaku jika pemeriksaan sapi masih terus dipersulit ia bersama dengan peternak lain tidak akan menjual sapi di Bone.
"Tidak adami itu menikah kalau mogok penjual sapi, kah selalu dipersulit. Kami ini sudah korban tenaga, dan uang jadi janganlah dipersulit," tandasnya.
Sapi Bali Paling Laris
Andi Arman menyebut, paling banyak dicari atau laris yakni jenis Sapi Bali.
Ada juga limosin, jumbo, dan simental.
"Cuma di sini masih terbatas jumlahnya karena sapi sapi ini butuh perawatan khusus utamanya pada pakan," terangnya.
Untuk harga, Andi Amran mematok mulai Rp 17 juta hingga Rp 54 juta.
"Tergantung jenis dan bobot sapi," katanya.
Selain itu, mayoritas pembeli sapi berasal dari Kabupaten Bone, Maros hingga Kalimantan.
Pedagang hewan kurban lainnya, ialah Herman asal Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone.
Harga sapi yang dijual Herman dibanderol Rp15 juta sampai Rp25 juta.
"Satu jenis sapi saja yang saya jual, sapi lokal. Kalau untuk harganya itu mengalami kenaikan satu hingga dua juta per ekornya" ujarnya.
Ia mengungkapkan kenaikan harga sapi kurban mengikuti pasar.
"Setiap tahun memang mengalami kenaikan. Untuk pembelinya itu lintas kecamatan yang ada di Bone. Tapi mayoritas pembelinya dari Desa Unra dan Kecamatan Barebbo," kata Herman.
"Kalau untuk keuntungan bersihnya itu sedikit-ji sekira Rp3,5 jutaan lah karena kan saya suruh juga orang untuk uruskanka, jadi sistemnya itu bagi hasil," katanya.
Salah satu pembeli sapi kurban di lapak Andi Arman, Seke mengaku setiap tahun beli hewan kurban milik Andi Arman.
"Tiap tahun pesan sapi di sana, meskipun harganya juga setiap tahun naik, tapi kualitas peternakannya juga bersih sapinya sangat terawat dengan baik makanya sudah langganan," terangnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.