Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tergerus karena Pasar Online, Pasar Tradisional Bulukumba-Sinjai Memilih 'Gulung Tikar'

Para pedagang pakaian di Bulukumba merasakan penurunan omset dalam beberapa tahun terakhir.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/SAMSUL BAHRI
Toko Pasar Sentral Bulukumba sudah banyak tutup Rabu (4/10/2023) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pedagang di Pasar Sentral Bulukumba dan Pasar Sentral Sinjai sedang menghadapi persaingan sengit dengan penjual barang online.

Para pedagang pakaian di Bulukumba merasakan penurunan omset dalam beberapa tahun terakhir.

Penyebabnya adalah maraknya penjual barang online.

Sebelumnya, pasar ini menjadi tujuan belanja utama warga dari ibukota Bulukumba.

Namun sekarang, kunjungan pelanggan terbilang jarang.

"Sejak penjual online muncul di Jakarta, Makassar, Bandung, Surabaya hingga di Bulukumba, pembeli yang datang ke sini semakin berkurang," ungkap Hendra, seorang pedagang Pasar Sentral Bulukumba, pada Rabu (4/10/2023).

Hendra menambahkan bahwa yang masih ramai berbelanja di pasar tersebut adalah warga dari pelosok kecamatan Bulukumba dan Sinjai.

"Berbeda dengan dulu sebelum ada pasar online," ujarnya.

Kunjungan ke pasar ini mulai menurun sejak tahun 2019 hingga sekarang.

Selain itu, Pasar Bulukumba juga harus bersaing dengan toko pakaian modern di daerah tersebut.

Menuju akhir tahun ini, Pemkab Bulukumba baru saja merehabilitasi empat blok pasar dengan anggaran mencapai Rp 21 miliar.

Pedagang berharap bahwa pembangunan ini akan memberikan sentuhan modern untuk meningkatkan minat pembeli.

Di Sinjai, banyak toko pakaian di Pasar Sentral juga harus menutup pintu.

Akibatnya, pedagang lebih memilih menutup usahanya.

Harga di toko online seperti TikTok Shop terbilang sangat kompetitif, dengan kualitas yang hampir sama dengan di Pasar Sentral Sinjai.

Agus Salim Mudjarab, seorang pedagang di Pasar Sentral Sinjai dan juga ketua Himpunan Pedagang Pasar Sentral Sinjai (Hps2), mengakui bahwa belanja online berpengaruh besar terhadap perekonomian.

"Kami merasakan penurunan pendapatan sekitar 50 persen dibandingkan tahun lalu. Kami sebagai pedagang sangat merugi akibat adanya belanja online di TikTok Shop," ujar Agus Salim. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved