Inside PSM Makassar
Klakson Lampu Merah Terlama
Kendaraan menuju GBLA petang itu sangat padat. Butuh waktu lebih dua jam untuk menggapai stadion di perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung itu.
“Kalau bukan Makassar, dari Jakarta. Atau dari Bogor,” tambah Faizal.
Setelah membayar dua kali di jalan tol dan memutar balik sekitar 30 menit dari pintu keluar jalan tol, mereka tiba di halaman GBLA.
Parkiran GBLA sudah sesak.
Tak kurang dari 15 ribu orang sudah memadati stadion, Senin (4/12/2023) malam itu.
Persib vs PSM memang dinanti.
Ini bukan laga sembarang duel.
Samad berlari.
Punggungnya tertutup tas hitam.
Kedua tangannya menenteng kantong plastik berisi aneka buah-buahan dan minuman.
“Official PSM, Pak. Ini untuk pemain,” kata Samad sambil memperlihatkan kartunya ke Steward di depan pagar.
Dia berlari lagi. Sendiri. Yani Perwitasari dan Rizky Faizal ditinggalkan.
Sementara nyanyian lagu nasional Padamu Negeri sudah menggema dari stadion.
Direkrut Keuangan PSM Rafiuddin Razak, Direktur Komersial Danang Pramono, dan Manager PSM Muhammad Nur Fajri sudah menunggu.
Mereka memilih melebur di ruang VVIP.
Pertandingan sudah berlangsung 7 meniit ketika saya, Faisal, dan Yani merapatkan pantat di Royal Box lantai 3.
Kami dikelilingi bobotoh dalam ruang kaca. Mereka nyaris tak henti mengumpat.
“Sakit telingaku duduk di sini. Ratusan anjing saya dengar. Sedikit-sedikit anjing-anjing,” ujar Yani Perwitasari sambil merapikan tas bersiap keluar dari Royal Box.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.