Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemadaman Listrik

Warga dan Anggota Dewan Geram ke PLN, Sebut Manajemen Makin Buruk, Mati Lampu 5 Jam Sehari

Dua hari belakangan ini, pemadaman listrik terasa sangat lama, dulu hanya 3-4 jam, sekarang makin menjadi-jadi 5-6 jam.

|
Penulis: Siti Aminah | Editor: Ansar
Kolase Tribun-timur.com
Legislator DPRD Kota Makasar Ray Suryadi Arsyad juga mengeluhkan pemadaman listrik 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - PLN Sulserabar lagi-lagi membuat masyarakat resah karena pemadaman bergilir.

Bukannya memberikan solusi, masalah kelistrikan justru semakin parah.

Dua hari belakangan ini, pemadaman listrik terasa sangat lama, dulu hanya 3-4 jam, sekarang makin menjadi-jadi 5-6 jam.

Warga Kecamatan Romang Lompoa Kabupaten Gowa, Nurlia mengatakan, pemadaman listrik membuat aktivitas terganggu.

Sebagai ibu rumah tangga, ia sangat terkendala untuk urusan dapur.

Bahan-bahan makanan di kulkas menjadi rusak, tidak bisa memasak nasi karena tak ada sumber listrik, ditambah lagi penggunaan air bersih juga membutuhkan aliran listrik.

"Serba tidak bisa, tidak bisa masak, mencuci, mandi, menumpuk pekerjaan jadinya gara-gara mati lampu, baru bukan anu (padam) sebentar, sampai 5 jam," keluhnya.

Legislator DPRD Kota Makasar Ray Suryadi Arsyad juga mengeluhkan pemadaman listrik ini.

Pengelolan kelistrikan oleh menajemen dinilai makin buruk.

Menurutnya, menajemen PLN seolah tak memikirkan solusi jangka panjang atas masalah ini.

Alasan mereka karana pasokan pembangkit listrik berkurang karena kekeringan selalu ingin dimaklumi, mereka tidak memposisikan diri sebagai pengguna atau masyarakat.

"Saya turut berduka cita atas pemadaman listrik ini, saya tidak mengerti apa yang terjadi dengan PLN sampai sekarang belum ada solusi pemadaman bergilir," kata Ray.

Salah satu elemen masyarakat yang paling disusahkan kata politisi Demokrat Makassar ini ialah pelaku UMKM.

Mereka mengandalkan listrik dalam usahanya, sementara kemampuan mereka untuk menalangi listrik sementara lewat genset sangat susah

"Tidak semua orang bisa beli genset, ada orang yang tidak mampu, jadi jangan kita samakan bilang rata semua kondisi ekonominya," tegasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved