Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Luwu

9 Hari Pasca Banjir, Warga Bonelemo Luwu Sulsel Gotong Royong Bangun Rumah

Setelah lima hari masa tanggap darurat, warga Desa Bonelemo kini berfokus pada rekonstruksi dan pemulihan rumah terdampak.

Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/MUH SAUKI MAULANA
Andi Baso, kepala Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, saat ditemui Sabtu (11/5/2024). Warga mulai membangun rumah pasca banjir. 

TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Hari kesembilan pasca banjir bandang, warga Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan mulai berbenah.

Setelah lima hari masa tanggap darurat, warga kini berfokus pada rekonstruksi dan pemulihan rumah terdampak.

"Kami di Benelomo, sekarang lagi masa masuk fase rekonstruksi setelah masa tanggap darurat yang kami tetapkan lima hari," ujar Kepala Desa Bonelemo, Andi Baso, Sabtu (11/5/2024)

Sebanyak delapan rumah hanyut tersapu banjir bandang di Dusun Benteng Datu.

Warga kini mulai mempersiapkan bahan bangunan untuk membangun rumah baru.

Baca juga: Hasriani Rela Pertaruhkan Nyawa saat Longsor Luwu Demi Selamatkan Putrinya yang Lumpuh

"Sekarang kami mempersiapkan bahan-bahan bagi yang hilang rumahnya. Selain itu, juga ada beberapa warga yang di lokasi rawan bencana minta direlokasi," bebernya.

"Saat ini masyarakat sedang bergotong-royong membuat papan dan tiang. Kami bertekad melakukan semua itu dengan sumberdaya yang kami miliki," tambahnya.

Potret rumah warga Dusun Benteng, Datu, Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Sabtu (11/5/2024). Rumah warga rusak parah diterjang banjir.
Potret rumah warga Dusun Benteng, Datu, Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Sabtu (11/5/2024). Rumah warga rusak parah diterjang banjir. (TRIBUN-TIMUR.COM/MUH SAUKI MAULANA)

Dirinya menambahkan, 24 KK yang rumahnya hancur kini mengungsi di rumah kerabatnya.

"Rumah yang rusak berat itu sembilan. Rumah yang hanyut delapan. Tetapi di dalam rumah hanyut itu, ada rumah ganda. Ada 24 KK yang terdampak yang hilang tempat tinggalnya," ujarnya.

Menurut Baso, warganya kompak bahu-membahu demi membantu warga yang tertimpa musibah.

Menurutnya, gotong-royong merupakan kebiasaan yang diwariskan nenek moyang di kampungnya.

"Nenek berpesan, kalau ada temannya yang lagi sakit harus dijenguk. Ini semua coba kita lakukan bahu-membahu," katanya.

Baca juga: BNPB Janjikan 5 Helikopter untuk Korban Banjir dan Longsor Luwu tapi Malah Hanya 2 Pesawat

Baso juga menyayangkan, buruknya sistem pengelolaan bencana Pemda Luwu.

Menurut Baso, otoritas terkait terlihat panik saat bencana banjir-longsor Luwu datang.

"Harusnya semua orang bisa selamat, katakanlah ketika sistem pengelolaan bencana dengan benar. Maka angka kerugian bisa diminimalkan. Sayangnya membangun sistem komunikasi bencana yang selalu kita dorong di tingkat desa ini belum bisa terpenuhi," tutupnya.(*)

Laporan Jurnalis Tribun Timur Muh Sauki Maulana

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved