Headline Tribun Timur
Berebut Suara Milenial
Secara logika, pengaruh pemilih milenial akan menentukan gagal atau terpilihnya calon kandidat dalam Pemilu 2024.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, mengatakan generasi milenial atau Gen Y dan generasi Z adalah hadiah besar untuk negeri.
Bahkan, milenial menjadi figur penentu menuju Indonesia Emas 2045.
"Dalam suasana politik, ini juga jadi bonus politik jika dicermati dengan baik," ucap Danny, saat menjadi narasumber Talkshow Tribun Series: Milenial di Pemilu 2024, Penggembira atau Penentu?
Diskusi politik ini digelar di D’Liquid Café, Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (25/7/23) siang.
Narasumber talkshow, Pj Sekertaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Andi Darmawan Bintang yang mewakili Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.
Kemudian Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto, Ketua KPU Sulsel Hasbullah, Komisioner Bawaslu Sulsel Samsuar Saleh, Pengamat politik Adi Suryadi Culla, Ketua PPP Sulsel Imam Fauzan AU dan sejumlah politisi milenial. Talkshow dipandu Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra.
Danny mengatakan, sebagai seorang pemula dan pelajar di dunia politik, dia mengaku sering mengikuti perkembangan.
Dulu, katanya, caleg maupun calon kepala daerah jika ingin dipilih, cukup datang langsung menemui masyarakat.
Namun, sikap pemilih berubah pada pemilu berikutnya, dimana pada tahun 2013, tenyata bertemu saja tidak cukup.
Tetapi ada bukti yang harus diperlihatkan kepada masyarakat bahwa memang dia layak dipilih.
"Ternyata di 2020 beda lagi, yang dilirik voters adalah deposit sosial, siapa yang buat deposito sosial dia yang punya suara," ujarnya.
Bisa jadi, lanjutnya, pada Pemilu 2024, sikap pemilih akan berbeda lagi dari pemilu sebelumnya. Sebab, semakin hari pemilih makin cerdas.
"Jadi dari tahun ke tahun, sikap pemilih dalam pemilu itu berubah-ubah, karena semakin hari masyarakat semakin cerdas," tuturnya.
Menurutnya, sangat penting mengampanyekan pendidikan politik bagi generasi muda.
Mitigasi-mitigasi harus dilakukan sedini mungkin. Dengan cara transparan, melibatkan semua pihak dan mendengarkan semua pendapat.
Baca juga: Pengamat Politik Unhas Sebut Pengaruh Pemilih Milenial Sangat Menentukan di Pemilu 2024
"Dan tentunya, lewat Tribun Timur. Ini luar biasa, followersnya sangat luar biasa sekali dan saya kira ini memang kolaborasi yang sangat baik," tambahnya.
Danny menjelaskan, karakteristik masyarakat Makassar sangat berbeda dengan masyarakat Pulau Jawa. Apalagi kalau terkait politik.
"Karakter di Makassar itu, satu rumah bisa 10 partai. Kalau di Jawa, satu rumah itu harus satu partai, tidak boleh hitungannya satu kepala keluarga (KK) satu partai. Dengan kondisi ini, untuk memenangkan suara di Makassar, kita harus menyentuh hati masyarakat,” jelasnya.
Pj Sekertaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Darmawan Bintang, menyinggung soal netralitas ASN pada Pemilu 2024.
Pada pemilu kali ini, katanya, pemerintah memperketat aturan dalam menjaga netralitas ASN.
"Kami dari Provinsi Sulawesi Selatan sudah memberikan arahan kepada penyelenggara baik KPU maupun Bawaslu agar tetap bekerja profesional," ujarnya. Dia berharap, hal-hal yang mencerminkan keberpihakan ASN di Pemilu 2024 tidak terjadi di Sulsel.
Ketua KPU Sulsel, Hasbullah, mengatakan warisan hak pilih dan dipilih bagi kaum milenial patut disyukuri. Karena itu, dia mengimbau milenial jangan sampai tidak menggunakan hak politiknya dalam pemilu.
Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia dan Organisasi Bawaslu Sulsel, Samsuar Saleh, mengatakan Bawaslu sangat membutuhkan partisipasi dari kaum milenial.
Menurut Samsuar, Bawaslu memiliki sumber daya manusia yang cukup terbatas.
Sementara jumlah generasi anak muda saat lebih banyak dari generasi-generasi sebelumnya.
"Karena suka tidak suka, kaum milenial adalah objek dari putusan yang dihasilkan daripada pemimpin yang terpilih nanti. Dan masalahnya adalah mereka jumlahnya banyak tetapi jadi objek," paparnya.
Baca juga: Ketua KPU Sulsel Ajak Milenial Syukuri Warisan Hak Pilih dan Dipilih: Demi Peradaban Demokrasi
Samsuar Saleh memberikan pandangan, seharusnya anak-anak muda lebih sadar dengan posisi sekarang.
Sebab, keterlibatan dari para pemilih milenial dalam perhelatan pesta demokrasi Pemilu kali ini, menjadi penentu bagaimana arah bangsa kedepannya.
Dengan begitu, diharapkan seluruh anak-anak muda untuk turut terlibat dalam pesta demokrasi lima tahunan kali ini.
Pengamat Politik
Pengamat Politik Unhas, Dr Adi Suryadi Culla, menjelaskan proyeksi suara dari pemilih generasi milenial sangat menentukan dalam pemilihan legislatif maupun Pilpres 2024.
"Saya kira dengan proyeksi suara milenial berdasarkan data KPU, yang jumlahnya di atas 50 persen bahkan hampir 60 persen, itu berarti bahwa mayoritas pemilih dalam Pemilu 2024 adalah dari kalangan milenial," kata Adi.
Secara logika, pengaruh pemilih milenial akan menentukan gagal atau terpilihnya calon kandidat dalam Pemilu 2024.
Adi Suryadi memandang, karakteristik dari generasi milenial dan Gen Z tentu punya perbedaan.
"Generasi milenial ini dibutuhkan pendekatan, kaum milenial ini tidak sama lagi dengan pola yang dilakukan pada generasi sebelumnya," katanya.
Baginya, generasi X atau generasi yang lahir tahun 1965 hingga 1980 cenderung lebih konvensional dalam keterlibatan partisipasi.
"Sekarang kan generasi milenial ini dilahirkan di tengah perkembangan teknologi informasi. Mereka juga masuk kategori generasi digital atau internet," katanya.
Sehingga, dalam berkomunikasi, generasi milenial ini lebih banyak menggunakan teknologi atau sosial media.
Baca juga: Trik Danny Pomanto Jika Ingin Gaet Suara Pemilu 2024, Caleg Milenial Bisa Tiru Wali Kota Makassar
Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 atau berusia 24-39 tahun, kata Adi, memiliki pola pikir yang dinamis, dibanding generasi sebelumnya dalam menjalankan aktivitas.
"Termasuk menjalankan aktivitas politik. Mereka sangat labil, karena kan mereka ini menerima informasi yang banyak sekali," tandasnya.
Caleg Milenial
Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Imam Fauzan AU menilai pemilih pemula, generasi Z, generasi milenial, hanya dijadikan sebagai tools (alat) ketika mau pemilihan.
Menurutnya, selama ini generasi muda yang menjadi legislator hanya dijadikan obyek politik dalam budaya politik di Indonesia.
Apalagi kalau penentuan kebijakan, ruang gerak dari anak muda sangat minim dilibatkan.
"Kalau kita melihat, dari total pemilih anak muda yang hampir 60 persen, itu ada sekitar 30 persen yang apatis terhadap politik," katanya.
Salah satu alasan mengapa anak muda banyak yang apatis, sebab tidak pernah dilibatkan dalam proses penentuan pengambilan kebijakan.
"Sebagai contoh, Pemilu 2019, total pemilih anak muda itu ada di angka 30 persen lebih. Tetapi setelah pemilu, program untuk anak muda hanya beberapa persen dari total Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)," ucapnya.
Dia berharap, anak muda diberi ruang berekspresi. Apalagi, dia memprediksi di tahun 2024, akan lebih banyak anak muda duduk sebagai anggota DPR.
Hal itu diyakini Imam Fauzan, sebab pada pemilu mendatang pemilih milenial lebih banyak ketimbang generasi sebelumnya.
Calon anggota legislatif (caleg) milenial asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dokter Udin Shaputra Malik mengatakan akan fokus pada isu pendidikan dan kesehatan.
Menurutnya dua masalah ini penting untuk diperhatikan. Pendidikan menjadi bangku untuk mencerdaskan anak bangsa, sementara kesehatan juga harus dipastikan berjalan baik di masyarakat.
Dokter Udin bercerita, kedua sektor diatas sudah dijajaki sedari dulu, sejak aktif dalam aksi kemanusiaan.
Sehingga niatnya maju dalam kontestasi Pileg 2024 adalah menjadi bagian untuk meneruskan dan memperluas aksi kemanusiaannya tersebut.
Sehubungan dengan itu, sebagai bacaleg DPRD Makassar Dapil 3 (Tamalanrea- Biringkanaya) bentuk kampanye yang ditawarkan adalah kampanye kebaikan.
"Kita mau kampanye kebaikan yang adu gagasan, bukan hanya sensasi tapi punya esensi," tuturnya.
Baca juga: Pemilih 2024 Mayoritas Milenial dan Gen Z, Pengamat Politik Unhas: Jangan Sampai Golput!
Calon anggota legislatif (caleg) milenial asal Partai Amanat Nasional (PAN), Nurkanita Maruddani Kahfi, mengatakan politik gagasan dianggap sebagai bentuk kampanye paling tepat untuk para milenial.
"Bentuk kampanye yang akan kami tawarkan ke pemilih itu menggaungkan politik gagasan," ucapnya. Meski baru pertama kali terjun di politik, Nurkanita mengatakan akan mewakili suara milenial di DPRD Sulawesi Selatan.
Nurkanita menyampaikan, 60 persen dari kalangan milenial dan generasi Z merupakan potensi elektoral tinggi untuk menyongsong pesta demokrasi.
Sehingga, ini menjadi tugasnya untuk menghadirkan para milenial berpartisipasi dalam menyalurkan hak suaranya.
"Momentum Pemilu 2024 saya menjadi caleg di Provinsi Sulsel Dapil Makassar A, saya ingin merepresentasikan suara pemuda dan perempuan," katanya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.