Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sosok Panglima ABRI Era Soeharto M Jusuf Amir di Mata Mayjen TNI Totok Imam Santoso

Dia merupakan jenderal prajurit sejati. Demikian dikatakan Panglima Kodam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Totok Imam Santoso.

THAMZIL THAHIR
Jip milik Jenderal M Jusuf Amir yang menjadi penjemput Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir (23 Juni 1928-8 September 2004) merupakan sosok yang punya pengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia.

Dia merupakan jenderal prajurit sejati. Demikian dikatakan Panglima Kodam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Totok Imam Santoso belum lama ini.

Hal itu diungkapkan Mayjen Totok saat membuka sarasehan Haul Jenderal M Jusuf di aula Masjid Al Markaz, Jl Masjid Raya, Makassar.

"Beliau Jenderal M Yusuf adalah sosok panutan dan teladan khususnya kami di TNI," kata Mayjen TNI Totok Imam Santoso saat membawakan sambutan.

Ditemui seusai membuka acara tahunan itu, Mayjen Totok mengatakan sosok Jenderal M Yusuf adalah prajurit sejati.

Sebab, kata dia, dari empat kriteria prajurit sejati, semuanya ada pada diri mendiang Jenderal M Yusuf.

"Saya sendiri melihatnya, beliau ( Jenderal M Yusuf ) adalah sosok prajurit TNI yang sejati. Beliau tidak mementingkan diri sendiri dan juga kelompoknya," ujar Totok.

Baca juga: Rumah Panglima ABRI Era Soeharto M Jusuf Amir di Kajuara Bone Mulai Lapuk

"Jadi beliau sosok jatidiri prajurit TNI. Beliau prajurit rakyat, prajurit profesional, prajurit pejuang dan prajurit nasional," sambungnya.

Lebih lanjut, dijelaskan Totok, sosok Jenderal M Yusuf adalah tokoh peduli terhadap masyarakat dan prajuritnya.

Rumah pribadi Jenderal Muhammad Yusuf Amir di Kelurahan Awang Pone, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Jumat (8/9/2023)
Rumah pribadi Jenderal Muhammad Yusuf Amir di Kelurahan Awang Pone, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Jumat (8/9/2023) (Tribun-timur.com)

"Jadi dimana pun beliau selalu bertanya, bagaimana kondisi masyarakat dan anggota pun begitu sampai waktu itu terkenal ada susu dari pak Yusuf," ucapnya.

Sosok pejuang dalam diri Jenderal M Yusuf, lanjut Totok adalah selalu melaksanakan tugas pokoknya secara maksimal.

"Sosok pejuang karena beliau tidak pernah macam-macam, tugas pokoknya seperti itu, bagaimana prajuritnya maju, bahagia dan bagaimana masyarakatnya juga bahagia," bebernya 

"Beliau pernah menciptakan bank BPD disini, membangun masjid disini (Al Markaz), dan saya baca bahkan pernah membuat (turnamen) sepak bola pertama, bahkan juga menginisiasi pembelian pesawat,” katanya.

Jenderal M Yusuf disebut sosok prajurit Nasional lanjut Totok, karena sosoknya yang tidak hanya dikenal oleh warga Sulsel, tetapi seluruh masyarakat Indonesia.

"Bahkan masyarakat internasional, tahu siapa sosok Jenderal M Yusuf ini," ucapnya, Jumat (8/9/2023) lalu.

Adapun sikap yang perlu diteladani generasi muda kata Mayjen Totok, adalah sosok Jenderal M Yusuf yang taat agama.

"Beliau kalau waktunya salat, apapun kondisinya harus salat, kemudian beliau senang berbagi ke orang susah dan tidak semena-mena dengan orang lain, beliau sopan," tuturnya.

Dalam haul itu, turut hadir Ketua pengurus yayasan Al Markaz Prof Basri Hasanuddin, dan Imam besar Masjid Al Markaz l, Prof Muammar Bakry LC,MA.

Ada juga mantan menteri Hukum dan HAM era SBY-JK, Hamid Awaluddin yang juga ketua Pengawas Yayasan Al Markaz.

Mantan Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI (Purn) Andi Muhammad dan Ketua MUI Makassar Gurutta KH Baharuddin.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh protokol lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter terkait perjalanan hidup dan jejak karir Jenderal M Yusuf.

Lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Prof Dr Muammar Bakry.

Sekedar diketahui, Jenderal M Yusuf adalah mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto.

Jenderal bintang empat itu merupakan penggagas dan pendiri Masjid Al Markaz.

Jenderal M Yusuf lahir di Kajuara, Kabupaten Bone 23 Juni 1928 dan wafat di Makassar pada 8 September 2004.

Kiper Legendaris Indonesia

Tanah makam Sabina Amir, masih basah, saat kabar duka datang ke keluarga Maulwi Saelan, Senin (10/10/2016) petang.

Sabina Saelan adalah adik kandung Maulwi Saelan (90), kiper legendaris PSSI era 1954-1958, yang dikabarkan meninggal dunia, di kediamannya di Kawasan Bendungan Hilir, Jakarta barat, petang tadi.

Sabina meninggal dunia, Sabtu (8/10/2016), akhir pekan lalu di Jakarta.

"Kami dapat kabarnya, pas takziyah di Makassar," kata Andi Herry Iskandar, kemenakan mantan ajudan Presiden Soekarno itu.

Maulwi adalah anak tertua dari keluarga pejuang Saelan.

Adik Maulwi, Emmy Sarlelan, adalah pahlawan nasional yang meninggal dunia di Toddopuli, Makassar tahun 1946 silam.

Adik Maulwi lainnya, Elly Saelan adalah mendiang istri mantan Panglima ABRI, Jenderal M Jusuf.

Elly wafat pada 10 Oktober 2014 lalu di Makassar, hanya berselang dua hari, setelah kemenakannya Andi Tenri "Onny" Gappa meninggal dunia di Singapura.

"Sepengatahuan kami, Om Maulwi ini delapan saudara, Ini keluarha pejuang," kata Andi Herry.

Dirikan Taman Siswa

Dikutip dari Wikipedia.org, Maulwi lahir di Makassar, 8 Agustus 1926.

Dikenal juga sebagai pendiri Taman Siswa Makassar.

Maulwi Saelan merupakan anak Amin Saelan, tokoh nasional di Makassar dan pendiri Taman Siswa di kota ini.

Dia bergabung dengan tim nasional Indonesia era 1954-1958 dan berkontribusi besar dalam keberhasilan Indonesia menembus empat besar Asian Games 1954 dan meraih medali perungggu di Asian Games 1958.

Penampilan heroik Maulwi adalah ketika menghadapi Rusia di Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne, 17 November 1958.

Indonesia kala itu berhasil menahan imbang Uni Soviet yang merupakan salah satu tim terkuat Eropa dan dunia.

Maulwi berjibaku menahan gempuran Igor Netto, Sergei Salnikov, dan Boris Tatushin.

Skor 0-0 bertahan hingga akhir pertandingan.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved