Kisah Inspiratif Guru Pemberani di Pedalaman Luwu: Fahmi Menembus Hutan demi Ilmu dan Anak Bangsa

TRIBUN-TIMUR.COM - Setiap pagi, sebelum matahari mengintip di ufuk timur, Fahmi Rahmasari sudah siap berangkat ke SMAN 19, sebuah sekolah di Kecamatan Bastem, Kabupaten Luwu.

Meskipun medan yang dia tempuh penuh tantangan, Fahmi tak pernah mundur.

Guru honorer ini mengarungi jalan berbatu dan tanah gembur di pegunungan selama 30 menit dengan sepeda motornya, merambah kadang hutan lebat dengan pohon menjulang tinggi.

Tapi itu sudah jadi rutinitasnya selama dua tahun terakhir.

Fahmi tak hanya berjuang melawan medan yang berat. Saat musim hujan, tantangannya bertambah.

Ancaman tanah longsor bisa menghampirinya, namun tekadnya untuk mengajar tetap kokoh.

"Jalau musim hujan datang, biasa juga longsor. Itu yang biasa menutupi akses jalan. Atau air sungai naik, makanya banyak biasanya siswa kami izin tidak ke sekolah," katanya.

Keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah menjadi ujian lain bagi Fahmi.

Namun, dia kreatif menyesuaikan bahan ajar dengan kondisi yang ada.

"Usia sekolah saya kurang lebih 7 tahun. Jadi belum memiliki sarana prasarana yang memadai. Makanya perlu banyak penyesuaian. Jadi bahan dan media ajar harus disesuaikan," tuturnya.

Tidak hanya itu, kendala listrik yang tidak stabil juga menjadi masalah saat musim hujan. Namun, Fahmi tetap gigih dalam mendidik anak-anaknya.

Meski dengan segala kendala itu, Fahmi tidak pernah menyesal memilih menjadi guru di sekolah yang sulit dijangkau ini.

Panggilan hati dan tekadnya dalam mendidik menjadi pendorongnya.

Ia bersama 20 guru lainnya yakin akan kontribusi mereka dalam mendidik 156 siswa.

Mereka berharap anak didiknya kelak menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berbicara banyak di masa depan.

Namun, ia juga berharap perhatian dari Pemerintah Daerah Luwu untuk membantu memfasilitasi agar guru-guru di daerah terpencil bisa lebih maksimal dalam memberikan ilmu kepada siswa-siswanya.(*)