Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sejarah Masuknya Kristen di Soppeng, Dibawa Tuan Denso Melalui Jalur Selayar

Mengusung tema Sejarah dan Dinamika Sosial-Budaya Soppeng dengan berbagai materi yang dibawakan para ahli.

Penulis: M. Jabal Qubais | Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Seminar Internasional Gau Maraja La Patau Matanna Tikka 2023 berlangsung di Gedung Serbaguna La Patau, Jl Kesatria, Lapajung, Kecamatan Lalabata, Soppeng, Senin (17/7/23). 

TRIBUN-TIMUR.COM, SOPPENG - Seminar Internasional Gau Maraja La Patau Matanna Tikka 2023 berlangsung di Gedung Serbaguna La Patau, Jl Kesatria, Lapajung, Kecamatan Lalabata, Soppeng, Senin (17/7/23).

Kegiatan ini berkat kolaborasi antara Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka (PERWIRA LPMT), Pemerintah Kabupaten Soppeng, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Sulselbar, dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

Mengusung tema Sejarah dan Dinamika Sosial-Budaya Soppeng dengan berbagai materi yang dibawakan para ahli.

Salah satunya, datang dari pakar Budaya Sulawesi Selatan asal Jepang, Prof Makoto Ito.

Dalam pemaparan materi yang berjudul Some Notes on Bugis Christians in Soppeng before World War II and beyond artinya beberapa catatan tentang Orang Bugis yang Masuk Kristen di Soppeng sebelum Perang Dunia II.

"Agama kristen masuk ke Soppeng melalui Selayar, saat itu Pendeta pertama yakni Tuan Denso yang diutus ke Soppeng pada tahun 1940," ujarnya.

Sebelumnya, bahwa pembatisan raja-raja di kerajaan Siang (Bungoro, Pangkep) dan kawasan Ajatappareng dalam tradisi Katholik menjadi saksi masuknya kristen di tanah Bugis.

"Khusus orang Bugis-Soppeng, Agama Kristen mulai dipeluk sekitar 1938 dan 1939," katanya.

Selain itu, Pangan, Kuliner dan kreatifitas Budaya Soppeng adalah materi yang dibawakan Guru besar Antropologi FISIP Universitas Hasanuddin, Pawennari Hijjang.

"Proses memasak dan menciptakan resep adalah salah satu bentuk kreativitas budaya yang berkaitan dengan pangan," ujarnya.

Khusus di Kabupaten Soppeng, Beras ketan hitam atau pulu bolong adalah jenis pangan yang paling menonjol dan menjadi khas daerah ini.

"Apalagi, produksi beras ketan hitam berkontribusi bagi ekonomi masyarakat Soppeng, juga Petani sebagai pelaku dalam budidaya pangan tersebut menjadi rantai pasok yang berhasil menjadikan beras ketan hitam menjadi pangan fungsional," jelasnya.

Olehnya itu, Masyarakat Soppeng tetap mempertahankan budidaya beras ketan hitam karena dapat menjadi pangan yang fungsional

"Selain sebagai warisan lokal, dan pangan juga menjadi bagian dari beberapa tradisi masyarakat," tegasnya.

Salah satu contoh olahan beras ketan hitam di Kabupaten Soppeng yakni Tape Pulu Bolong dan menjadi kuliner tradisional.

"Sejak dulu, sering disajikan dalam ritual adat terutama perayaan hari lebaran. Bahkan, Tape mengandung enzim dan vitamin B kompleks yang bermanfaat bagi tubuh," tandasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved