Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Caleg Muda, Pikiran Tua

Mereka adalah bagian dari mesin politik yang terus berputar dan membutuhkan kelompok baru untuk menjaga legitimasi mereka.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/sopian tamrin
Dosen Sosiologi Universitas Negeri Makassar Sopian Tamrin. 

Oleh karena itu, anak muda tidak lebih dari terma marketing politik. Pertanyaannya kenapa harus terma pemuda? Karena mereka adalah komoditas yang menjanjikan dalam pasar suara pemilu. Anak muda adalah segmen pemilih dengan persentase kisaran 60 persen.

Jadi, bagaimana menilai caleg muda ini? Apakah keterlibatan anak muda salah? Tentu tidak, demokrasi sudah menyediakan ruang terbuka untuk semua.

Hanya saja kontestasi di arena social politik selalu dimenangkan oleh mereka yang unggul dalam capital.

Menurut Bourdieu ada empat capital yang memainkan peran dalam kontestasi, Kapital Ekonomi, capital budaya, capital social dan capital simbolik.

Saya sangat mencurigai yang muda kali ini hanya bagian dari operasi politik yang tua. Bagaimana tidak? Hampir seluruh anak muda yang muncul adalah putra-putri dalam habitus lama.

Mereka adalah generasi kedua atau ketiga dari politisi senior yang ambisi politiknya belum menua.

Tidak bisa juga dipungkiri bahwa caleg muda juga merupakan produk dari sistem politik yang ada.

Mereka adalah bagian dari mesin politik yang terus berputar dan membutuhkan kelompok baru untuk menjaga legitimasi mereka.

Mereka mungkin terlihat segar dan inovatif, tetapi perlu dan penting untuk diragukan karena mereka bisa saja hanya alat legitimasi bagi elit politik yang sudah mapan.

Dalam dunia politik yang penuh intrik dan kepentingan, mereka hanyalah bagian dari taktik pengendalian dan manuver kekuasaan dari actor politik yang sudah ada. Coba kita cermati sebagian besar di antara mereka adalah genealogi politik lama.

Tarolah kita sebut mereka adalah keluarga bupati, walikota, gubernur, mantan bupati, mantan gubernur atau mantan calon gubernur.

Selain itu, ada juga yang bagian dari anggota DPR ditingkat pusat hingga kabupaten. Paling kecil adalah keluarganya pak Desa.

Jadi? Tidak perlu terburu-buru berpikir bahwa mereka adalah nafas baru yang bisa membawa perubahan yang revolusioner.

Kalau kemudian ada anak muda berlatar aktivis memiliki jejak rekam yang baik mungkin mereka lebih baik. Namun ini adalah perkara sulit, karena kita akan kembali ke rumus kontestasi capital dalam arena social.

Pada akhirnya diskursus pemuda akan menguntungkan anak muda dari kelas dominan yang memiliki keunggulan modal ekonomi untuk merebut suara pemilih.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved