Cegah Kerusakan Alam, BPPSDMP Siapkan Pelatihan Cara Bertani Ramah Lingkungan
Penggunaan pupuk berlebihan juga bisa membunuh mikroba penyubur tanaman.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian menyiapkan pelatihan bagi petani dan penyuluh volume 7 dimulai Selasa (25/7/2023).
Kepala BPPSDMP Kementan RI, Dedi Nursyamsi menyiapkan beragam materi peningkatan kualitas SDM Pertanian.
Pelatihan ke 7 ini mengangkat tema "Pertanian Ramah Lingkungan"
Ramah lingkungan diangkat mengingat banyaknya petani yang masih belum paham menjaga lingkungan.
"Tema ini penting dan strategis apalagi saat ini harga sarana produksi pupuk dan pestisida tidak karuan," kata Dedi Nursyamsi, Jumat (21/7/2023)
"Masih banyak petani dan praktisi di lahan sawah intensif, lahan pertanian, lahan sayur yang mengelola pertanian secara ugal-ugalan," lanjutnya
Dedi menyebut pernah melihat petani yang memanfaatkan lahan dengan cukup ekstrim
"Ada sangat ekstrim, saya pernah lihat ada petani kita menggunakan 7 pestisida, ada intestisida, bahkan ada lebih dari 10 botol, kemudian disemprotkan ke tanaman," kata Dedi.
Hal ini memang dinilai efektif oleh petani untuk menghilangkan hama dan serangga.
Tapi, menurut Dedi tindakan ini sangat membahayakan kesuburan tanah.
Mikroba penyubur tanah juga disebutnya bisa mati dengan pestisida berlebihan
"Mikroba penyubur tanah pun ikut mati, termasuk mikroorganisme yang berperan di pertanian mati," jelas Dedi.
Terlebih, bila petani menggunakan Pestisida organoklorin.
Kandungan ini dijelaskan Dedi sangat berbahaya bagi tanaman dan tanah.
Bahkan, residu pestisida ini bisa bertahan sampai ribuan tahun.
Lebih parahnya, tanah bisa menjadi tandus dan kering.
" Organoklorin itu termasuk resisten di tanah dan air. Tidak ada mikroba yang bisa hancurkan . Sehingga residu itu bisa bertahan ratusan sampai ribuan tahun," jelas Dedi.
"Kalau organoklroin masuk ke tanah maka . Bakteri dekomposer mati, semua bakteri penyubur tanah mati. Tanah kita menjadi tandus, keting kerontang," lanjutnya.
Tak hanya itu, penggunaan pupuk tak lepas dari evaluasi Dedi.
Penggunaan pupuk berlebihan juga bisa membunuh mikroba penyubur tanaman.
"Saya juga melihat dilahan sawah intensif, petani hanya butuh pupuk urea hanya 2,5 kuintal. Tapi pertani sampai 4, 6 kuintal," jelas Dedi.
"Kalau berlebihan, tanah masam.
Keseimbangan hara terganggu. Mikroba ikut mati karna masam," sambungnya
Hal ini yang menurutnya harus diubah melalu pelatihan kepada petani dan penyuluh.
Dedi pun sudah menyiapkan kurikulum pelatihan.
"Tim saya sudah buat kurikulim untuk pelatihan 5 hari ini terkaiit inovasi teknologi. Bagaimana kelola air sawah, kita gunakan varietas rendah emisi. Itu semua pertanian bersahabat lingkungan," jelas Dedi
"Outputnya mengajak perani ubah mindset. Kalau perlakukan bumi ugalugalan, maka tunggu bumi menghantam kita," lanjutnya
Petani akan diajak dalam program smart farming.
Program ini akan membantu petani meningkatkan produktivitas dengan sejalan menjaga alam.(*)
Mahasiswa Polbangtan Kementan Raih Juara Nasional Karate Piala Panglima TNI 2025 |
![]() |
---|
Daftar Tunggu Haji Gowa Capai 20 Ribu, Tim Transisi Mulai Disusun |
![]() |
---|
Swasembada Pangan, Polbangtan Gowa dan Pemkab Bone Sepakat Kembangkan SDM Pertanian |
![]() |
---|
Kementan Pastikan Pasokan Bawang Merah Aman, Harga Berangsur Normal |
![]() |
---|
Kementan Gelar Bimtek Brigade Pangan Serentak 5 Kabupaten di Sulsel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.