Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

1.300 Penonton Padati Pertunjukan Seni Kabata Tanrasula di Benteng Fort Rotterdam

Pertunjukan seni lintas media bertajuk ‘Kabata Tanrasula’ di Benteng Fort Rotterdam Jl Ujung Pandang, Makassar dipadati penonton.

Penulis: Rudi Salam | Editor: Sukmawati Ibrahim
RUDI SALAM/TRIBUN TIMUR
Pertunjukan seni lintas media bertajuk ‘Kabata Tanrasula’ di Benteng Fort Rotterdam Jl Ujung Pandang, Makassar, Kamis (21/12/2023) malam. Acara ini dihadirkan Konstelasi Artistik Indonesia kerjasama Direktorat Perfilman, Musik, Media Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pertunjukan seni lintas media bertajuk ‘Kabata Tanrasula’ di Benteng Fort Rotterdam Jl Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dipadati penonton, Kamis (21/12/2023) malam.

Acara ini dihadirkan Konstelasi Artistik Indonesia kerjasama Direktorat Perfilman, Musik, Media Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Panitia mencatat ada sekitar 1.300 penonton terdaftar dari masyarakat umum untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.

Karya ‘Kabata Tanrasula’ sendiri merupakan bagian dari rangkaian residensi seni ‘Seeking Tuan Guru’.

Di mana sudah dimulai di Cape Town, Afrika Selatan, dan di beberapa kota di Indonesia yang mengeskplorasi sosok Tuan Guru Indonesia: Syekh Yusuf Al Makassari dan Tuan Guru Imam Abdullah dari Tidore.

Karya ini berbasis musik disusun Aristofani Fahmi (Makassar), Anggara Satria (Pekanbaru), Maskur Daeng Ngesa (Makassar), Hasan Ali (Tidore).

Lalu Lawe Samagaha (Banten), dan Agus Eko Triyono (Solo) untuk film dokumenter dan berkolaborasi dengan Thania Petersen (Cape Town).

Kabata Tanrasula sebagai karya musik diintervensi oleh dramaturgi dan sutradara oleh Ancoe Amar dan koreografi Rianto, desain artistik Misbahudin, video mapping Jonas Sestakresna, dan sound designer Wirawan Novianto.

Sebagai produser, Aristofani Fahmi mengajak musisi-musisi tradisi muda dan calon-calon Tuan Guru di disiplin seninya dari Ternate, Tidore, Bandung, Makassar, Gowa, Solo, dan Pekanbaru. 

Produksi ini menyajikan seni pertunjukan dengan tema ‘cinta’ dalam lapisan makna menuju ‘Tajalli’ cinta pada puncaknya.

Production Manager Kabata Tanrasula Helza Ameli menjelaskan, pertunjukan ini bukan hanya media musik, tetapi juga film, gerakan tari, hingga video mapping.

“Jadi bukan hanya musik, tapi musik itu menjadi pemikat semuanya,” kata Helza, saat ditemui Tribun-Timur.com di Benteng Fort Rotterdam Makassar.

Adapun tema besar dalam pertunjukan ini adalah ‘Cinta dalam Lapisan Makna’.

Tema tersebut diangkat karena kecintaan masyarakat Makassar terhadap sosok Syekh Yusuf itu berada pada lebel berbeda.

“Akan tetapi secara bersamaan Syekh Yusuf bukan hanya dimiliki orang oleh Makassar-Gowa, tetapi juga dimiliki orang Banten, Srilanka, dan orang-orang Afrika Selatan,” jelas Helza. (*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved