Sinyal Telkomsel Bikin Kesal Warga Makassar, Ikutan Lemot saat Mati Lampu

TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah pengguna ponsel di Sulawesi Selatan (Sulsel) mengeluhkan sinyal yang buruk saat pemadaman listrik.

Kondisi ini diperparah sebab durasi mati lampu bertambah.

Yang tadinya tiga hingga empat jam, kini menjadi lima jam.

Pengguna ponsel yang mengeluhkan buruknya sinyal adalah Hamid yang bermukim di Jl Monginsidi Baru, Kota Makassar.

Ia menggunakan provider Telkomsel.

"Pas mati lampu tadi sekitar jam 2 siang, jaringan yang tadinya 4G berubah jadi E. Sebelum-sebelumnya juga begitu kalau mati lampu," ujarnya kepada Tribun-Timur.com, Jumat (24/11/2023).

Hal yang sama dikeluhkan Irma, warga Jl Sungai Sadang, Makassar.

Menurutnya sinyak ponsel khususnya Telkomsel juga ikutan lemot saat listrik padam.

Dikonfirmasi terkait keluhan ini, Manager Corporate Communications Telkomsel Area Pamasuka, Rina Dwi Noviani, mengatakan pemadaman panjang saat ini memang mempengaruhi adanya ketidakstabilan jaringan.

"Jadinya beberapa BTS ada yang down sehingga traffic terkumpul di BTS tertentu. makanya pada saat tertentu terjadi penurunan kualitas layanan data," katanya.

Ketika listrik padam, kata Rina, maka BTS yang ada akan dibackup oleh baterai dengan durasi tertentu.

"Tapi dicover oleh BTS Terdekat yang normal, karena sumber daya utama BTS itu memamg listrik," ungkapnya.

Meski begitu, pelanggan masih bisa menikmati layanan komunikasi baik voice, SMS, maupun layanan data seluler.

Penyebab Durasi Pemadaman Listrik Lebih Lama

PT PLN (Persero) memberikan hak jawab terkait durasi pemadaman listrik bergilir yang akhir-akhir ini lebih lama.

Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar, Ahmad Amirul Syarif mengatakan, PLN terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dengan menjaga pasokan listrik secara kontinyu di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel).

"Adapun Daya Mampu Pasok (DMP) kondisi Normal sistem Sulawesi Bagian Selatan mencapai 2.300 megawatt (MW) dengan kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 850 MW," katanya saat dihubungi, Jumat (24/11/2023).

Adapun kata Ahmad, beban puncak malam hari berada di kisaran 1.800 MW, atau tersedia Reserve Margin 21,7 persen.

Baca juga: Warga dan Anggota Dewan Geram ke PLN, Sebut Manajemen Makin Buruk, Mati Lampu 5 Jam Sehari

"Ini sebenarnya cukup ideal sebelum terganggu akibat fenomena El Nino," ujarnya.

Menurutnya, musim kering yang berkepanjangan tersebut telah berdampak terhadap berkurangnya debit air sehingga menyebabkan kemampuan PLTA turun sekitar 75 persen dari 850 Megawatt (MW) menjadi 200 MW.

Olehnya, guna menanggung beban keterbatasan daya tersebut, selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menanggung beban yang cukup tinggi sehingga jatuh tempo untuk dilakukan pemeliharaan.

"Saat ini petugas PLN tengah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pemeliharaan PLTU agar sesegera mungkin dapat kembali beroperasi maksimal guna menopang kondisi Kelistrikan Sistem Sulbagsel," jelasnya.

Saat ini, kata Ahmad, berbagai upaya terus dilakukan mulai dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) khususnya di daerah aliran sungai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.

Baca juga: Hari ini Listrik Padam Hingga Pukul 12 Malam di Bantaeng, Rutan dan RSUD Mati Lampu Lima Jam

"Upaya ini telah membuahkan hasil di mana hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA, harapannya debit air dapat terus bertambah dan suplai listrik bisa kembali normal," ujarnya.

Selain itu, relokasi pembangkit dari beberapa wilayah tersebar di Indonesia juga terus dilakukan.

Pembangkit tersebut akan memasok tambahan daya sekitar 80 Megawatt (MW) dan diharapkan dapat segera membantu sistem kelistrikan di Sulbagsel.

"Tim ahli pembangkitan juga turut didatangkan ke Makassar untuk mengakselerasi penormalan pasokan listrik," kata dia.

(Tribun-Timur.com/Hasriyani Latif)