Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Catatan di Kaki Langit: Pemilu Satu Putaran

Sekitar 60-an hari lagi, sebagai bangsa dengan corak ragam kebhinnekaan, kita akan tiba pada hari pelaksanaan pemilihan umum (pemilu).

Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Opini catatan di kaki langit M Qasim Mathar edisi, Kamis (14/12/2023). 

Oleh: M Qasim Mathar

Pendiri Pesantren Matahari di Mangempang Maros

TRIBUN-TIMUR.COM - Saudara pembaca yang budiman, sekitar 60-an hari lagi, sebagai bangsa dengan corak ragam kebhinnekaan, kita akan tiba pada hari pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) pada tanggal 14 Februari 2024.

Dua ormas Islam besar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), sudah menggambarkan kebhinnekaan itu.

Para pemimpin/tokoh di kedua ormas itu tidak satu corak dalam sikap politik.

Muhaemin Iskandar dan Mahfud MD keduanya NU, tetapi bersebelahan dalam sikap politik.

Di Muhammadiyah, tokoh Amin Rais dan Din Sjamsuddin berbeda sikap politik dengan Sjafi i Maarif (alm.) dan Haedar Nasir.

Jadi, di kedua ormas itu para pemimpinnya berbeda corak sikap politik mereka, bukan hanya satu.

Dari antara tokoh NU tampak lebih bergairah di dalam bersikap politik.

Sementara dari antara tokoh Muhammadiyah lebih kalem dalam bersikap politik, kecuali beberapa tokohnya mirip sekali dengan tokoh NU yang sangat memburu kekuasaan politik.

Kalau NU masyhur dengan pesantren-pesantrennya, tak sedikit kiyai pesantren NU vokal dalam berpolitik praktis, bukan vokal menyerukan prinsipilnya pendidikan.

Sedang Muhammadiyah tidak masyhur dalam hal pesantren, tetapi ormas ini justeru bekerja mewujudkan lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang berprestasi dan berdedikasi cemerlang.

Tentu kebhinnekaan tampak semakin beraneka warna jika kita menyadari adanya umat beragama selain Islam sebagai warga bangsa kita.

Belum kita bicara sukusuku bangsa kita, tradisi budaya kita yang amat kaya, dan banyak aspek lainnya dari kehidupan bangsa kita, yang karena majemuknya, konflik sosial biasa muncul mengganggu kehidupan kita berbangsa.

Pembaca yang budiman, memerhatikan kebhinnekaan itu dan dinamika jelang pemilu 2024 pada saat ini, saya menyarankan, mari kita perhatikan dukungan kepada ketiga pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden hingga akhir Desember 2023 bulan ini.

Lalu, pada bulan Januari 2024 hingga minggu pertama bulan Pebruari 2024, kita mendorong sebanyak-banyaknya pemilih untuk memilih dan mencoblos paslon capres-cawapres yang hingga Desember berakhir menunjukkan tanda/indikasi memperoleh dukungan paling besar, tanpa kita perduli, apakah itu paslon nomor 1 (Anies-Muhaemin, paslon nomor 2 (PrabowoGibran), atau paslon nomor 3 (Ganjar-Mahfud).

Misalnya, kalau hingga akhir Desember 2023, paslon nomor 1 menunjukkan tanda memperoleh dukungan terbesar, maka kita menggesa warga pemilih untuk mencoblos paslon nomor 1 tersebut.

Hal yang sama kita lakukan, kalau hingga akhir Desember 2023 ternyata paslon nomor 2, atau paslon nomor 3, menunjukkan tanda memperoleh dukungan terbesar.

Alasannya ialah: agar pemilu berlangsung satu putaran saja. Paslon yang menang satu putaran mendapat legitimasi yang lebih kuat dan kokoh.

Dengan satu putaran, terjadi penghematan energi dan biaya.

Juga, pemulihan sosial segera terwujud untuk selanjutnya negara dan bangsa bergerak ke depan untuk mengokohkan simbol kita "Bhinneka Tunggal Ika", majemuk beragam tetapi tetap satu.

Satu lagi, siapa pun paslon yang menang pemilu, pasti akan bekerja untuk Indonesia; ketiga
paslon itu adalah putra-putra terbaik bangsa kita.

Sesungguhnya fanatismelah yang bisa merusak persatuan dan kesatuan kita dalam berpolitik.

Fanatisme dalam dukung mendukung itu yang membuat saya bertanya, adakah guna dan efek
debat capres/cawapres, untuk bisa menggeser pilihan seseorang yang fanatik?

Saran pikiran saya ini terpengaruh oleh lembutnya daun-daun pohon bambu yang berguguran oleh deras angin dan deru hujan.

Atau damainya dusun Mangempang di Pesantren Matahari, tempat lahirnya saran pikiran
ini.

Ada doa dari situ, semoga pemilu satu putaran saja.

Hanya doa dan saran!.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved