Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pengurus Masyarakat Adat Nusantara Sulsel Dilantik, Diharap Bisa Jaga Adat Istiadat

Ketua Dewan Pendiri Matra, Sri Paduka KGPAA Mangku Alam II, ini pertama kalinya dia ke Gowa.

Editor: Ina Maharani
Tribun/Sayyid
pelantikan pengurus Matra Sulsel di Balla Lompoa, Gowa, Minggu (20/8) 

Gowa, Tribun - Masyarakat Adat Nusantara (Matra) menggelar pelantikan pengurus DPW Sulsel dan DPD se- Sulsel di Balla Lompoa, Jl KH Wahid Hasyim, Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Minggi (20/8 ) malam

Pelantikan ini juga dimeriahkan dengan tari-tarian khas Bugis-Makassar.

Ketua Umum DPP Matra Andi Bau Malik Barammamase Karaenta Tukkajannangang mengatakan ini pelantikan kesembilan di Nusantara ini.

"Dan alhamdulillah berjalan dengan baik. Kami berharap agar kiranya pengurus Matra Sulsel dan Matra kabupaten agar bersinergi bersama pemerintah untuk memajukan, melestarikan adat dan budaya yang di wilayah kita," ujarnya.

Dia menjelaskan, Gowa dipilih sebagai lokasi pelantikan karena Gowa merupakan kota bersejarah. Apalagi, pada zamannya, kerajaan Gowa salah satu kerjaan besar di Nusantara.

Dia pun berpesan kepada seluruh pengurus Matra bersama pemerintah dapat melestarikan adat istiadat di Sulsel khususnya di Gowa.

Dia menuturkan bahwa di Sulsel adat-istiadat mulai terkikis dengan perkembangan zaman tekhnologi yang sekarang ini.

Oleh karena itu, dia berharap masyarakat umum dan masyarakat adat yang di Sulsel dan lebih melestarikan adat.

"Adat istiadat masih di Sulsel masih kental dan dipelihara. Sehingga dalam menjaga kelestarian budaya, kita mengajak para orang tua agar lebih tahu lebih mendalam tentang kebudayaan kita," katanya

Hal tersebut menurutnya, agar anak muda sekarang atau kaum milenial dan gen z tidak melupakan kebudayaan ataupun adat istiadat mereka.

"Kalau perlu permainan tradisional di daerah ini kita kembalilan, agar bisa dijaga begitu juga dengan makanan. Makanya kita tumbuh kembangkan UMKm agar lebih dilestarikan makanan kita," bebernya.

Sementara itu, bagi Ketua Dewan Pendiri Matra, Sri Paduka KGPAA Mangku Alam II, ini pertama kalinya dia ke Gowa. Menurutnya, tugas Matra salah satunya ialah menjaga dan melestarikan adat istiadat.

"Yang paling utama tugas Matra yakni mempertahankan ketahanan adat nusantara, karena ini benteng pertahan kita. Semoga dengan terlaksananya pelantikan ini bisa menjadikan marwah Sulsel kepentas nasional. Ini era kembalinya era masyarakat adat," katanya.

Dia mengaku, kebangkitan kerajaan ini atau masyarakat adat tidak mengancam NKRI. Karena pada umumnya ini murni untuk melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai yang ditinggalkan para leluhur.

"NKRI adalah kesempatan bersama. Dan dengan adanya Matra dan asosiasi kerajaan lainnya malah mendukung pemerintah untuk melestarikan adat istiadat," jelasnya.

Kata dia, Lembaga adat lebih mengetahui tentang adat istiadat dan kebudayaan. Sehingga dia berharap agar pemerintah bisa bersinergi dengan Matra agar budaya maupun adat istiadat tidak diklaim dengan negara tetangga.

"Sehingga Pendataan harus dilakukan sesegera mungkin oleh pemerintah dengan bersinergi dengan Matra atau Asosiasi lainnya. Kita sangat prihatin sekali karena dengan mudahnya negara tetangga mengklaim kebudayaan kita," katanya.

Tidak menutup kemungkinan, lanjutnya, kebudayaan Gowa, Bugis, Luwu, Toraja bisa diklaim juga oleh negara tetangga.

"Apalagi karena 7 dari 9 raja yang di Malaysia keturunan di sini (Sulsel) jadi kalau tidak dijaga mereka bisa mengklaim. Karena mereka ada dasar keturunan mereka di sini. Makanya kebudayaan harus didata secepatnya oleh pemerintah," tambahnya.

Dia mencontohkan, reok ponorogo sudah berhasil diklaim. Padahal yang membawa ke sana tak lain adalah perantau.

"Di sana mereka jadikan tradisi makanya bisa diklaim. Begitu pun dengan di sini makanya harus segera didata agar tidak ada lagi yang diklaim," katanya.

Tidak hanya itu, kata dia, misalnya di sisi makanan juga berpotensi diklaim jika tidak ada hak patennya

"Olehnya itu, Matra akan bersinergi oleh pemerintah. Jadi Matra sudah memiliki lembaga libtang yang akan mendata kebudayaan semuanya termasuk juga dengan kekayaan sastra kita. Terutama kekayaan bahasa daerah. Kita memiliki 500 lebih bahasa daerah. Dan itu sudah 10 persen hilang karena tidak ada yang melestarikan," jelannya.

"Kami berharap bersinergi dengan pemerintah untuk melestarikan adat istiadat terutama dengan pendataan kebudayaan," sambungnya.

Laporan TribunGowa.com, Sayyid Zulfadli

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved