Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Konferwil PWNU Sulsel

Rais Syuriah PCNU Makassar Baharuddin Tantang Petahana Ketua PWNU Sulsel di Konferwil XIV

Ajang musyawarah lima tahun ini menjadi waktu yang untuk memilih pemimpin baru PWNU.

Penulis: M Yaumil | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Konferensi Wilayah (Konferwil) XIV Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Sulsel dihadiri 22 Cabang dan lima badan otonom (Batom) Acara dilaksanakan di Hotel UIN dan Convention Center, Jl Alauddin, Kota Makassar, Rabu (29/5/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Konferensi Wilayah (Konferwil) XIV Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dibuka di UIN Hotel dan Convention Center, Jl Alauddin, Kota Makassar, Rabu (29/5/2024).

Ajang musyawarah lima tahun ini menjadi waktu yang untuk memilih pemimpin baru PWNU.

Dalam pemilihan ketua, NU punya tradisi sendiri.

Sehingga nama bakal calon jarang keluar ke permukaan.

Ada satu nama yang bisa menjadi lawan tangguh petahana yakni Rais Syuriah PCNU Makassar KH Anre Gurutta Haji (AGH) Baharuddin.

Nama KH Anre Gurutta Haji (AGH) Baharuddin memang punya potensi menjadi salah satu calon nakhoda baru PWNU Sulsel.

Dari rekam jejak juga AGH Baharuddin cukup mumpuni.

Ketua MUI Kota Makassar dua periode.

Dari segi bidang ilmu sudah tidak diragukan lagi.

AGH Baharuddin adalah salah satu tokoh ulama di Sulsel.

AGH Baharuddin pantas memimpin PWNU Sulsel.

Tapi kehendak ini memang belum keluar secara terang-terangan.

Karena ada mekanisme sendiri dalam pemilihan ketua PWNU Sulsel.

Ketua Panitia Konferwil XIV, prof Kamaluddin Abunawas mengatakan kepentingan organisasi lebih penting.

Siapapun yang terpilih bisa membawa NU menjadi lebih baik.

NU sebagai rumah nahdliyin.

Dalam struktur NU ada Rais Syuriah dan Tanfidziyah.

Dosen UIN Alauddin Makassar pencalonan ketua PWNU Sulsel akan terlihat saat sidang.

“NU seperti ini yah, karena mungkin sikap tawadhu-nya sama sekali belum ada nama yang disebut termasuk ketua PWNU, kita lihat nanti perkembangannya apakah nama beliau yang disepakati,” katanya saat ditemui.

Prof Kamaluddin menjelaskan di NU lebih mengedepankan musyawarah.

Kemudian cenderung memilih voting sebagai jalan terakhir.

Hal ini tidak lepas dari sikap saling menghargai antara sesama warga NU.

“Tradisi NU lebih ke musyawarah kalau bisa hindari voting, voting itu jalan terakhir, kalau memungkinkan dengan musyawarah mufakat buat apa kita voting,” terangnya.

Harapan ke depan NU, pengurus bisa membawa organisasi Islam terbesar di Indonesia ini menjadi lebih baik.

NU sebagai rumah umat islam khususnya warga nahdliyin.

"Harapan besar kami siapapun terpilih menjadikan NU di kalangan nahdliyin menjadi rumah bersama. Siapapun dari mana pun semua terlibat selama memenuhi syarat," pungkasnya.

 

 

Laporan Kontributor TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR, M.Yaumil

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved