Haji 2023
Cerita Hanisa Dewi Putri, Gadis 28 Tahun Bantu Jemaah Lansia di Tanah Suci, Rela Open Donasi
Kisah berkesan Hanisa Dewi Putri saat menunaikan ibadah haji di tanah suci, Mekah. Ia sampai buka donasi untuk membantu jemaah lansia.
Penulis: Sayyid Zulfadli Saleh Wahab | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kisah berkesan Hanisa Dewi Putri saat menunaikan ibadah haji di tanah suci, Mekah.
Gadis 28 tahun ini menceritakan kesan dan suka dukanya selama menjalankan rukun islam kelima.
Nisa panggilan gadis ini sangat bersyukur bisa ke Tanah Suci. Ia berangkat bersama ayahnya bernama Hasanuddin Muin pada kloter 3.
Selama di Tanah Suci, dia mengaku untuk memperbaiki diri, memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Bahkan sana, dia juga melakukan berbagai kegiatan seperti membuat kegiatan sisosial atau open donasi.
Kegiatan sosial ini diinisiasi bersama empat orang teman sebayanya.
Open donasi ini bertujuan kata dia untuk membantu sesama jemaah haji.
Bahkan diakuinya, selain menyasar jemaah dia juga membagikan donasi maupun yang berbentuk makanan kepada pembersih atau marbot di Masjidil Harom.
"Saya adakan buka donasi untuk sedekah di pelataran masjidil haram. Dibagikan untuk jemaah yang dari negara lain dan pembersih masjid, inisiatif sama teman berlima," ujar gadis asal Pangakejenne Sidrap ini, Selasa (11/7/2023).
Selain itu, dia juga kerap membantu sesama jemaah. Apalagi jemaah lanjut usia.
Dia mengatakan banyaknya lansia pada musim haji tahun ini. Tentunya butuh saling bahu membahu untuk bersama membantu jemaah lansia.
Apalagi menurut Nisa, perjuangan dan tenaga terkuras pada puncak haji Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
Yang berkensan baginya, pada saat dia membopong atau merangkul jemaah lansia untuk ke toilet yang antreannya sangat panjang.
"Tahun ini banyak jemaah lansia. Jadi kita yang muda-muda turun membantu. Masya Allah butuh perjuangan apalagi pada saat Armuzna, menemi ke toilet merangkul dibopong karena di sana antri sekali," jelasnya
Perawat di Rumah Sakit (RS) Nenemalomo Sidrap ini mengaku, telah mendaftar haji sejak masih duduk di bangku SMP bersama ayahnya.
Dia baru berangkat setelah menunggu selama 14 tahun dan sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid-19 melanda.
Kisah Syaifulllah Gendong Belasan Jamaah Lansia dan Wasiat Buku Manasik Haji dari Almarhumah Ibu
Menjadi petugas haji adalah takdir bagi Syaifullah Abdullah.
Menggendong jamaah lanjut usia merupakan cerita cara berbakti ke almarhumah ibunya.
"Ibu saya meninggal saat sebelum tes seleksi petugas haji," kenang Iful, Selasa (11/7/2023) dini hari, sesaat setelah proses kedatangan jamaah kloter JKG -42 di Fayrouz hotel, sektor I Markaziyah Nabawi.
Saat dikonfirmasi Tribun, pegawai bidang PHU kemenag Provinsi Sulawesi Utara ini, baru saja menggendong jamaah lansia usia 78 tahun dari embarkasi Pondok Gede, Jakarta Timur.
Awalnya, Iful menghindar.
Dia enggan dikonfirmasi soal aksi spontannya, menurunkan jamaah dari kabin bus ke kursi roda.
"Maaf Bang! Saya takut riya. Bismillah ini bakti saya ke almarhumah orang tua saya."
Namun, seorang membisiki.
Bukan kali itu saja, pria berusia 43 tahun menggendong jamaah haji lansia.
"Sudah belasan, sejak jamaah gelombang I, di Makkah, maktab Mina, Iful selalu paling dulu cari jamaah lansia di bus atau maktab."
Iful bercerita, Ibunya meninggal dunia, bulan Maret dua bulan sebelum berangkat ke Tanah Suci.
"Umur beliau waktu itu meninggal 73 tahun. Bapak saya kini sudah 78 tahun, saya juga ingin berbakti di sini," ujar Iful dengan mata berkaca-kaca.
Soal gendong menggendong jamaah lansia, Iful punya pengakuan sekaligus alasan sendiri.
"Sudah banyak yang saya gendong dan pikul bang dan semua terasa ringan karena saya selalu ingat orangtua saya," ujar Iful yang mengaku saban punya kesempatan ke Masjidil Haram atau Nabawi, dia juga mendoakan ayahnya, Haji Abdullah agar husnul khatimah.
Dia pun mengisahkan soal bakti ke almarhumah ibunya, Halimah Rukundin.
Bulan Maret 2023 lalu, sebelum ikut seleksi Panitia Petugas Haji Indonesia (PPHI) di Manado, ibunya wafat.
"Sebelum ibu meninggal saya diwasiatkan buku manasik haji umrah dari Kemenag, buku yang dia gantung di lehernya saat naik haji tahun 2001 lalu," ujar Iful.
Iful mengaku, buku manasik haji itu semacam wasiat sekaligus menambah kepercayaan dirinya untuk ikut tahapan seleksi PPIH Arab Saudi.
Alhamdulillah, Mei 2023 lalu, sebelum Lebaran 1444 H, namanya tercantum dalam daftar 460 petugas PPIH non-kloter.
Iful memang terlihat terus membawa buku manasik sebesar dan setebal telapak tangan orang dewasa itu.
Saat menunaikan umrah sunnah, dua hari sebelum berangkat wuquf di Arafah, buku itu juga digantung di lehernya saat miqat di Masjid Aisiyah, kawasan Tanaim, luar Tanah Haram, Makkah.
"Ini saya mau umrahkan bapak mertua saya, Bang! " ujarnya kepada Tribun, yang kebetulan satu bus shalawat dari Masjidil Haram ke Sektor III Sysyah, Makkah.
Bahkan saat Iful berjuang untuk mencium potongan batu sorga "Hajar Aswad" di sudut tenggara Baitullah, dia mengaku terus mengenggam buku manasik itu.
Saat Wuquf di Arafah, melintas di Muzdalifah, mabit, jamarat aqabah di Mina, buku itu ibarat kalung penghias di pakaian ihramnya.
Karena buku manasik itupulah jadi alasan.
Saat atasan langsungnya, Ketua Sektor I Madinah Affan Rangkuti, memerintahkan 30-an personel sektor I bergegas ke Maktab 15 Mina, Iful tetap bermunajat dengan buku manasik wasiat ibu.
"Biarkan si Iful dulu baca doa wuquf. Ini haji pertamanya, haji paling emosional," kata Rangkuti. (*)
Laporan TribunTimur.com, Sayyid Zulfadli
76 Lansia Ikut Dalam Kloter I Jemaah Haji Embarkasi Makassar, Lansia Tidak Mandiri Prioritas |
![]() |
---|
Video: Jemaah Makassar Tampil Cantik Sebelum Pulang Kampung |
![]() |
---|
Video: Warga Turatea Berduka, 1 Warganya Meninggal di Arab Saudi |
![]() |
---|
Video: Penampilan Haji 'Koboi' Asal Pinrang saat Pulang dari Tanah Suci, Incaran Petugas Haji |
![]() |
---|
54 Jemaah Haji Debarkasi Makassar Meninggal Dunia di Musim Haji |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.