Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Haji 2023

Kejang Terpapar Heatstroke di Musdalifah, Mbah Bawon Kembali ke Maktab Tenda SOC 72

Mbah Bawon (78 tahun), warga Desa Kasmaran, Magentan, Banjarnegara, Jawa Tengah, adalah survivor pemberi harapan.

|
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Sakinah Sudin
Tribun Timur/ Thamzil Thahir
Mbah Bawon (78 tahun), warga Desa Kasmaran, Magentan, Banjarnegara, Jawa Tengah, adalah survivor pemberi harapan. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Mbah Bawon (78 tahun), warga Desa Kasmaran, Magentan, Banjarnegara, Jawa Tengah, adalah survivor pemberi harapan.

Ia adalah salah satu sosok korban selamat dari insiden "jebakan macet Muzdalifah", Rabu (28/6/2023) siang.

Hari Kamis (29/6/2023) siang, jamaah haji kloter SOC-72 ini, ini membalikkan keadaan.

Dirawat 23 jam di UGD RS Wadi Makkah, jelang Lohor, tadi, dia dikembalikan ke maktab tenda se-kloternya.

Saat ditemui Tribun, dia tengah menikmati sajian box makan siang dari Mashare, bersama 120-an jamaah setenda.

Kedatangannya menebar tawa, senyum sekaligus harapan haji mabrur.

Padahal, sehari sebelumnya, Mbah Bawon, meninggalkan ketegangan kolektif.

"Bahagia kami, tadi petugas KHI bawa Mbah kembali," kata Mukhsina, petugas kesehatan haji kloter SOC.

Dia adalah satu dari 12 jamaah Indonesia yang jadi pasien heatstroke yang dilarikan ke RS Al Wadi, Makkah.

Ketegangan itu beralasan.

Di usia 78 tahun, Mbah Bawon masuk daftar jamaah lanjut usia kategori Risiko Tinggi (Risti).

Pun, dari asrama embarkasi Solo, Indonesia, dia sudah diangkut dengan kursi roda.

Rabu, pukul 11.30 WAS, saat ribuan jamaah lintas embarkasi ibarat dijemur di padang Muzdalifah, nenek 6 cucu ini, tumbang.

"Kejang-kejang, suhu tubuhnya sampai 69," kata Mukhsina, perawat dari RSUD Banyumas.

Di momen kejang-kejangnya Mbah Bawon itu, terjadi menjelang evakuasi jamaah ke Mina.

Inilah salah satu gejala utama heatstroke. Pingsan, tumbang, dan mata gelap karena pusing, adalah fase lanjutan yang bisa berujung kematian.

"Kalau tentara padang pasir Amerika, kena begini langsung masuk air rendaman es batu." kata M Sholeh, paramedik di Maktab 69.

Jika penangannya terlambat, "innalillahi wa innailahi rajiun."

Kisah Muzdalifah dimulai, selama hampir 7 jam, Mbah Bawon dan ribuan jamaah lain, terjebak di lembah padang pasir antara Arafah dan Mina.

Temperatur udara mencapai 47 derajat celcius. Silau UV index cahaya matahari kategori Extreem, +13 poin.

Tanpa sarapan.

Isi perut jamaah masih makanan malam sisa wuquf Arafah, 9 dzulhijjah 1444 H.

Belum lagi pasokan air minim, tanpa tenda permanen, tanpa pohon peneduh, dan hanya berlindung dengan payung, atau kain ihram.

"Satu payung bisa tiga orang. Banyak lansia yang sudah pingsan. haus kelelahan," kata Muntu (51), jamaah kloter 15-UPG dari Jayapura, Papua, menggambarkan insiden jebakan Muzdalifah.

Disebut "jebakan" sebab saat itu arus lalulintas dari Mekkah, Arafah dan ke Mina, macet total.

Bus pengantar 2.3 juta jemaah dari 81 negara, tak bisa bergerak.

Mereka terhalang arus sejuta jamaah dari Musdalifah ke Mina.

Demikian juga mobil bus jamaah mulai banyak mogok, karena kelebihan panas mesin. Overheat.

Tak satupun kendaraan bisa masuk ke titik jamaah Indonesia berkumpul.

Muzdalifah adalah satu titik penting puncak ibadah haji.

Mabit di Muzdalifah istilah syari'i-nya. Tradisi sunah Rasul-nya, malamnya jamaah memunguti kerikil.

Kini, jamaah tak perlu lagi jongkok memunguti batu kerikil.

Pihak Mashariq, perusahaan jasa Armuzna, sudah menyiapkan kantong ungu segenggam berisi 80 biji.

Kondisi ini berlangsung dari pukul 07.00 pagi hingga jelang Ashar.

"Evakuasi terakhir jam 14.30 tadi," kata Hilman Latief, Dirjen PHU Kemenag sekaligus penanggung jawab utama misi haji Indonesia 2023 dalam jumpa pers, kemarin. 

Apa itu heastroke?

Heatstroke adalah kondisi medis serius yang terjadi akibat paparan berkepanjangan atau berlebihan terhadap suhu tinggi.

Heatstroke terjadi ketika suhu tubuh seseorang meningkat secara signifikan dan sistem pengaturan suhu tubuh tidak mampu mengatasi atau mengendalikannya.

Biasanya, tubuh memiliki mekanisme alami untuk mengatur suhu tubuh melalui keringat dan pengaturan aliran darah.

Namun, dalam kasus heatstroke, mekanisme ini terganggu, sehingga suhu tubuh terus meningkat dan tidak dapat dikendalikan.

Gejala heatstroke meliputi:

  • Suhu tubuh yang sangat tinggi (di atas 40 derajat Celsius atau 104 derajat Fahrenheit).
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan.
  • Kulit yang merah, panas, dan kering.
  • Pusing, kelelahan, atau kebingungan.
  • Nyeri kepala yang parah.
  • Detak jantung yang cepat dan kuat.
  • Mual dan muntah.
  • Gangguan pernapasan.

Jika tidak segera ditangani, heatstroke dapat menjadi kondisi yang mengancam jiwa.

Oleh karena itu, jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala heatstroke, segeralah mencari pertolongan medis darurat dan lakukan tindakan pertama berikut ini:

  1. Pindahkan orang tersebut ke tempat yang lebih dingin dan teduh.
  2. Buka atau lepaskan pakaian yang ketat atau berat.
  3. Sejajarkan tubuh orang tersebut dan angkat kaki mereka sedikit.
  4. Berikan minuman dingin, seperti air putih, jika mereka sadar dan dapat menelannya.

Pencegahan heatstroke meliputi:

  • Hindari paparan langsung terhadap suhu tinggi, terutama saat cuaca panas dan lembap.
  • Kenakan pakaian yang longgar, ringan, dan berbahan serap keringat.
  • Minum cukup air untuk menjaga hidrasi tubuh.
  • Hindari aktivitas fisik yang berlebihan di bawah terik matahari.
  • Gunakan perlindungan tambahan seperti topi atau payung saat berada di luar ruangan.

Heatstroke harus dianggap sebagai kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera.

Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala yang mencurigakan, segera cari bantuan medis. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved