Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hamas vs Israel

Nasib Ibu Hamil di Gaza Saat Ini, Melahirkan Tanpa Anastesi, Obat dan Rumah Sakit Makin Sedikit

Hal tersebut disebabkan menipisnya ketersediaan stok obat dan semakin terbatasnya rumah sakit di Gaza.

Editor: Ansar
TribunMedan.com
Ahli bedah trauma menutupi tubuh seorang wanita hamil yang bayinya diselamatkan setelah operasi caesar darurat, dan yang meninggal setelah pemboman Israel, di rumah sakit Kuwait di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 21 Oktober 2023. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kisah wanita hamil di Gaza, melahirkan operasi caesar tanpa tindakan anastesi atau obat bius.

Kondisi yang dialami ibu hamil di Gaza sangat memprihatinkan.

Sejatinya, ibu hamil yang melahirkan dibius supaya tak merasakan sakit berlebihan.

Namun hal itu tak dilakukan lagi di Gaza.

Jika tak mampu melahirkan normal, medis bertindak dengan terpaksa operasi cesar tanpa bius.

Hal tersebut disebabkan menipisnya ketersediaan stok obat dan semakin terbatasnya rumah sakit di Gaza.

Sejumlah ibu hamil yang meninggal setelah melahirkan bayinya.

Pilunya banyak bayi lahir premature dikarenakan kodisi sang ibu yang mengalami ketakutan ekstrem.

Disampaikan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan jumlah korban tewas Palestina akibat serangan militer Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza mencapai 9.227 orang.

Di antaranya, 2.100 orang masih terjebak di bawah puing-puing di Gaza, termasuk 1.200 anak-anak.

Ia mengatakan pasukan Israel menghantam lebih dari 102 fasilitas kesehatan di Gaza sejak 7 Oktober, meskipun menurut aturan perang, fasilitas semacam itu seharusnya terhindar dari serangan.

Hampir 10.600 orang telah tewas dalam konflik ini, termasuk 9.227 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel.

Sementara itu, mengutip pernyataan UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur), menyebutkan sebanyak 670 ribu jiwa terpaksa mengungsi, yang tersebar di hampir 150 bangunan yang dibuat UNRWA.

Dan menurut data dari UN Population Fund (UNFPA), terdapat setidaknya 5.500 wanita atau ibu yang sedang hamil.

Meski tak menutup kemungkinan angka tersebut sedikit demi sedikit menurun, lantaran korban yang terus berjatuhan.

Terhitung telah 26 hari berlalu, dan memasui awal bulan menjadi waktu untuk sejumlah ibu untuk melahirkan bayinya.

Namun miris, ditengah kekacauan yang terjadi saat ini, para ibu hamil harus menahan sakit yang tak biasa.

Pasalnya, tim medis terpaksa melakukan tindakan operasi Caesar untuk kelahiran para bayi tanpa memberikan anastesi atau obat bius untuk menahan nyeri kepada sang ibu.

Hal ini dikarenakan menipisnya ketersediaan stok obat dan semakin terbatasnya rumah sakit.

Tindakan cepat para dokter ini menjadi kisah yang pilu bagi para ibu, karena harus merasakan sakit demi keselamatan sang bayi.

"Kami telah melakukan operasi caesar pada wanita hamil yang terluka akibat serangan Israel tanpa anestesi " kata direktur Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza, Nahhed Abou Taima.

Pada awal-awal minggu setelah pecah peperangan, sejumlah rumah sakit masih mampu menjalankan operasi dengan baik dan memberikan pelayanan maksimal bagi para ibu hamil.

Namun, dengan seiring bertambahnya korban juga sejumlah rumah sakit yang ikut menjadi sasaran bom, membuat para pasien pun menumpuk di rumah sakit yang masih berdiri.

Tantangan para ibu pun semakin sulit di minggu-minggu selanjutnya.

Dimana sistem kesehatan Gaza mulai mengalami penurunan atau bahkan terpaksa berhenti.

Sebab Israel telah memutus pasokan listrik dan menutup akses perbatasan sehingga bantuan tidak bisa masuk ke Gaza.

Hal ini memicu stok obat-obatan di seluruh rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi.

Situasi ini kian memburuk dengan tidsak adanya sumber listrik serta bahan bakar untuk menyalakan generator di RS.

Selain para ibu melahirkan, sejumlah korban luka bakar juga harus mendapat tindakan tanpa anestesi.

"Para dokter terpaksa melakukan operasi caesar pada ibu hamil tanpa obat bius," tutur Direktur CARE untuk West Bank dan Gaza, dilansir dari The I Paper.

Hiba Tibi mengatakan bahwa beberapa rumah sakit telah menjalankan prosedur operasi dengan bahan-bahan yang sangat terbatas.

Para dokter bahkan memutar otak untuk bisa mengobati luka para pasien tanpa cairan pembersih luka.

Seorang dokter di RS Shifa di Gaza yang bernama Ghassan Abu Sittah mengatakan, mereka menggunakan Cuka untuk mensterilkan luka.

Prosedur ini juga dilakukan di operasi, termasuk operasi caesar.

"Mereka merasakan sakit yang luar biasa. Dan kalaupun mereka berhasil melewati operasi yang sangat menyiksa itu, mereka harus melewati proses penyembuhan tanpa pereda nyeri," lanjut Hiba.

Selain itu, dalam kondisi sekarat tak sedikit para ibu yang kehilangan nyawa setelah melahirkan bayinya.

Seorang petugas medis di Gaza yang bernama Fikr Shalltoot bercerita bahwa ada seorang ibu hamil dengan kandungan 32 minggu yang meninggal karena pengeboman dari udara.

Petugas medis menyelamatkan janin yang sedang dikandungnya dan seorang bayi kuat pun lahir dengan selamat.

"Seluruh anggota keluarganya meninggal karena serangan bom. 

Satu-satunya yang selamat adalah bayi yang berusia 32 minggu," lanjut Hiba.

Kondisi ini juga memaksa para ibu yang telah berhasil melahirkan bayinya untuk sesegera mungkin meninggalkan rumah sakit 3 jam seletah proses persalinan.

"Aku harus keluar rumah sakit 3 jam setelah melahirkan karena harus bergantian tempat dengan ibu hamil lainnya dan dengan orang-orang yang terluka," ujar seorang ibu di Gaza.

Kondisi riuh ini juga mengancam kestabilan mental para ibu yang harusnya fokus dengan kehamilnnya.

Sebab, tak sedikit para ibu harus melahirkan sang bayi sebelum waktunya.

"Karena keadaan ini, angka kematian ibu hamil dan melahirkan akan lebih tinggi jika pasokan medis dan bahan bakar tidak dikirim ke Gaza," ujar Koordinator Advokat dan Komunikasi ActionAid Palestine, Riham Jafari.

Bayi-bayi prematur tersebut lahir dikarenakan kodisi sang ibu yang mengalami ketakutan ekstrem.

Bagaimana tidak, bom terus berjatuhan tanpa jeda dan semakin intens.

Seringnya, Israel menyasar rumah sakit, perumahan warga, dan yang terbaru adalah menyerang area penampungan perang.

Para ibu hamil di Gaza menghadapi situasi yang sangat sulit dan tak terhindarkan, dan mereka harus melahirkan di tengah ancaman bom dan bisa saja kehilangan nyawa kapan saja. (*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved