Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga, OJK Bongkar Pemicunya
Stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dan resilien. Hal ini didukung permodalan solid dan likuiditas yang memadai.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dan resilien.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membongkar pemicu jasa keuangan nasional tetap terjaga.
Salah satu penyebabnya, permodalan solid dan likuiditas yang memadai.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, dalam konferensi pers yang digelar secara virtual melalui Zoom, Kamis (3/8/2023).
Konferensi pers tersebut membahas Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulan Juli 2023.
Hadir pula dalam konferenai pers tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, Ketua Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara, dan Ketua Dewan Audit OJK Sophia Wattimena.
Mahendra menjelaskan, perkembangan perekonomian global masih menunjukkan divergensi pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat jauh lebih baik dari ekspektasi sebelumnya.
Yaitu di triwulan II/2023 mencatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen, dibanding dengan proyeksi the fed sebesar 1 persen sepanjang 2023 dan dengan tingkat inflasi yang juga terus menurun.
Baca juga: Terjun Bebas! Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Kompak Anjlok Hari Ini 3 Agustus
Baca juga: 6 Tips Membeli Emas di Awal Bulan untuk Investasi dan Keamanan Finansial
“Momentum pemulihan perekonomian di Tiongkok dan Eropa saat ini disebut cenderung melemah dengan tekanan deflasi yang mulai terlihat di Tiongkok. Sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi. Namun demikian, secara umum, kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal,” jelasnya.
Mahendra menyebut, International Monetary Fund (IMF) meningkatkan proyeksi pertumbuhan perekonomian global di tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari proyeksi semula di April 2023 sebesar 2,6 persen.
Pasar, lanjut dia, memperkirakan siklus peningkatan suku bunga kebijakan di AS telah mendekat di akhir saat The Fed menaikkan Fractional Flow Reserve (FFR) sebesar 25 basis point pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting Juli 2023.
Hal ini mendorong penguatan pasar keuangan global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar, yang juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging markets.
Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan bahwa dalam negeri, kinerja perekonomian nasional terpantau positif.
Terutama pada dunia usaha yang terlihat dari peningkatan surplus neraca perdagangan, peningkatan Purchasing Managers Index manufaktur Juli 2023 menjadi 53,3 dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5 persen, serta peningkatan utilitas kapasitas industri.
“Potensi peningkatan kinerja sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum dianggap masih perlu didorong. Terlihat dari berlanjutnya tren penurunan inflasi ini, moderasi penjualan retail, dan optimisme konsumen,” jelas Mahendra.
Perkembangan Pasar Modal
Dalam konferensi pers ini, OJK turut membahas perkembangan pasar modal Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan, pasar saham Indonesia hingga Juli 2023 juga mengalami penguatan 4,05 persen month to date (MTD) ke level 6.931,36.
Sedangkan Juni 2023 menguat 0,43 persen month-to-date ke level 6.661,88 dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun month-to-date, di mana Juni 2023 terjadi outflow sebesar Rp4,38 triliun month-to-date.
“Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) terbesar pada bulan Juli 2023 dicatatkan oleh saham di sektor energi dan sektor basic material,” jelasnya.
Secara year-to-date (Ytd), IHSG tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun, di mana Juni 2023 net buy sebesar Rp16,21 triliun ytd.
Inarno menyebut, di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham termoderasi di bulan Juli 2023 menjadi Rp9,6 triliun mtd dan Rp10,24 triliun ytd.
Sementara Juni 2023 sebesar Rp9,64 triliun month-to-date dan secara umum di bawah level rata-rata transaksi harian di tahun 2022, yaitu sebesar Rp14,71 triliun.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index) menguat 0,56 persen mtd dan 7,07 persen ytd ke level 369,1.
“Juni 2023 menguat 0,96 persen mtd dan 6,48 persen ytd. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat Rp269,8 miliar mtd dan secara ytd masih tercatat outflow sebesar Rp880,2 miliar,” tambah Inarno. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.