Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Viral Sudanto Dijuluki Dokter Rasa Tukang Parkir, Layani Warga Papua Tarif Rp2 Ribu

Viral Sudanto dijuluki dokter rasa tukang parkir oleh warganet di media sosial rela melayani warga Papua yang sakit dengan tarif Rp2 ribu

Editor: Ari Maryadi
Tribunnews
Dokter FX Sudanto atau Fransiskus Xaverius Soedanto, dokter yang berjuluk Dokter Seribu Rupiah. 

TRIBUN-TIMUR.COM -- Viral Sudanto dijuluki dokter rasa tukang parkir oleh warganet di media sosial.

Kisah Sudanto kembali viral setelah diunggah kembali sejumlah akun di instagram Sabtu (18/5/2024).

Pemilik nama lengkap dr Fransiskus Xaverius Soedanto atau FX Soedanto itu melayani warga Papua dengan tarif Rp2 ribu.

Warganet pun memuji pengabdian dr Fransiskus Xaverius Soedanto itu.

Sebab uang Rp2 ribu tersebut setara biaya tarif parkir.

Fransiskus Xaverius Soedanto rela dibayar Rp2 ribu semata-mata demi melayani warga Papua yang sakit.

Kisah heroik dari dokter di Indonesia yang rela mengabdi selama puluhan tahun di tengah keterbatasan, dr Fransiskus Xaverius Soedanto atau FX Soedanto.

Beliau meninggalkan kampung halamannya di Pulau Jawa, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah, demi melayani masyarakat di ujung timur Indonesia, tanah Papua.

Fransiskus Xaverius Soedanto lahir dari pasangan Umar dan Mursila, sebagai anak keenam.

Ibunya yang berprofesi sebagai perawat menjadi inspirasi baginya saat memilih meninggalkan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan di Universitas Gadjah Mada atau UGM untuk memasuki Fakultas Kedokteran UGM.

Pengabdian dokter yang terkenal karena melayani pasiennya hanya dengan tarif Rp 1.000 itu berawal sejak tamat dari Fakultas Kedokteran UGM pada 1975.

Saat itu, dia mendaftar program Dokter Inpres.

Fransiskus Xaverius Soedanto muda mendapat penempatan di Asmat, Irian Jaya, atau sekarang dikenal Papua.

"Begitu SK Gubernur keluar 1975, saya ke Asmat dan jadi dokter di rumah sakit peninggalan Belanda," tutur pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, itu.

Terhitung, 6 tahun Fransiskus Xaverius Soedanto melayani masyarakat di Asmat.

Berjalan kaki masuk – keluar hutan dan rawa, Fransiskus Xaverius Soedanto mengecek kesehatan masyarakat dari satu kampung ke kampung lainnya.

Bahkan, saat menembus luasnya hutan Asmat untuk menjangkau para pasien, Fransiskus Xaverius Soedanto hanya mengkonsumsi makanan seadanya.

"Saya hanya makan sagu dan ikan, sebab tidak ada sayur di sana, karena daerahnya rawa," ujarnya.

"Tapi, selama di Asmat, saya tidak sendiri. Saya ditemani beberapa tenaga medis masyarakat asli di sana," kata Soedanto kepada Tribun-Papua.com, di Jayapura, Papua, Jumat (21/1/2022).

Soedanto menceritakan masyarakat Asmat hidup dengan nilai budaya yang kental, bahkan mereka masih memakai pakaian berbahan dasar rumput. 

“Selama melayani, banyak masyarakat tak mampu. Mereka hanya membayar dengan sagu, ataupun kayu bakar dari hutan," katanya.

Inilah awal kisah Fransiskus Xaverius Soedanto yang berjuluk Dokter Seribu Rupiah memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan tidak memasang tarif tinggi.

Setelah mengabdi di Asmat, Fransiskus Xaverius Soedanto pindah ke Jayapura pada 1982.

Rumah Sakit Jiwa Abepura menjadi tempatnya melayani pasien hingga pensiun pada 2013.

Namun, ketulusannya dalam melayani pengobatan masyarakat tidak pernah padam.

Alhasil, Apotek Rahmat di Jalan Ayapo, nmor 11 Abepura, Kota Jayapura, menjadi tempat baginya untuk terus memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Kota Jayapura.

Hingga saat ini, genap sudah 40 tahun Soedanto memberikan pelayanan kesehatan di Negeri Matahari Terbit, Port Numbay.

"Waktu membuka praktek saat itu, rata-rata yang datang masyarakat kelas bawah, seperti pekerja bangunan, dan lain sebagainya," tutur pria yang sealmamater dengan Presiden RI, Jokowi di UGM itu.

Kata dia, pada tahun itu, harga pemeriksaan diberikan bagi masyarakat cukup murah.

"Sejak 1982 hingga 1985 biayanya Rp 500. Kemudian, saya lupa di tahun berapa itu naik menjadi Rp 2.000. Saya lupa karena sudah lama sekali. Sampai baru-baru ini sudah Rp 5.000,” katanya.

Biaya pengobatan naik lantaran masyarakat saat ini sudah cukup memiliki pendapatan yang baik dan kebutuhan keluarganya juga semakin meningkat.

"Dulu anak baru satu, kebutuhan juga masih sedikit. Tapi lama-lama anak bertambah, yah kebutuhan hidup tambah naik, seperti ongkos sekolah dan lain sebagainya, makanya baru-baru ini naik Rp 5.000," ujarnya.

Namun, menurut Fransiskus Xaverius Soedanto, walau harga pemeriksaannya bertambah beberapa ribu, pasien yang datang ke tempat prakteknya terus meningkat.

"Setiap hari itu banyak pasien. Rata-rata 200 pasien saya periksa,” jelasnya.

Mulai pukul 9.00 WIT, sudah banyak pasien antre.

“Jadi saya harus periksa satu per satu sampai kadang saya pulang pukul 15.00 – 16.00 WIT. Tapi itupun masih ada yang datang,” katanya menerangkan.

Dengan kondisi tubuh yang kini semakin menua, Fransiskus Xaverius Soedanto mengaku terkadang dirinya merasa lelah.

"Tapi mau bagaimana, untuk masyarakat, saya harus tetap melaksanakan kewajiban saya sebagai dokter," katanya pungkas.

Pada tahun 2022 ini, genap sudah 46 tahun Dokter Seribu Rupiah melayani bagi masyarakat di Papua.

Sematan Dokter Seribu Rupiah sendiri diberikan karena Fransiskus Xaverius Soedanto memasang biaya yang sangat terjangkau bagi pasiennya.

Baca juga: Butuh tenaga kerja terbaik untuk bisnismu? Cari di sini!

Ia bahkan rela menerima pasien yang hanya memberikan ucapan terima kasih sebagai balasan.

Kemurahan hari Fransiskus Xaverius Soedanto mendapat apresiasi dari banyak pihak.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved