Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penyelam Teripang

Dekompresi Penyelam Teripang Pulau Barrang Lompo, Kelumpuhan Menghantui

"Kalau mau cari teripang, Barrang Lompo tempatnya'. Kalimat itu sering dilontarkan masyarakat penghuni pulau di kawasan Supermonde, Selat Makassar.

Citizen Reporter
Potret salah satu penyelam teripang Barrang Lompo, Makassar 

Laporan Citizen reporter Ramandha Fitrah

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ungkapan 'kalau mau cari teripang, Barrang Lompo tempatnya'.

Kalimat itu sering dilontarkan masyarakat penghuni pulau di kawasan Supermonde, Selat Makassar, Sulawesi Selatan.

Ketika ada yang sekelompok orang yang ingin mencari teripang maka para masyarakat sekitar dengan sontak memberikan jawaban ”ke Barrang lompo saja, banyak di sana”.

Pernyataan yang selaras dengan pekerjaan masyarakat yang banyak bekerja di usaha teripang.

Pulau Barrang Lompo tepat berada di sebelah barat daya kota Makassar dengan populasi jiwa terbanyak dalam barisan pulau Supermonde.

Angka kelumpuhan masih tercatat tiap tahunnya diakibatkan oleh penyelaman teripang di pulau ini.

Menjadikannya cukup populer diantara pulau lainnya.

Mempertaruhkan keselamatan jiwa guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Bertaruh di dasar laut demi selamat dari derasnya arus dan tekanan air laut.
 
Saat menelusuri pulau, terlihat sekeliling perumahan yang sangat padat dan memiliki jalan setapak sebagai alur transportasi masyarakat pulau.

Hanya ada terdapat satu tanah lapang yang terdapat di tengah-tengah pulau tepat di belakang masjid.

Salah satu pekerjaan dengan gaji tertinggi di pulau dan dimayoritasi pekerjanya dari masyarakat Barrang Lompo adalah usaha teripang.

Apa bila berjalan keliling pulau maka akan ada nampak sesuatu yang membuat kata ”wah” keluar dari mulut kita, terdapat rumah dengan halaman yang luas dan berbeda atau lebih kelas dari rumah-rumah lainnya.

Yah, itulah rumah dari bos pengepul teripang dan menjadi salah satu yang terkaya di pulau.
 
Usaha teripang sendiri menggunakan sistem bagi hasil, dimana ada pemilik modal dan pekerja teripang.

Pemilik modal diperankan oleh bos pengepul teripang, sedangkan pekerja diperankan oleh masyarakat pulau.

Usaha teripang sudah berlangsung sejak lama di pulau ini, selain mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Masyarakat kebanyakan juga kebanyakan memilih untuk menjadi pencari teripang.
 
Mencari teripang di wilayah makassar saat ini sudah sangat sulit ditemukan.

Susahnya mendapatkan teripang sakitaran Barrang Lompo dikarenakan aktivitas mencari teripang telah berlangsung sejak lama, akibatnya teripang mengalami kelangkaan di sana.

Perlu mengekspos keluar daerah untuk mendapatkan teripang banyak dan biasanya mereka tempuh dengan waktu mingguan hingga bulanan.
 
Meskipun terlibat mencari teripang memiliki penghasilan besar, usaha teripang juga memiliki sekumpulan resiko besar juga bagi para nelayan petaripang terkhusus penyelam teripang.

Menurut pemahaman masyarakat sekitar terkhusus para nelayan petaripang.

Ada beberapa yang membuat itu terjadi, kurang safetynya alat mereka gunakan maupun kesalahan personal mereka sendiri.
 
Para pemilik kapal memberikan alat pernafasan kepada mereka tak layak pakai.

Alat kompresor biasa dipakai untuk mengisi udara pada ban kendaraan menjadi satu-satunya alat pernafasan yang mereka gunakan dalam melakukan penyelaman.

Gulungan selang udara sepanjang -+200 Meter dipasangkan pada mulut sang penyelam menggunakan regulator dengan sumber oksigen pada alat kompresor ban.  
 
Seorang penyelam diikat menggunakan selam udara pada bagian perut kemudian diulurkan ke dasar laut untuk mulai mencari teripang.

Sedangkan para Anak Buah Kapal (ABK) lainnya bertugas untuk menjaga dan memantau kondisi kompresor.

Selang-selang tersebut selanjutnya diikatkan ke tubuh penyelam, biasanya di bagian pinggang.

Tujuannya adalah agar tidak terbawa arus yang bisa melepaskan regulator dari mulut penyelam.
 
Dikutip dari journal of innovation and applied technology (Vol. 1, No. 2 Desember 2015) ”Diving Technic Improvement Of Compressor Diver At Kondang Merak Malang Using Scuba”.

Akibat ikatan yang erat ke tubuh penyelam, aliran udara akan terhambat sehingga udara yang dihirup oleh penyelam sebagian besar berasal dari gelembung- gelembung air yang keluar dari selang yang terhambat tadi.

Jika terjadi sesuatu hal, seperti mesin kompresor mati mendadak atau kehabisan bahan bakar, seorang penjaga (operator) di atas perahu tidak punya pilihan selain harus segera menarik selang dan penyelamnya ke permukaan.

Pada titik inilah sering terjadi kasus dekompresi dan kecelakaan penyelaman karena penyelam tidak punya kesempatan untuk melakukan decompression stop, berhenti di kedalaman tertentu untuk mengeluarkan gas-gas terlarut dari dalam tubuh penyelam dalam perjalanan menuju permukaan air.
 
Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia, Dekompresi adalah penyakit yang disebabkan oleh gelembung gas menyumbat pembuluh darah yang kemudian menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan organ.

Udara dihasilkan kompresor membahayakan para penyelam karena ekspor oksigen yang kestabilannya tergantung kepada mesin.

Mesin mati atau terbelitnya selang udara maka akan menanggi suplai udara kepada penyelam dan akan berakibat fatal bagi para penyelam.
 
Tentunya mereka yang terjun ke dasar perlu profesional dalam bekerja guna mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Sebelum turun penyelam Barrang Lompo umumnya telah paham aturan dalam melakukan penyelaman yang berlaku sesuai pemahaman mereka, seperti batas waktu yang telah ditentukan yang disesuaikan pada ke dalaman laut.
 
Herwin, seorang penyelam teripang sudah berpengalaman dalam menyelam.

Ia telah melakukan penyelaman 17 tahun lamanya yang dimulai semenjak memasuki usia remaja (15 tahun).

”Dulu saya menyelam teripang kedalaman sekitar 45 meter/ 22 DPA, saya mungkin terlalu lama didalam (air) sampai saya jadi seperti ini (lumpuh)”, ucap Herwin yang kini menjadi korban dari Penyelam Teripang.

Hal masih ia yakini adalah semua hal itu terjadi atas kesalahan dirinya sendiri/personal.

Saat menyelam, ia merasa masih bisa menangkap lebih banyak teripang atau bisa dibilang mengikuti nafsunya dengan tujuan dapat membawa banyak teripang naik kepermukaan.

Hal selaras dari penjelasan yang dikutip dari Jurnal Keperawatan (V. 14, No. S2 Juni 2022) ”Faktor Determinan Kejadian Dekompresi Pada Nelayan Penyelam Tradisional”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelam dengan lama menyelam termasuk kelompok berisiko dan mengalami dekompresi sebanyak 16 orang (47,1 persen).

Hal ini karena semakin lama seseorang menyelam artinya semakin sering menyamakan tekanan.

Oleh sebab itu akan semakin besar pula kemungkinannya untuk gagal dalam menyamakan tekanan dan akan menimbulkan penyakit dekompresi.
 
Selain penggunaan alat yang tak layak digunakan, dan kesalahan personal penyelam, kondisi kesehatan mereka juga harus sehat dari penyakit lain.

Karena Dekompresi sangat rentang terjadi, seorang nelayan dengan riwayat komorbid dan penyakit jantung memiliki pengaruh terhadap kejadian dekompresi pada nelayan penyelam tradisional di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar
 
Penyakit dekompresi memang selalu menghantui nelayan teripang Pulau Barrang Lompo.

Hal ini dibuktikan dari banyaknya ditemukan nelayan yang mengalami kelumpuhan di sana.

Nelayan teripang di sana harus benar-benar disiplin untuk menghindari kesalahan-kesalahan personal mereka.

Adapun mereka meninggal karena tak mampu bertahan melawan kelumpuhannya yang makin parah diakibatkan mengalami komplikasi penyakit.

”Sudah banyak yang meninggal, kalau di Barrang Lompo sudah banyak penyelam teripang yang meninggal”, lanjut Herwin.

Apabila di pagi hari berjalan dan menganalisis sekitar, maka akan dijumpai orang-orang sedang berjemur di lapangan.

Rata-rata dari mereka merupakan mantan penyelam teripang yang telah mengalami kelumpuhan dengan harapan masih bisa sembuh dengan cara berjemur.

Di Sebelah tenggara terdapat seorang yang dulunya tak dapat berjalan sama sekali pada awal kelumpuhan.

Tetapi ketika rutin berjemur ia saat ini bisa berjalan walaupun masih terbata-bata.
 
Hasbi, merupakan penyelam yang masih aktif hingga sekarang dan masih rutin melakukan penyelaman di Barrang Lompo.

Semenjak menjadi seorang penyelam dirinya selalu siap untuk menghadapi resiko yang ada dengan pengetahuannya.

Menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para penyelam terutama penyelam teripang karena kedalamannya yang tak main-main.

Teknik paling perlu diperhatikan para penyelam teknik terminal.

”Maka kita singgah singgah, ada yang istilahnya terminal satu terminal dua dan tiga, terminal satu itu ketika kita masih berada di dasar laut atau pasir. Kemudian naik ke pertengahan atau terminal dua kita singgah dulu untuk menstabilkan kondisi badan kita. Kemudian 5 meter sebelum permukaan air kita singgah lagi untuk memastikan apakah kondisi tubuh betul-betul sudah baik”, jelas Hasbi saat ditanyakan tips menyelam yang aman bagi penyelam terkhusus teripang.
 
Ada satu teknik ia ketahui dari penyelam teripang di Pulau Barrang Lompo.

Dengan menjaga air kencing tetap lancar selama melakukan penyelaman guna menghindari diri dari kelumpuhan.

Mereka memiliki paham bahwa air kencing penyelam yang lancar adalah salah satu faktor untuk menghindari terjadinya kelumpuhan.

Maka dari itu mereka menggunakan teknik terminal untuk memastikan kondisi sudah betul-betul baik dan air kencing sudah lancar.
 
Nelayan teripang yang sudah menyelesaikan teknik terminal, selanjutnya segera untuk naik ke kapal untuk duduk sejenak dan mereka sama sekali tidak menganjurkan untuk langsung tidur.

Sepengetahuan mereka bahwa segera tidur setelah melakukan penyelaman teripang sangat dilarang keras , karena ini aliran darah ditubuh akan berhenti dan akan menyebabkan kelumpuhan.

”Ketika sampai di atas perahu dilarang untuk cepat tidur, karena ini juga berpengaruh karena ketika habis menyelam langsung tidur maka aliran daripada darah kita ini akan terhenti, maka dilarang keras bagi penyelam ini kalau habis menyelam langsung tidur”, lanjut Hasbi.

Penjelasan dikutip dari jurnal ”Faktor Risiko Masa Kerja Dan Waktu Istirahat Terhadap Kejadian Penyakit Dekompresi Pada Nelayan Penyelam Di Pulau Barrang Lompo”, JKMM (Vol 1, No. 3: 318-327 Agustus 2018) Penelitian Syamila (2017) dan Wahab (2008).

Jurnal itu menjelaskan pada penyelam Moroami menunjukkan bahwa cara naik ke permukaan secara langsung atau tanpa berhenti sejenak untuk menyesuaikan diri berpeluang menderita penyakit dekompresi 6 kali lebih besar dibanding naik ke permukaan secara perlahan.

Dalam setiap penyelaman harusnya melakukan safety stop yaitu berhenti di kedalaman tertentu sebelum naik ke permukaan sambil melepas nitrogen yang terhisap ke dalam aliran darah sebagai bentuk pencegahan.

Jika tidak melakukan hal ini maka kandungan nitrogen dalam darah akan sangat tinggi (Luthfi dkk., 2015). 
 
Dari penelitian diatas, disimpulkan bahwa pemahaman mengenai teknik terminal penyelam Pulau Barrang Lompo sudah sangat tepat.

Untuk menjaga air kencing tetap lancar dalam pengaruhnya terhadap kelumpuhan masih belum ditemukan adanya bukti secara ilmiah dan sains.

Tentunya pemahaman yang mereka dapatkan merupakan ajaran turun-temurun dari orang tua yang merupakan seorang penyelam juga.
 
Hingga saat ini aktivitas para nelayan teripang masih terjaga kelestariannya dalam mencari teripang.

Berserah diri kepada tuhan serta melakukan adab-adab menyelam masih mereka lakukan dengan harapan agar bisa selamat dari pergi hingga pulang dari mencari teripang.

Raut wajah terpasang pada mereka menunjukkan dan menggambarkan segenggam harapan untuk mendapatkan fasilitas menyelam yang lebih baik tiap tahunnya.

Hal ini juga demi keselamatan mereka dalam melakukan penyelaman. (*)


 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved