Tribun HIS
Kisah Antara Hidup dan Mati Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian saat Tugas di Bosnia dan Timor Timur
Menatap takdir dan kisah antara hidup dan mati dari sosok Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Andi Rian R Djajadi.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menatap takdir dan kisah antara hidup dan mati dari sosok Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Andi Rian R Djajadi.
Di balik pangkat jenderal bintang dua di pundaknya, perjalanan karier dari Irjen Pol Andi Rian R Djajadi rupanya tidak lepas dari dinamika penugasan.
Selama 33 tahun belakangan berdinas di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), sejumlah jabatan telah diemban.
Mulai dari pasukan lapangan, jabatan Kapolsek, Kapolres, hingga Kapolda.
Diantara jabatan dan tugas diemban, salah satu paling berkesan saat dirinya tergabung di pasukan PBB atau dikenal dengan sebutan Kontingen Garuda Bhayangkara.
Saat itu, Andi Rian masih tergolong perwira muda ditugaskan ke Bosnia negara pecahan dari Yugoslavia pada tahun 1996.
Baca juga: Kapolda Sulsel Irjen Andi Rian Silaturahmi Kumpulkan Konten Kreator dan Admin Medsos, Bahas Apa?
Ia mengaku diberangkatkan bersama 17 anggota Polri lain untuk bergabung dengan polisi PBB.
Salah satu tugasnya, yaitu menginvestigasi kasus pelanggaran HAM hingga kasus pembunuhan.
"Kami berangkat 18 orang, tergabung dengan pasukan PBB, tugasnya menginvestigasi kasus pelanggaran HAM atau pembunuhan," cerita Andi Rian saat ngopi santai seusai tarwih di Warkop Dokter Kopi, Jl Pengayoman, Makassar, Kamis (28/3/2024) malam.
Dalam pasukan bertugas sebagai Monitoring Officer, Andi Rian dan personel lainnya tidak dipersenjatai.
Sebab, ketika dipersenjatai kata dia, dapat memicu adanya kontak tembak dengan milisi yang masih berkeliaran.
"Kenapa tidak dipersenjatai karena kalau bersenjata kita berpotensi diserang," kenang Alumni Akpol 1991 ini.
Situasi itu, tentunya sedikit memacu rasa was-was bagi Andi Rian dan timnya.
Bahkan dirinya mengaku pernah mengalami langsung situasi buruk saat berhadapan dengan milisi.
"Penugasan saya Monitoring Officer, tidak dipersenjatai, jadi kalau ketemu milisi minta barang serahkan saja, misalnya kendaraan dan lain-lain, kita serahkan saja," ungkapnya.
Namun demikian, Andi Rian selalu berkeyakinan jika belum ajal, maka tidak akan terjadi sesuatu yang buruk.
"Satu tahun 2 bulan saya tugas di Bosnia. Kalau soal ajal keyakinan saya kalau sudah waktunya, ya sudahlah," ucapnya tersenyum.
Selepas tugas di Bosnia, kondisi Indonesia 1998-1999 tengah berkecamuk.
Selain peristiwa Reformasi, ada juga wilayah ingin melepaskan diri dari Indonesia, yaitu Timor-Leste.
Kondisi itu, pun memaksa Andi Rian untuk menjalankan tugas berikutnya yaitu dengan diberangkatkan ke Timor-Timur yang sedang berkecamuk.
Singkat cerita, sebelum resmi memerdekakan diri dari Indonesia pada 2002 silam, Andi Rian yang bertugas di Polres setempat kedatangan tamu.
Yaitu kunjungan dari Panglima ABRI dan Kapolri kala itu.
"Saat itu saya dapat perintah untuk antar dokumen pelaksanaan tugas terkahir di Polres ke Panglima ABRI," ujar Andi Rian.
Dirinya pun melaksanakan tugas itu dengan meninggalkan markas polres menuju lokasi Panglima ABRI berkunjung.
"Saya waktu itu diminta untuk baik mobil dengan alasan keamanan. Tapi saya lebih pilih naik motor trail saya," ucap Andi Rian.
"Saya sempat ditegur, karena alasan keamanan, jadi saya bilang kalau sudah takdir, biar di dalam WC kita bisa meninggal," ucapnya lagi.
Hal paling tidak dapat dilupakan Andi Rian yaitu tidak sempat melihat sang ayah Letkol Djajadi menghembuskan nafas terakhir di Kota Makassar.
"Saya tidak dapat waktu ayah saya meninggal, karena waktu itu tidak ada penerbangan. Saya tiba di Makassar sisa mendapati kuburannya," tuturnya. (*)
Kegigihan Marliah Bersihkan Anjungan Pantai Losari Makassar Sebelum Terbit Fajar, Gaji di Bawah UMR |
![]() |
---|
Diabaikan Pemda, Guru dan Ortu Siswa Madrasah MI DDI Pinrang Patungan Perbaiki Jalan Rusak |
![]() |
---|
Selamat dari Maut, Ini Kisah Pelajar SMK di Luwu yang Terseret Arus Sungai |
![]() |
---|
Tangis di Balik Abu: Puluhan Keluarga Kehilangan Rumah di Balang Baru Makassar |
![]() |
---|
Cerita Herlina, Warga Maros Tinggal di Rumah Reot Bersama Suami dan 4 Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.