Pakai AI, AJI dan Monash University Indonesia Pantau Hate Speech di Pemilu 2024
Aliansi Jurnalis Independen ( AJI ) Indonesia bekerja sama dengan Monash University Indonesia dalam mengawasi penyebaran ujaran kebencian online yang
TRIBUN-TIMUR.COM - Aliansi Jurnalis Independen ( AJI ) Indonesia bekerja sama dengan Monash University Indonesia dalam mengawasi penyebaran ujaran kebencian online yang ditujukan kepada kelompok minoritas selama periode Pemilu 2024, yang akan berlangsung selama delapan bulan dari Oktober 2023 hingga Mei 2024.
Kerja sama ini diresmikan melalui penandatanganan perjanjian antara Sekretaris Jenderal AJI Indonesia, Ika Ningtyas, dan Pembantu Rektor Bidang Riset Monash University Indonesia, Alex Lechner, di gedung Monash University Indonesia, kawasan Green Office Park BSD, Kabupaten Tangerang, Banten pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Upaya pemantauan terhadap ujaran kebencian ini akan melibatkan pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mengumpulkan, menganalisis, memodelkan, dan menyajikan data pesan yang bertujuan untuk memecah belah masyarakat.
Ika Ningtyas mengungkapkan bahwa ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas cenderung meningkat setiap kali pemilu, sering kali melalui penyebaran misinformasi dan disinformasi.
Fenomena ini berpotensi memperkuat polarisasi, diskriminasi, serta memicu tindakan persekusi terhadap kelompok minoritas, termasuk minoritas agama dan minoritas gender.
AJI, menurut Ika, perlu berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk merumuskan desain monitoring, menganalisis dan menyajikan data dalam sebuah platform.
Hasil monitoring tersebut, dapat menjadi panduan bagi media untuk memproduksi karya jurnalistik yang lebih mempromosikan keberagaman dan memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas.
“Data tersebut nantinya dapat digunakan oleh media massa untuk melihat tren penggunaan ujaran kebencian dan menghindari untuk mengamplifikasi narasi yang disebarkan kelompok politik tertentu yang justru memperkuat stigma dan diskriminasi kepada kelompok minoritas,” kata Ika.
Selain itu, data hasil monitoring akan memudahkan berbagai elemen masyarakat seperti Bawaslu, Dewan Pers, platform media sosial, maupun organisasi yang membela hak-hak minoritas agar dapat mengantisipasi dan memitigasi ujaran kebencian yang berujung pada polarisasi sosial.
Pembantu Rektor Bidang Riset Monash University Indonesia, Alex Lechner menjelaskan, selama pemilu, politisi akan menggunakan strategi apapun demi mendapatkan suara, termasuk menyebarkan kebencian terhadap kelompok tertentu, termasuk komunitas minoritas yang rentan.
"Masalah serupa terjadi di seluruh dunia, bukan hanya Indonesia," kata Alex saat acara penandatanganan kerja sama.
Menurut dia, tantangan jurnalis dan peneliti adalah bagaimana memantau ujaran kebencian secara intensif.
Bahasa dan konteks persoalan menjadi tantangan bagi pemantauan tersebut. Selama ini sudah ada kalangan yang memantau ujaran kebencian.
Sebagian besar melibatkan pakar politik atau ilmu sosial.
Tapi, Monash University Indonesia menggabungkan disiplin ilmu sosial dan data sains sehingga memungkinkan pemantauan dalam skala besar.
Sosok Safwan Ashari Jurnalis Tribun Sorong Dianugerahi Udin Award 2025 |
![]() |
---|
Remaja 16 Tahun Kubur Bayi Hasil Hubungan Gelap di Bone, Polisi: Pacarnya Sudah Punya Istri |
![]() |
---|
Sosok Tiga Mantan Kapolres di Sulsel Kini Pangkat Brigjen, Siapa Duluan Jadi Kapolda? |
![]() |
---|
Pelaku UMKM Ogah Tambah Modal, Kredit Lesu di Sulsel |
![]() |
---|
Fesmed 2025 Makassar Bakal Soroti Kekerasan Polisi dan Krisis Pers |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.