Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilkada Malaka 2024

Sosok Simon Nahak Calon Bupati Terkuat Malaka NTT, Rendah Hati dan Dikenal SAKTI di Pilkada 2020

Di tahap sekarang, Simon Nahak petahana Malaka itu sedang membangun komunikasi dengan sejumlah partai politik.

Editor: Ansar
Pos Kupang
Sosok Simon Nahak bakal calon Bupati Malaka terkuat pada Pilkada 2024. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok Simon Nahak bakal calon Bupati Malaka terkuat pada Pilkada 2024.

Simon Nahak bukanlah sosok baru memimpin Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pemenang Pilkada 2020 itu dikenal sebagai sosok rendah hati dan SAKTI.

Jelang pertarungan periode kedua, Simon terus mengikuti mekanisme secara berurutan.

Di tahap sekarang, Simon Nahak petahana Malaka itu sedang membangun komunikasi dengan sejumlah partai politik.

Ia sudah siap mendaftar di parpol yang sudah membuka pendaftaran. 

"Saya ikuti saja mekanisme. Kita daftar dalu di partai politik, cari wakil yang cocok dengan saya. Setelah surat keputusan dukungan dari parpol pengusung sudah memenuhi syarat minimal lima kursi, barulah kita deklarasi dan daftar", kata Simon Nahak saat ditemui POS-KUPANG.COM, Senin 15 April 2024.

Menurut Simon Nahak, dirinya sudah melakukan komunikasi politik dengan beberapa partai.

Sebagai politisi, ia optimis partai politik memberikan dukungan.

Hanya saja, dukungan partai politik akan diberikan sesuai mekanisme parpol sehingga sebagai bakal calon ia mengikuti proses yang sedang berjalan. 

Simon Nahak menambahkan, mengikuti seluruh proses adalah etika politik yang baik sehingga tidak harus mendahului proses agar tidak dinilai melakukan pembohongan publik.

Sebab, saat melakukan deklarasi dan daftar ke KPU harus sudah lengkap yakni, calon bupati dan wakil bupati. 

Dalam proses mengikuti mekanisme tersebut, dirinya sebagai Bupati Malaka tetap konsentrasi mengurus pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 

"Saya ora et labora (berdoa dan bekerja) sambil mengikuti proses yang ada", ungkap Simon Nahak. 

Sebagai Bupati Malaka, Simon Nahak berharap proses politik tahun 2024 tetap dalam situasi aman dan kondusif serta humanis. 

Para bakal calon bupati dan wakil bupati tidak perlu saling memfitnah dan menyerang kehormatan orang lain, tetapi menawarkan program kerja yang dapat diterima dan dirasakan oleh masyarakat. 

"Kita tidak perlu saling fitnah, kita adu program saja. Kalau program kita dirasakan dan dinikmati masyarakat, pasti masyarakat memilih", pungkasnya. 

Menang Pilkada 2020

Dr Simon Nahak, SH, MH dikenal pria rendah hati dan selalu iklas membantu itu boleh dibilang telah go international.

Lama menimba ilmu dan berkarier sebagai dosen dan pengacara kawakan di Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Dengan langkah tegap, mengikuti kancah suksesi kepemimpinan di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, tanggal 9 Desember 2020.

Ia pun memenangkan Pilkada 2020.

Simon sudah pasti melangkah untuk mengabdi di Rai (tanah) Malaka.

Ia telah mengantongi surat keputusan (SK) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Bersama Louce Lucky Taolin atau yang dikenal dengan nama Kim Taolin, keduanya bernaung di bawah sandi politik SAKTI.

SAKTI merupakan akronim nama keduanya.

Simon terlahir dari pasangan ayah Marselinus Taek dan ibu Bernadeta Hoar.

Lahir di Desa Weulun, Kabupaten Malaka, 13 Juni 1964 sebagai sulung dari sembilan bersaudara.

Kedua orangtuanya petani tulen. Sang ayah pedagang tembakau sedangkan ibu perajin tenun ikat.

Sebagai anak petani, ia sungguh merasakan denyut nadi perjuangan orang-orang di kampungnya teristimewa kedua orangtua.

Simon menyematkan predikat purna setia kepada orangtuanya dalam semua aspek. Mereka tangguh, militan dan sabar sesabar-sabarnya.

Memori Simon masih merekan dengan kuat masa-masa kecil ketika menyaksikan kegigihan orangtua membesarkan ia dan adik-adik di kampung.

Setiap pekan, sang ayah Marselinus mendatangi pasar-pasar baik di wilayah Malaka maupun Belu (dulu, dua kabupaten ini masih bergabung dengan nama Kabupaten Belu) maupun di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS) untuk menjual tembakau, tenunan, ayam dan komoditi pertanian lainnya. Kedua orangtuanya kompak dalam membangun rumah tangga.

"Ibu mengurus saya dan adik-adik juga menenun. Ayah papalele dari satu pasar ke pasar yang lain," kisah Simon suatu ketika.

Karena itu motivasinya selalu ia tumbuhkan dalam belajar. Ia memompa semangat serta mimpi-mimpi itu untuk menjadi yang terbaik. Hasilnya sudah dipetik, kini.

Di keluarga, Simon dipanggal sebagai Ulu yang artinya sulung.

Sebutan Ulu itu mengemban sebuah tanggung jawab yang tak kecil.

Karena itu ia tunjukkan sebagai sulung terbaik, yakni dengan belajar secara tekun.

Karena itu sejak masih kecil ia sudah dikenal sebagai anak yang pandai, pemberani, membela teman-teman serta selalu berjiwa sosial atau suka membantu.

Di rumah, ia membantu menumbuk padi atau menumbuk jagung serta pekerjaan domestik lainnya.

Ia bilang, mama atau ibu harus dibantu karena ia seorang diri.

Begitu juga sang ayah. Ia tak tega melihat keduanya bekerja sendirian.

Karena itu, ketika Simon telah sukses dan sebagai bentuk membahagiakan orangtua, ia kerap meminta mereka untuk berlibur ke Bali.

Di sana, ia menyenangi kedua orang tua atau saudara-saudaranya.

"Tak seberapa menyenangi orangtua yang telah melahirkan, membesarkan dan menyekolahkan saya," kata lelaki ini dalam percakapan dengan Pos Kupang, medio Juli 2020.

Mendaftar ke Kefamenanu

Selepas sekolah dasar (SD) di Weoe tahun 1977, Simon belum melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.

Ia masih membantu orangtuanya di ladang.

Ia juga memelihara ternak dan membantu ibu di rumah. Pun mengurus adik-adiknya.

Harapan untuk melanjutkan pendidikan nyaris hilang.

Keinginan yang kuat untuk sekolah itu akhirnya mendapat restu orangtua.

Ia akhirnya mendaftar di SMP Santo Fransiskus Xaverius di Kota Kefamenanu, Ibukota Kabupaten TTU tahun 1981.

Pada tahun 1984, Simon menyelesaikan pendidikan SMP.

Usai tamat SMP, ia mendaftar ke SMA Giovanni Kupang, sebuah lembaga pendidikan yang terbilang bergengsi di bawah asuhan para imam Katolik.

Letak sekolah itu jauh dari kampungnya, sekitar 300 lebih kilometer.

Namun, niat itu batal. Ibu dan ayah menginginkan ia kembali untuk menyelesaikan di SMU Sinar Pancasila Betun, Malaka.

Tak banyak protes. Simon mengikuti saja karena atas berbagai pertimbangan.

Ia memahami kesulitan ekonomi kedua orangtua. Apalagi adik-adiknya juga membutuhkan biaya untuk pendidikannya.

Simon akhirnya tamat pada SMU Sinar Pancasila, Betun tahun 1987.

Dari Betun ia ingin mencari pengalaman yang lebih jauh dan menantang. Keluar dari Pulau Timor.

Ia menuju ke Pulau Dewata dan mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Warmadewa, Denpasar. Saat itu ia dibiayai oleh sang Guru Anis Mau dan Drs  Jhon Letto.

Anak petani ini merasakan bagai mimpi ketika tiba di Denpasar dan mulai mengikuti kuliah.

Karena kecerdasannya, Simon diangkat menjadi asisten dosen pada semester empat di Kampus Universitas Warmadewa, sambil menyelesaikan pendidikan strata satu.

Simon lulus tahun 1992 dengan menyandang predikat cumlaude.

Simon terus mengabdi di almamater tercinta.

Pria bersahaja ini mencoba terjun ke dunia advokat, hingga namanya dikenal luas oleh masyarakat Bali.

Di dunia kepengacaraan ini ia banyak belajar berinteraksi dan membangun komunikasi timbal balik dengan berbagai pihak.

Perkara yang ditangani tak hanya menimpa Warga Negara Indonesia saja, namun ia mengadvokasi pula sejumlah Warna Negara Asing.

Jadi, betapa pergaulan lelaki ini sudah melintas antarnegara.

Berbekal jerih payah sebagai dosen dan advokat, Simon melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi Magister Hukum Universitas Udayana (Unud) Bali, tahun 2001 hingga 2004.

Seolah tak puas dengan capaian akademik yang ada, Simon melaju lagi ke Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur untuk menempuh studi S3 kajian Ilmu Hukum Pidana pada tahun 2010.

Ia tamat (2014) dengan predikat cumlaude.

Bintangnya terus meroket.

Ia tercatat sebagai pengacara yang populer di Pulau Dewata itu. Ia juga pernah duduk di DPP Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Bali, Nusa Tenggara (2010-2015) dan Ketua AAI Kota Denpasar (2014-2019).

Simon juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Peradi (Perhimpunan Advokat Indonesia) Kota Denpasar (2015-2018).

Simon tak meninggalkan almamaternya, Universitas Warmadewa yang telah membesarkannya.

Ia tetap sebagai dosen di kampus ini hingga akhirnya diangkat menjadi Ketua Program Studi Magister Hukum (2015) hingga sekarang.

Meski sudah menyandang gelar doktor dan masuk daftar advokat kawakan di Bali serta strata sosial yang tinggi, Simon selalu low profile.

Kerendahan hati merupakan ciri khas yang melekat pada calon profesor ini.

Ia memang anak petani tembakau dan perajin tenun yang sukses dalam meniti karier.

Profil Simon Nahak

Nama: Simon Nahak

Lahir : Desa Weulun, Kabupaten Malaka, 13 Juni 1964

Pendidikan :

- SD Weoe (1977)

- SMP Santo Fransiskus Xaverius Kefamenanu (1984)

- SMA Giovanni Kupang dan SMA Sinar Pancasila Betun (1987)

- Fakultas Hukum Warmadewa, Denpasar (1992)

- Pascasarjana Udayana, Denpasar (2004)

- Doktor Hukum Pidana Unbraw, Malang (2014)

Jabatan

- Ketua Program Studi Magister Hukum Warmadewa (2015-kini)

- DPP AAI Bali, Nusa Tenggara (2010-2015)

- Ketua AAI Kota Denpasar (2014-20`9)

- Ketua Dewan Pakar Peradi Kota Denpasar (2015-2018). (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved