Luwu Timur, Parepare, Sidrap, Maros, Gowa Zona Merah Kebakaran
Kepala DLHK Sulsel Andi Hasbi Nur melaporkan kebakaran lahan mencapai 200 hektar dalam sebulan terakhir.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Abdul Azis Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kebakaran lahan menjadi ancaman ditengah Fenomena El-Nino.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sulawsi Selatna (DLHK Sulsel) Andi Hasbi Nur melaporkan kebakaran lahan mencapai 200 hektar dalam sebulan terakhir.
"Berdasarkan hitungan kita kemarin itu ada 200 hektar, jumlah secara total hitungan satu bulan ini mulai Agustus sampai September ini," kata Andi Hasbi saat dihubungi Kamis (14/9/2023).
Kebakaran ini kebanyakan berasal dari kawasan persawahan masyarakat.
“Rata-rata itu di sawah-sawah, ladang masyarakat,” lanjutnya.
Luwu Timur menjadi daerah terparah dalam sebulan terakhir.
Begitu juga daerah dengan kawasan sawah yang luas seperti di Sidrap atau Takalar.
Baca juga: 22 Peristiwa Kebakaran Terjadi di Sinjai hingga September 2023, Kasus Terbanyak Sinjai Utara
Baca juga: BPBD Tetapkan Makassar, Maros, Jeneponto Status Tanggap Darurat Dampak Kekeringan
“Saya lihat itu banyak di Luwu Timur. Baru Parepare, Sidrap, Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto,” kata Andi Hasbi.
“Kalau Bulukumba, Bone, Sinjai, Bantaeng sempat ada satu kali,” jelasnya menambahkan.
Terkait penanganan, DLHK Sulsel sudah menjalin komunikasi dengan organisasi perangkat daerah dan stakeholder.

Posko penanggulangan kebakaran juga sudah didirikan.
Kelompok peduli api dibentuk guna siaga terhadap kebakaran lahan.
"Kita sudah buat posko penanggulangan kebakaran, kita juga bentuk kelompok peduli Api di masyarakat," kata Andi Hasbi.
"Kemudian setiap ada kejadian pasti kita turun, muali damkar Kab/kota terus BPBD provinsi, TNI, masyarakat juga," lanjutnya
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan periode 2023-2024 akan datang terlambat dari biasanya.
BMKG memprediksi musim hujan baru akan dimulai pada November 2023 sekaligus mengakhiri kekeringan akibat El Nino.
Adapun puncaknya akan terjadi pada Januari-Februari 2024.

"Puncak musim hujan 2023-2024 umumnya diperkirakan pada bulan Januari-Februari 2024," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Jumat (8/9/2023).
Dwikorita menyebut, musim kemarau tahun ini lebih panjang karena dampak dari El Nino.
Baca juga: Penyebab Kebakaran di Kompleks Pasar Waetuo Bone, Kerugian Ditaksir Rp1,5 M
Baca juga: Damkar Kerahkan Lima Mobil Padamkan Kebakaran Lahan Dua Titik di Parepare
El Nino merupakan anomali suhu permukaan laut dan angin di Samudera Pasifik.
Kehadirannya pada tahun ini membuat curah hujan berkurang drastis.
Apa Itu Fenomena El Nino
Fenomena el nino berdampak besar bagi kelangsungan pertanian masyarakat.
Dinas Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel Imran Jausi menyebut telah melakukan pemetaan daerah yang terdampak el nino.
Pemetaan tersebut didasarkan pada data tiga sampai lima tahun terakhir.
Jika daerah tersebut mengalami kekeringan lahan pertanian lebih dari 5 ribu hektare maka itu masuk dalam kategori zona merah.
Adapun daerah yang masuk kategori zona merah ialah Kabupaten Bone, Soppeng, dan Wajo.
"Memang ada program itu dari Kementan, kita sudah melakukan pemetaan daerah mana saja yang terdampak el nino yang parah," ucap Imran Jausi kepada Tribun-Timur.com, Selasa (15/8/2023).
Kendati demikian, zona merah di tiga kabupaten ini hanya berada di titik atau desa tertentu.
Dikatakan zona merah karena wilayah tersebut sudah tidak bisa lagi diharapkan untuk memproduksi padi.
Karena itu, untuk tetap menggeliatkan pertanian maka pemerintah pusat mencanangkan luas tambah tanam untuk mengganti lahan-lahan pertanian yang tidak produktif.
Secara nasional, Kementerian Pertanian menarget 500 ribu hektar luas tambah tanam, Sulsel sendiri kata Imran Jausi akan menyiapkan 80 hektar lahan untuk luas tambah tanam.
"Kenapa perlu disiapkan karena lahan sawah yang terkena dampak el nino harus ditutup dengan lahan baru supaya bisa tutupi produksi yang rusak," jelasnya.
Upaya lain yang dilakukan menghadapi el nino ialah memperbaiki model pengelolaan air.
Terakhir, mempercepat proses penanaman yang biasanya dilakukan 3 pekan pasca panen, sekarang sudah bisa dilakukan 10 hingga 12 hari pasca panen.
"Itu sudah bisa menanam, jadi kita bisa memanfaatkan sisa-sisa air, tidak perlu menunggu berminggu-minggu untuk menanam kembali," pungkasnya.(*)
Hj Siti Habuba Ikut Jalan Sehat Alfamidi, Senang Bisa Olahraga Bareng Keluarga |
![]() |
---|
Rumah 2 Lantai Rp500 Jutaan Segera Hadir di Dekat Bandara Sultan Hasanuddin Maros |
![]() |
---|
Dosen PNUP Terapkan Teknologi IoT Tingkatkan Kualitas Air Depot Isi Ulang di Moncongloe |
![]() |
---|
Rebut Kemenangan Perdana Pasukan Ramang! |
![]() |
---|
Wabup Sidrap Nurkanaah Tekankan Semangat Kemanusiaan Saat Buka Kemah Relawan Remaja PMR |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.