Kenalkan Klab Musik, Platform Baru Makassar Biennale
Makassar Biennale 2023 mengumumkan inisiatif terbaru mereka dengan meluncurkan program Klab Musik (Kelola Berkelanjutan Musik), yang akan melibatkan
TRIBUN-TIMUR.COM - Makassar Biennale 2023 mengumumkan inisiatif terbaru mereka dengan meluncurkan program Klab Musik (Kelola Berkelanjutan Musik), yang akan melibatkan kolaborasi dengan sejumlah pemusik di Makassar.
Program ini dirancang untuk mengatasi tantangan internal Makassar Biennale dalam mengelola program yang diharapkan dapat menjadi mandiri di masa depan.
Demikian siaran pers diterima Tribun-Timur.com, Senin (29/1/2024).
Direktur Makassar Biennale, Anwar Jimpe Rachman menjelaskan bahwa Makassar Biennale berusaha untuk memperluas cakupan dan tidak hanya mencari solusi sekali ini.
Mereka bermaksud menjadikan platform ini sebagai bagian dari upaya berkelanjutan, dengan metode kerja bersama yang akan diterapkan secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang.
Anwar Jimpe Rachman menekankan bahwa Makassar Biennale ingin melibatkan musisi dan membuat mereka merasa sebagai bagian integral dari Makassar Biennale.
Pilot project ini dimulai dengan kolaborasi tujuh pemusik dari berbagai genre, seperti Bunyi Waktu Luang, D’Elite, Frontxside, Hirah Sanada, Minor Bebas, Pelantun Keroncong, dan Vinale.
Tugas mereka adalah menciptakan karya musik baru yang merespons hasil penelitian lima kota penyelenggara MB 2023, yang berjudul "Riwayat Gunung dan Silsilah Laut: Sejarah Baru tentang Air, Perkampungan, dan Migrasi di Makassar, Nabire, Labuan Bajo, Parepare, dan Pangkep."
Rencananya, karya-karya musik yang dihasilkan akan didistribusikan melalui platform online dan juga dirilis dalam bentuk album kompilasi fisik.
Pencipta karya juga akan mempresentasikan hasil karyanya pada malam pembukaan Makassar Biennale 2023 pada 9 September 2023, serta pada malam penutupan di Makassar.
Indhar Saputra, vokalis Frontxside, menyambut proyek ini dengan gembira, menyatakan bahwa ini adalah bentuk dukungan saling antara pemusik di Makassar dan Makassar Biennale, termasuk dalam hal promosi, panggung, dan bentuk lainnya.
Radit dari Minor Bebas menyatakan bahwa visi kolaborasi ini adalah langkah ke arah kerja berkelanjutan, terutama setelah pandemi yang membuat banyak kegiatan dan karya musisi tertunda.
Aqil, anggota kelompok hiphop D’ Elite, menganggap program ini sebagai terobosan positif karena dapat memperkenalkan genre hiphop yang mungkin belum begitu dikenal di Makassar.
Dia melihatnya sebagai kesempatan bagi D’Elite dan masyarakat luas untuk mengenal lebih dekat genre musik yang mereka usung.
Hirah Sanada menambahkan bahwa sebagai musisi yang relatif baru, ajakan kolaborasi ini merupakan bentuk apresiasi.
Mereka melihat kesempatan ini sebagai cara untuk memperkenalkan musik baru yang mereka hasilkan, sambil membuktikan bahwa seni musik tidak hanya terpaku pada panggung.
Para pemusik sepakat bahwa seniman musik di kota-kota di Indonesia Timur sebenarnya kaya dari berbagai segi, seperti lirik dan aransemen, dan kolaborasi seperti ini menjadi peluang untuk menunjukkan keberagaman dan kekayaan tersebut kepada masyarakat luas.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.